Selasa, 30 November 2010

PENANGANAN BENCANA GEMPA DAN TSUNAMI DI MENTAWAI

Nama Kelompok :
• Ayub Martien
• Diannisa Shavira
• Kania Indaningrum
• Ridho Andika
• Renny

Kelas : 3 PA 06

PENANGANAN BENCANA GEMPA DAN TSUNAMI DI MENTAWAI


Gempa berskala 7,2 Skala Richter (SR) yang mengguncang Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat pada tanggal 26 Oktober 2010 ternyata mengakibatkan tsunami. Bencan tsunami di Mentawai bukanlah bencana tsunami yang pertama kali melanda Indonesia. Walaupun bencana tersebut tidak sebesar bencana tsunami di Aceh 2004 silam, tetapi tsunami Mentawai juga menelan banyak korban meninggal dunia. Banyaknya korban ini karena sebagian penduduk setempat mengira bahwa gempa yang sebelumnya mengguncang Mentawai tidak akan berpotensi tsunami. Hal ini karena peringatan yang sebelumnya sempat di umumkan oleh BMKG bahwa gempa yang terjadi berpotensi tsunami dicabut oleh BMKG, selang beberapa waktu seluruh penduduk kembali ke rumah masing-masing ketika peringatan tersebut dicabut. Ternyata tak berapa lama kemudian tsunami setinggi 30 meter menerjang seluruh daerah Mentawai. Mentawai sendiri merupakan daerah kepulauan terpencil yang berada di tengah laut, sehingga ketika tsunami itu menerjang daerah mentawai semuanya tersapu oleh ombak ganas tersebut.

Ratusan jiwa melayang, ribuan orang harus tinggal di pengungsian karena rumah mereka mengalami rusak berat akibat terjangan tsunami. Karena mentawai berada di tengah laut mengakibatkan sulitnya pemerintah, relawan dan pihak terkait untuk menyalurkan bantuan. Cuaca yang buruk juga menyebabkan sulitnya bantuan makanan, obat-obatan, pakaian dan kebutuhan lainnya untuk di salurkan kepada korban tsunami Mentawai yang tinggal di pengungsian. Beberapa hari setelah bencana relawan hanya dapat menyalurkan bantuan dengan cara melemparkan mie instant melalui udara dengan menggunakan helikopter, kemudian mie instant tersebut dilemparkan per satu kardus. Walaupun cara ini tidak terlalu efektif karena masih banyak penduduk yang tidak mendapatkan bantuan.

Pemerintah dinilai lamban dalam penanganan bencana di Mentawai. Ini terlihat karena pemerintah cenderung lebih berfokus pada bencana merapi yang secara kebetulan terjadi pada satu hari yang sama seperti bencana Mentawai. Pendistribusian bantuan yang belum merata masih sangat terlihat di tempat-tempat pengungsian. Mereka bukan hanya butuh makanan, minuman, kasur, selimut, dan obat-obatan saja. Tetapi mereka juga sangat membutuhkan pakaian layak pakai, pakaian dalam untuk pria dan wanita, pembalut wanita, dan kebutuhan lainnya yang terkadang dilupakan oleh pihak-pihak yang ingin membantu. Hal-hal yang kecil seperti pembalut wanita juga tidak jauh penting. Jangan hanya berfokus pada penanganan pada hal-hal yang besar saja. Balita dan anak-anak pun masih sangat membutuhkan penghidupan yang layak selama tinggal di pengungsian, mereka butuh makanan yang sehat dan susu. Gizi mereka tidak boleh diabaikan. Begitu pun juga bagi ibu-ibu hamil.

Semua pihak yang berperan dalam penanganan bencana gempa dan tsunami Mentawai harus lebih sigap dalam menyalurkan bantuan dari para donatur agar bantuan jangan sampai menumpuk di posko dan pendistribusiannya harus tepat sasaran. Penanganan bencana Mentawai harus mengutamakan warga yang masih hidup, sembari terus melakukan upaya evakuasi terhadap korban meninggal. Langkah yang harus dilakukan oleh Pemerintah kabupaten Mentawai, bersama pemerintah Provinsi Sumbar adalah melakukan invetarisasi kebutuhan-kebutuhan korban gempa dan tsunami yang berada di pengungsian.

Sebagai ujung tombak dalam penanganan bencana gempa dan tsunami yang melanda Mentawai, maka pemerintah daerah yang harus bisa mengkoordinasi langkah-langkah yang mesti dilakukan. Setelah mendapat berita tsunami seharusnya pemerinta lebih tanggap dalam menangani bencana, seluruh pihak-pihak yang bertanggungjawab untuk menangani bencana ini harus dengan segera melakukan tindakan yang untuk mengevakuasi para korban.

Mungkin banyak pihak yang tidak menyadari bahwa bisa saja para korban selamat mengalami trauma dan mereka butuh penanganan yang tepat untuk menghilangkan rasa trauma tersebut. Mereka butuh hiburan agar mereka bisa bangkit dan menata hidup mereka lebih baik lagi. Bukan hanya bantuan saat berada di pengungsian saja yang dibutuhkan, mereka akan jauh lebih membutuhkan bantuan untuk kehidupan mereka setelah keluar dari pengungsian. Mereka sudah kehilangan sanak saudara dan tempat tinggal. Rumah mereka sudah tidak mungkin ditempati lagi karena mengalami rusak berat, maka dari itu mereka pasti lebih membutuhkan tempat tinggal yang aman untuk mereka tempati setelah keluar dari tempat pengungsian. Pemerintah harus bisa mengalokasikan para korban ke tempat yang lebih aman dan menjamin penghidupan yang lebih baik bagi para korban untuk bisa melanjutkan kehidupan mereka ke depannya. Terutama menghilangkan perasaan trauma yang mungkin di alami oleh para korban.

Sabtu, 30 Oktober 2010

JURNAL KELOMPOK

ANGGOTA KELOMPOK

AYUB MARTIEN NPM : 10508032
DIANNISA SHAVIRA NPM : 10508061
KANIA INDANINGRUM NPM : 10508116
RIDHO ANDIKA NPM : 10508197
RENNY WIDOWATI NPM : 10505178

KELAS : 3 PA 06








KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala karuniaNya kepada kami,karena atas limpahan kasih dan sayangnya makalah Psikologi Kelompok ini dapat diselesaikan.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi syarat penilaian tugas Psikologi Kelompok. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Inge Andriani, yang telah memberikan tugas ini sehingga mendapatkan banyak pengetahuan melalui tugas ini dan kami dapat menjalin kerjasama yang baik dalam menyelesaikan makalah ini.
Terima kasih juga kepada semua anggota kelompok untuk waktu, pikiran dan kerjasamanya.

Kami menyadari bahwa di dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan yang disebabkan oleh kemampuan kami yang terbatas dan masih dalam tahap belajar . Oleh karena itu,kami mohon maaf atas kekurangan tersebut. Saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan dari semua pihak.

Akhir kata kebaikanlah yang kami harapkan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya.


Bekasi, Oktober 2010








DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR….............................................................................. i
DAFTAR ISI.................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................1
A.Definisi Kelompok..........................................................................1

BAB 2 PEMBAHASAN.............................................................................1
A. Jurnal 1..........................................................................1
B. Jurnal 2..........................................................................4

BAB 4 PENUTUP................................................................................6
A.Kesimpulan.................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA................................................................................7






PENDAHULUAN

A. Definisi Kelompok
Ada beberapa ahli yang mendefinisikan tentang kelompok, diantaranya :
a. Hornby, A.S (1973: 441) berpendapat bahwa kelompok adalah sejumlah orang atau benda yang berkumpul atau ditempatkan secara bersama-sama atau secara alamiah berkumpul. (A number of persons or things gathered, or naturally associated).

b. Webster (1989: 425) ,mengatakan bahwa kelompok adalah sejumlah orang atau benda yang bergabung secara erat dan menganggap dirinya sebagai suatu kesatuan.

c. (Sherif: 1962), berpendapat Kelompok adalah unit sosial yang terdiri dari sejumlah individu yang mempunyai hubungan saling ketergantungan satu sama lain sesuai dengan status dan perannya secara tertulis atau tidak mereka telah mengadakan norma yang mengatur tingkah laku anggota kelompoknya.

d. slamet Santosa (1992: 8), “Kelompok adalah suatu unit yang terdapat beberapa individu yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan atas dasar kesatuan persepsi”.

e. Menurut Zaltman (1972: 75), bahwa Dinamika Kelompok adalah kekuatan-kekuatan yang berlangsung dalam kelompok, kekuatan tersebut bertujuan memberikan arah perilaku kelompok.

ISI PEMBAHASAN

A. JURNAL 1
Persija adalah sebuah klub sepak bola yang terletak di Jakarta. Persija berdiri pada tanggal 28 November 1928 dan memiliki julukan Macan Kemayoran. Keberadaan Persija dalam kancah Liga Indonesia dan bermain dalam Divisi Utama Liga Indonesia memberikan warna tersendiri, bukan hanya oleh permainannya yang menawan tetapi juga pada suporter pendukung yang menamai dirinya The Jakmania.

The Jakmania adalah kelompok suporter pendukung tim sepak bola Persija yang terbentuk karena suatu alasan, yaitu samasama mendukung tim sepak bola Persija dan berupaya untuk mengorganisir para suporter Persija. The Jakmania berdiri sejak Liga Indonesia IV, tepatnya 19 Desember 1997. Pada awalnya The Jakmania hanya terdiri dari 100 orang, dengan pengurus sebanyak 40 orang. Ketika dibentuk, dipilihlah figur yang dikenal di mata masyarakat. Gugun Gondrong merupakan sosok yang paling dikenal saat itu dan memimpin The Jakmania pada periode 1999-2000. Seiring dengan berjalannya waktu masa kepemimpinan Gugun Gondrong digantikan oleh Fery Indrasjarief yang memimpin selama 3 periode. Pada masa kepemimpinan Fery, The Jakmania berhasil mendapatkan anggota sebanyak 30.000 dari 50 Koordinator Wilayah.

Selain kegiatan mendukung Persija dalam pertandingan, anggota The Jakmania juga memiliki kegiatan kumpul bersama yang dilakukan setiap hari Selasa dan Jum’at, dimana dalam kegiatan tersebut baik pengurus ataupun anggota membahas perkembangan The Jakmania serta melaporkan laporan dari setiap bidang kepengurusan, tidak lupa kegiatan ini juga melakukan pendaftaran bagi anggota baru dalam rutinitas tersebut.

Dalam kelompok The Jakmania terdapat kelompok-kelompok seperti Jak On Air yaitu kelompok yang bekerja sama dengan Radio Utan Kayu yang setiap seminggu sekali mendatangkan pemain-pemain Persija, Jak Angel yaitu kelompok perempuan yang mendukung tim Persija, Jak Online yaitu kelompok yang mempunyai kegiatan untuk memberikan fasilitas informasi tentang Persija melalui jalur internet, Jak Scooter yaitu kelompok pengguna kendaraan vespa yang mendukung Persija, dan Jak Adventure adalah kelompok suporter yang mendukung persija saat bertanding di kandang lawan.

Kelompok-kelompok yang ada dalam The Jakmania tidak hanya terbatas dari yang tertulis di atas, banyak kelompok-kelompok kecil yang tidak tercatat berdasarkan pembagian kelompok tersebut. Kelompok-kelompok kecil ini memiliki aktifitas seperti berangkat bersamasama dari suatu tempat menuju stadion tempat lokasi pertandingan Persija dan pulang bersama-sama menuju tempat asal. Kelompok The Jak Kukusan merupakan salah satu kelompok kecil yang tidak tercatat berdasarkan pembagian kelompok diatas.

Hal-hal tersebut diataslah yang melatarbelakangi peneliti mengangkat tema kohesifitas dalam kelompok untuk dijadikan sebagai bahan penelitian, dikarenakan adanya pandangan masyarakat yang bertentangan mengenai suporter sepak bola. Masyarakat memandang kegiatan suporter sepak bola dapat memicu timbulnya agresifitas yang merugikan banyak pihak tanpa melihat adanya kohesifitas yang dapat membangun serta bersifat positif.

Mengacu pada antusiasme supporter sepak bola The Jakmania, peneliti tertarik pada kohesivitas yang terlihat serta ingin mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kohesivitas pada The Jakmania. Kekompakan yang ditunjukkan dari sebelum pertandingan hingga akhir inilah yang menarik minat peneliti untuk mengkaji kelompok suporter ini.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif yang ditekankan pada penelitian studi kasus. Peneliti mengambil langkah ini karena melihat adanya sifat khusus dari kelompok yang akan diteliti, hal ini diperkuat dengan teori dari Yin (1994) menyimpulkan studi kasus sebagai suatu bentuk penelitian (inquiry) atau studi tentang suatu masalah yang memiliki sifat kekhususan (particulary), dapat dilakukan baik dengan pendekatan kualitatif maupun kuantitatif, dengan sasaran perorangan (individual) maupun kelompok, bahkan masyarakat luas.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tampak adanya kohesivitas individu dalam kelompok kecil The Jakmania, hal tersebut dapat dilihat dari:
1. Kohesivitas individu dalam kelompok kecil The Jakmania. Menurut Suryabrata (2007) ciri-ciri kohesivitas kelompok dapat dilihat dari: setiap anggota kelompok mengenakan identitas yang sama, setiap anggota kelompok memiliki tujuan dan sasaran yang sama, setiap anggota kelompok merasakan keberhasilan dan kegagalan yang sama, setiap anggota kelompok saling berkerja sama dan berkolaborasi, setiap anggota kelompok memiliki peran ke anggotaan, kelompok mengambil keputusan secara efektif. Berdasarkan penelitian kohesivitas dalam kelompok tersebut seperti, aktifitas kelompok dalam komunitas (main bola bareng adalah salah satu kegiatan TheJak kukusan, berkumpul setiap hari), aktifitas kelompok kecil (pulang pergi bersama saat menonton pertandingan Persija secara langsung, patungan), proses pengambilan keputusan (berdiskusi untuk menentukan keputusan yang terbaik, setiap anggota mempunyai solusi), identitas kelompok (menggunakan atribut Persija, baju, logo, shal), kohesivitas kelompok di luar lapangan (berkumpul diwarung ujung gang, dalam perjalanan kelompok menyanyikan yel-yel bersama), kohesivitas kelompok dilapangan (kelompok bergabung dengan The Jak yang lain, kelompok bernyanyi bersamasama, merayakan gol bersama, merayakan kemenangan bersama).

2. Faktor-faktor yang menyebabkan kohesivitas individu dalam kelompok kecil The Jakmania.Menurut McDougall (dalam Sarwono, 2005) kohesivitas dalam kelompok dapat dipengaruhi oleh: kelangsungan keberadaan kelompok (berlanjut dalam waktu yang lama) dalam arti keanggotaan dan peran setiap anggota, adanya tradisi kebiasaan dan adat, ada organisasi dalam kelompok, kesadaran diri kelompok (setiap anggota tahu siapa saja yang termasuk dalam kelompok, bagaimana caranya ia berfungsi dalam kelompok,bagaimana struktur dalam kelompok, dan sebagainya), pengetahuan tentang kelompok, keterikatan (attachment) kepada kelompok.

Selain dapat melihat kohesivitas dalam kelompok tersebut, peneliti juga dapat melihat faktor-faktor yang menyebabkan kohesivitas individu dalam kelompok kecil The Jakmania. Pertama, latar belakang kelompok yaitu teman nongkrong (jarak rumah yang berdekatan menyebabkan anggota mudah bertemu), jumlah anggota (dengan anggota yang berjumlah 10 orang menyebabkan setiap individu dapat mengenal lebih dalam dengan anggota kelompok), tujuan yang sama (setiap anggota dalam kelompok memiliki keinginan yang sama yaitu ingin tim yang didukungnya menang).
Kedua, aktivitas dan kegiatan kelompok seperti main bola bareng (setiap anggota kelompok memiliki kegiatan sehari-hari bersama kelompok seperti main bola bareng dan aktivitas tersebut dapat meningkatkan kekompakkan), nonton bola bareng (kelompok memiliki kegiatan lain seperti nonton Liga Champion bersama anggota kelompok dan aktifitas tersebut dapat meningkatkan kekompakan, karena setiap anggota dapat saling bertemu). Ketiga kebersamaan kelompok seperti proses menumbuhkan keterikatan (pada saat berkumpul, anggota kelompok bercanda gurau dan tertawa bersama sehingga aktifitas ini dapat meningkatkan keterikatan antara anggota kelompok), saling membantu dan menolong (setiap anggota The Jak saling membantu jika ada yang kesusahan dan setiap anggota The Jak harus saling menolong, perilaku tersebut dapat meningkatkan kekompakkan dan kebersamaan setiap anggota).

Kegiatan-kegiatan seperti inilah yang menyebabkan adanya keterkaitan antara dua hal yaitu kohesivitas dalam kelompok tersebut dan faktor-faktor yang menyebabkan kohesivitas individu dalam kelompok kecil The Jakmania yang saling berkesinambungan.


B. JURNAL 2

Dalam konteks Aceh, masyarakat sivil (civil society) merupakan antara pelaku yang mempunyai peluang dan harus dilibatkan untuk membangunkan perdamaian berterusan ini. Selain memang berada dalam situasi konflik, masyarakat sivil lebih menyokong kaedah penyelesaian tanpa kekerasan, dan yang menjaga asas kebebasan individu dan hak asasi manusia. Alexis Tocqueville mengertikan masyarakat sivil sebagai pertubuhan-pertubuhan yang mempunyai matlamat yang berbeda-beda, eksklusif dan terpisah-pisah dan memiliki asas yang dikongsi bersama untuk bertindak secara bersama, iaitu kebebasan individu dan hak asasi manusia.

Penglibatan masyarakat sivil juga penting untuk mengingatkan bahawa apapun penyelesaian yang dijalankan untuk Aceh haruslah melalui proses dan menuju pembangunan struktur demokrasi. Hal ini adalah antara perkara untuk memastikan penyelesaian yang dibina mampu menjamin perdamaian berterusan. Dalam hal ini masyarakat sivil memang pelaku yang sangat sesuai kerana masyarakat sivil dijalankan atas prinsip-prinsip saling menghargai dan terbuka, dan menganut nilai-nilai sejagat. Kebiasaan yang dijalankan masyarakat sivil dalam mengambil keputusan atau mencapai matlamat politik yang dilakukan secara bersama merupakan perkara-perkara yang sangat penting dalam melahirkan nilai-nilai demokrasi.

Uraian-uraian ini membuat penyelidikan akan kesan dan peranan masyarakat sivil ini dalam membangun perdamaian dan transformasi konflik di Aceh merupakan suatu perkara yang menarik dan mustahak untuk dilakukan. Penyelidikan juga penting dilakukan untuk melihat peranan masyarakat sivil dalam membangun perdamaian setelah perubahan konteks konflik selepas bencana tsunami di Aceh.

Berdasarkan kepada penyataan masalah yang telah dikemukakan di atas, penyelidik tertarik untuk menganalisis secara komprehensif usaha-usaha yang telah dilakukan masyarakat sivil Aceh, terutamnya sebelum tsunami, dalam membangunkan perdamaian dan keberkesanannya dalam transformasi konflik di Aceh.

Untuk mencapai objektif kajian, penyelidik menggunakan pendekatan penyelidikan berbentuk kajian kes dengan konflik Aceh sebagai kes kajian. Kaedah yang digunakan di dalam penyelidikan ini pula di bahagikan kepada dua iaitu kajian perpustakaan dan kajian lapangan. Umumnya penyelidikan ini adalah bersifat teoritikal dan empirikal. Untuk itu kedua-dua data primer dan sekunder digunakan dalam tesis ini.

Data yang akan dikumpulkan di dalam kajian ini adalah berbentuk kualitatif. Diantara maklumat yang akan dikumpulkan adalah keadaan konflik Aceh, termasuk sejarah, punca, perkembangan, pelaku, isu, kesan yang ditimbulkan dan kaedah pengurusan konflik yang dijalankan. Maklumat lainnya adalah mengenai struktur masyarakat sivil Aceh, termasuk pelaku-pelaku utama, jaringan yang dipunyai dan perkembangan-perkembangan yang telah berlaku. Di samping itu maklumat yang akan dikumpulkan adalah berkenaan dengan usaha dan aktiviti masyarakat sivil Aceh dalam membangun perdamaian, bagaimana itu dijalankan dan apa cabaran yang mereka hadapi serta apa pengaruh cabaran dan aktiviti itu terhadap struktur dan kapasitas mereka.

Kalau kita kaji secara mendalam memang didapati bahawa konflik Aceh susah untuk diselesaikan, sehingga memerlukan ketelitian dalam merumuskan kaedah penyelesaian yang berkesan. Secara ringkas penyelidik ingin menghuraikan beberapa perkara yang membuat konflik Aceh susah untuk diselesaikan sebelum datangnya musibah tsunami,yaitu:
Pertama: punca konflik kerana kegagalan struktur negara dalam memuaskan struktur dan tradisi hidup sebuah komuniti, hal ini seperti yang dihuraikan dalam pendahuluan di atas.

Kedua: terjejasnya hubungan yang sangat lama dan terus menerus yang telah mewujudkan ketidakpercayaan dan stereotype antara satu pihak dengan pihak lain. Perasaan ini terutamanya ada pada pihak rakyat Aceh kerana banyaknya janji dan harapan yang disampaikan pemimpin-pemimpin Indonesia yang tidak ditepati.

Ketiga: isu-isu utama yang berkembang dalam konflik adalah isu nilai (identiti, martabat, nasionalisme) yang tidak boleh dibahagikan. Selain itu banyaknya isu yang berkembang juga membuat konflik ini menjadi susah diselesaikan. Banyaknya isu ini selain konflik yang berlangsung lama juga merupakan kesan daripada kesalahan dalam menjalankan kaedah penamatan konflik. Contoh yang paling ketara ialah penggunaan kaedah ketenteraan baik pada masa DI/TII atau GAM yang mewujudkan isu pencabulan hak asasi manusia. Demikian juga kaedah memperbesar pembahagian hasil kekayaan kepada Aceh yang tidak disokong sistem pentadbiran yang bersih (clean governance) sehingga mewujudkan isu rasuah, dan sebagainya.

Keempat: struktur kekuasaan antara pihak yang berkonflik tidak seimbang (asymmetric). Pihak yang berkonflik secara fizikal ialah kerajaan Indonesia yang memiliki struktur negara yang lengkap dan GAM yang merupakan kumpulan gerila yang hanya memiliki beberapa ribu ahli saja.

Kelima: keterlibatan banyak pelaku dalam konflik dengan pelbagai ragam matlamat. Bukan hanya antara pihak-pihak utama yang berkonflik, namun perbedaan matlamat juga berlaku di dalaman pihak-pihak utama tersebut. Ini ditambah lagi dengan sikap para pelaku yang kukuh dengan matlamatnya masing-masing. Keadaan ini membuat usaha-usaha ke arah perdamaian yang digagas satu atau beberapa pelaku boleh gagal kerana ada usaha sabotase oleh pihak lain

KESIMPULAN

A. JURNAL 1


Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah :
1. Kohesivitas individu dalam kelompok kecil The Jakmania, hal ini dilihat dari: Aktifitas kelompok dalam komunitas(main bola bareng, satu lingkungan, bakti sosial dan nonton bola bareng), aktifitas kelompok kecil (pulang pergi bersama, patungan, pulang dan pergi bersama), proses pengambilan keputusan kelompok (berdiskusi, solusi, pengambilan keputusan), identitas kelompok (warna, tulisan, logo-logo, warna, logo, atribut Persija), kohesivitas kelompok di luar lapangan (proses menumbuhkan keterikatan, aktifitas sebelum pertandingan, aktifitas setelah pertandingan, tempat berkumpul, mencari kendaraan, menaiki kendaraan, menyanyikan yel-yel, membeli air dan rokok, tegur sapa, menuju tempat parkir, perjalanan pulang, membahas pertandingan), kohesivitas kelompok di lapangan (bentuk dukungan, aktifitas ketika pertandingan, mencari Jak lain, bergabung dengan Jak lain, bernyanyi bersama, merayakan gol, merayakan kemenangan).

2. Faktor-faktor yang menyebabkan kohesivitas individu dalam kelompok kecil The Jakmania adalah sebagai berikut: Latar belakang kelompok (jumlah anggota, teman nongkrong, tujuan yang sama), aktifitas dan kegiatan kelompok (main bola bareng, satu lingkungan, main bola, bakti sosial, nonton bola), kebersamaan kelompok (proses menumbuhkan keterikatan, saling membantu, saling menolong).

B. JURNAL 2
Penyelidikan ini menjelaskan bahwa aktivitas-aktivitas yang dijalankan masyarakat sivil seperti advokasi, kempen, penyedaran akan nilai-nilai perdamaian, perlindungan terhadap mangsa konflik dan aktivitas kemanusiaan lainnya telah mengubah penyelesaian dalam konflik di Aceh sehingga lebih mudah diselesaikan. Berlakunya perubahan tersebut bukan hanya disebabkan peranan masyarakat sivil, tetapi juga peranan pihak-pihak lain, seperti masyarakat antarabangsa dan partai yang berkonflik sendiri. Peranan masyarakat sivil yang lebih besar berdasarkan penyelidikan ini adalah mengubah struktur konflik yang sebelumnya tidak seimbang (asymmetric) menjadi lebih seimbang. Konflik yang sebelumnya tersembunyi (latent) menjadi terbuka (manifest) sehingga lebih mudah diselesaikan. Peranan masyarakat sivil juga besar dalam perubahan isu konflik yang sebelumnya hanya berkenaan dengan pemisahan, kekerasan dan ketenteraan menjadi bercampur dengan isu-isu perdamaian, pendemokrasian dan kemanusiaan. Perubahan-perubahan ini menjadi penyelesaian konflik dan pembangunan perdamaian secara lebih luas.



DAFTAR PUSTAKA

Wicaksono, B. 2010. Kohesifitas Suporter Tim Sepak Bola PERSIJA. www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/.../Artikel_10504030.pdf. 23 Oktober 2010.

Lukman. 2007. Peranan Masyarakat Sivil Dalam Transformasi Konflik Di Aceh. http://eprints.usm.my/9332/1/PERANAN_MASYARAKAT_SIVIL_DALAM_TRANSFORMASI_KONFLIK.pdf. 22 Oktober 2010.

Jumat, 08 Oktober 2010

Tentang Kelompok Futsal

Kelompok adalah sekumpulan individu yang terdiri dari dua orang atau lebih yang memiliki tujuan, minat, kemampuan dan keinginan yang sama.
Slamet Santosa (1992: 8), “Kelompok adalah suatu unit yang terdapat beberapa individu yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan atas dasar kesatuan persepsi”.

Dinamika Kelompok adalah suatu Istilah yang digunakan untuk menghubungkan kekuatan-kekuatan aspek pekerjaan kelompok. Pada dasarnya, Dinamika Kelompok mengacu pada kekuatan Interaksional dalam kelompok yang ditata dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan para anggota (Suardi: 1998).

Kali ini saya akan membahas mengenai suatu kelompok yang memiliki minat yang sama yaitu dalam hal olahraga sepak bola atau futsal di lingkungan Perumahan Margahayu. Club futsal ini bernama TALENTA, yang dibentuk oleh Bapak Sarbini atau lebih sering disapa dengan sebutan Babeh. TALENTA dibentuk pada tahun 1997, dengan tujuan untuk memfasilitasi remaja putra di lingkungan Margahayu agar mempunyai wadah yang tepat untuk menyalurkan hobi dan bakat mereka dalam berolahraga terutama dalam olahraga sepak bola atau futsal. Pada awalnya club ini hanya beranggotakan remaja putra di lingkungan setempat saja, sejalan dengan majunya club tersebut banyak orang yang mendaftarkan diri untuk bergabung. Dan sekarang club TALENTA memiliki anggota dari luar Perumahan Margahayu, seperti Pondok Hijau, Jatimulya dan Tambun.

Club TALENTA pada dasarnya adalah club sepak bola lapangan besar, karena pengurus club melihat banyak bakat yang dimiliki para remaja tersebut. Dan seiring berjalannya waktu club ini semakin besar, dan dibentuklah juga pengurus lainnya seperti pembina, manager tim, pelatih, humas, seksi peralatan. Tapi sekarang kepengurusan tim sedikit terabaikan.

Kegiatan Club TALENTA antara lain adalah latihan futsal dan sepak bola, sparing, mengikuti kejuaraan. Mereka mempunyai jadwal khusus latihan dengan pelatih sendiri. Dulu mereka latihan 2-3 kali dalam seminggu. Selain untuk kegiatan atau kepentingan futsal dan sepak bola, mereka juga sering kumpul-kumpul di tempat manager dan terkadang mereka jalan-jalan bersama.
Club TALENTA bukan hanya mengikuti pertandingan di sekitar Bekasi saja, tetapi juga pernah mengikuti pertandingan di luar kota seperti Cianjur dan Subang.

Club TALENTA sudah mengikuti banyak kompetisi sepak bola, seperti turnamen di Jatimulya, Juanda, Narogong, Rawa Lumbu, Unisma dan masih banyak lagi. Dari bebagai kejuaraan yang pernah diikuti, TALENTA mendapatkan beberapa juara, antara lain :
• Juara 1 sekitar 7 kali
• Juara 2 sekitar 2 kali
• Juara 3 sekitar 2 kali

Nama club TALENTA sudah banyak dikenal oleh club-club sepakbola lainnya karena kehebatan permainan mereka, dan sudah rahasia umum kalau anggota club TALENTA terdiri dari orang-orang yang jago dalam bermain sepak bola. Tidak heran jika setiap pertandingan, club TALENTA selalu dijagokan.

Karena saat ini semua anggotanya sibuk dengan aktifitas mereka masing-masing diluar TALENTA seperti bekerja dan kuliah, maka club TALENTA sejak setahun lalu lebih sering mengikuti pertandingan futsal daripada pertandingan sepak bola lapangan besar. Alasan lainnya karena futsal saat mulai berkembang. Keaktifan anggota club sudah tidak terlalu aktif seperti beberapa tahun lalu, dengan alasan yang telah disebutkan di atas. Mereka hanya melakukan latihan jika akan mengikuti kejuaraan atau sparing saja. Namun, dengan jam terbang yang sudah cukup banyak mereka sudah terbiasa dengan keadaan bertanding secara mendadak dan mereka sudah sangat paham dengan strategi yang biasa digunakan dalam bertanding di setiap kejuaraan.

Karakteristik atau ciri suatu Kelompok menurut Shaw (1979: 6-10) ada 6, yaitu:
1) Persepsi dan kognisi anggota kelompok
2) Motivasi dan kebutuhan kepuasan (need satisfaction)
3) Tujuan kelompok (Group Goals)
4) Organisasi Kelompok
5) Ada ketergantungan antara anggota kelompok
6) Interaksi

Selain itu karakteristik kelompok adalah 1). Adanya interaksi, 2) adanya struktur, 3). Kebersamaan, 4). Adanya tujuan, 5) ada suasana kelompok, 6) dan adanya dinamika interdependensi.

Oleh sebab itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa kelompok adalah unit komunitas yang terdiri dari dua orang atau lebih yang memiliki suatu kesatuan tujuan dan pemikiran serta integritas antar anggota yang kuat.

Senin, 07 Juni 2010

MANTAN TERINDAH

Kamu adalah mantan terindah bagiku
Seandainya dulu semua ini tak berakhir mungkin kita masih bersama
Kawan cubitlah aku..kurasa aku tak menyadari bahwa ini telah berakhir.

Tuhan, Kau anugerahkan rasa sayang ini..
Mungkinkah Kau berikan juga penawar rasa sakit jika aku harus kehilangan dia lagi ??

Dirinya telah hadir dihari-harimu, meski kutahu diriku masih dditerima oleh hatimu
Kini aku tahu bagaimana rasanya harus mengerti keadaan seperti itu
Jika Tuhan mendengarkan doaku..aku hanya ingin meminta kebahagiaan untuk semua.
Aku mengikhlaskan jika memang ini yang harus ku jalani

Ku yakin dirimu pun ingin bahagia
Apapun yang akan membuat dirimu bahagia..aku pun akan turut berbahagia.

Yakinkan hatimu sayang..
Ku takkan memaksakan egoku, ku takkan pernah menuntutmu karena ku tahu itu akan menambah beban bagimu.

Aku percaya kamu..
Aku percaya dengan hatiku..
Dan selama aku tetap memegang keduanya, ku yakin akan tetap mampu bertahan..

Aku ikhlas..
Aku percaya..
Aku kuat..
Dan aku bertahan untuk dirimu..


by : KANIA INDANINGRUM

INILAH KETULUSANKU

Aku cinta padamu karena ketulusanku..
Aku sayang padamu denga apa adanya diriku..
Aku menantimu dengan kebesaran hatiku..

Tak ingin aku salah menempatkan rasa sayang dan hati ini..
Hanya hatikula yang tahu pasti dimana dia harus singgah..

Aku tidak pernah meminta diberikan rasa sayang ini, jika ku tahu itu salah..
Jika aku boleh meminta..aku ingin rasa sayang ini disambut olehmu.

Jika aku diberikann satu keajaiban..
Apakah mungkin Tuhan memutarkan satu kali waktu untukku??
Waktu disaat dirimu masih bersamaku..masih milikku.
SeandainyaTuhan memberikan kesempatan, aku ingin memperbaiki sepenuhnya keadaan yang telah jauh berubah..

Aku tidak akan pernah menuntut jika memang aku tahu itu hanya egoku saja..
Seperti berjalan di pantai..
Aku ingin menjalani hubungan yang dapa kita nikmati dengan kebahagiaan seutuhnya..
Berjalan pelan tapi sungguh menyejukkan hati..

Dirimu..
Aku tahu apa isi hatimu.. walaupun tak sepenuhnya aku tahu.
Aku hanya bisa berusaha untuk mengerti dan memahami apapun perasaan dan keadaanmu kini..
Ku yakin Tuhan tahu bagaimana perasaanku dan perasaanmu..
Tak perlu memaksakan..karena cinta tak bisa dipaksakan.

Aku jalani apa yang hatiku katakan..selama ku yakin dan ku percaya jika kamu tidak akan menyakitiku.
Tuhan..lihat aku.
Lihat hati ini..dengarkan apa yang hati ini inginkan..
Dan tunjukkanlah kuasa-Mu..

Aku tak ingin menyakiti siapapun..
Jika harus ada yang tersakiti lebih baik kau alihkan padaku Tuhan..
Seperti doaku yang selalu menginginkan siapapun bahagia..
Termasuk dia yang ku sayang..


by : Kania Indaningrum

KU TAK INGIN

Ternyata dirimu masih seperti yang dulu..
Masih seperti dirimu yang senang mengacuhkan aku dengan duniamu sendiri..
Sempat ku berpikir untuk membuka hati ini kembali padamu..Tapi ku tak yakin dengan ini.
Aku tidak siap jika harus mengorbankan hati dan perasaan ini untuk diacuhkan..

Tuhan, sejujurnya hatiku tidak siap untuk mengecewakan dan dikecewakan lagi..Aku ingin mendapatkan perhatian sepenuhnya darinya.
Sungguh egoisnya diriku..mungkin itu yang bisa digambarkan.
Sulit bagiku untuk bisa menerima dia berdampingan bersama yang lain..hati ini tidak rela.
Ku menangis dikala ku tahu, dia dekat dengan wanita lain..

Tuhan, kuatkan aku..
Jangan biarkan airmata ini menghiasi kebahagiaannya..
Tersenyumlah Kau, kebahagiaan akan selalu bersamamu..Seseorang yang ku sayang.

BY : KANIA INDANINGRUM

Selasa, 01 Juni 2010

Untuk Kalian Yang Ku Sayang

Aku sering terjebak dengan perasaanku sendiri..dan pada akhirnya perasaan aku sendirilah yang mengontrol seluruh egoku.

Sangat tidak baik..aku menyadarinya.

Aku hanyalah manusia biasa yang tidak terlepas dari segala kekhilafan..
Tuhan, izinkan aku membahagiakan mereka..orang tuaku, sahabat-sahabatku, dan orang-orang di sekitarku.

Melihat mereka tersenyum, sudah sangat membuatku bahagia..
Tak ingin aku merusak kebahagiaan mereka..apalagi membuat mereka merasa kesulitan.

Aku ingin belajar menjadi wanita yang sanggup menghadapi segala persoalan tanpa harus menyusahkan mereka, walaupun itu tidak mungkin tapi paling tidak aku hanya sedikit merepotkan mereka saja..

Sebarkanlah seluruh aura kebahagiaan yang aku punya, yang aku rasakan kepada mereka Tuhan..aku ingin melihat mereka tertawa.

Jauhkanlah orang-orang yang aku sayang dari segala kesedihan..
Engkau hadirkan mereka sebagai penguat untukku..aku bisa setegar ini juga karena mereka, aku bisa tetap berdiri tegak karena mereka selalu menopang tubuh ini yang terkadang lemah.
Aku selalu berdoa untuk mereka..

Airmata yang mereka teteskan..kerutan di dahi mereka karena pusing membantuku untuk mernyelesaikan masalah, ingin aku balas dengan senyuman yang lebar dan tertawa yang terbahak-bahak.

Paling tidak bisa membuat mereka kembali kedalam kebahagiaan mereka..
Baru aku bisa menghela nafas lega..syukurlah Tuhan.

Dan akupun tersenyum ketika mereka tersenyum.. ^_^

Terima kasih my biggest inspiration (orangtuaku), sahabat-sahabatku, teman-temanku dan kalian semua yang secara tidak langsung mungkin ikut peduli denganku..sekalipun mungkin disekitarku ada yang membenciku, tapi aku tidak pernah membencinya.

Tuhan akan selalu memberikan kebahagiaan untuk kalian semua..

Cintaku untuk kalian..

Dari Kania Indaningrum

Ikhlas Dalam Kecewa

Ada sebbuah pertanyaan “Apa pertanyaan yang ditanyakan oleh hati dan pikiran itu sama, apa hati ini terus berjalan beriringan dengan pikiran kita?

Lalu aku menjawab :

Ya,tentu saja sama. Setiap hati kita mempertanyakan sesuatu, maka pikiran kita pasti ikut mencari jawaban dari pertanyaan itu. Hati dan pikiran akan selalu beriringan dan berkaitan. Hanya saja hati lebih mencari jawaban berdasarkan perasaan dan pikiran berdasarkan logika, keduanya tidak bisa berjalan sendiri-sendiri. Yang benar adalah keduanya harus dikombinasi supaya balance dan keputusan atau jawaban yang kita dapat juga terbaik. Tapi pada kenyataan kita hanya berpijak pada salah satu itu. Terlalu pakai perasaan dan kadang terlalu pakai logika, makanya kita cenderung bimbang.

Disaat manusia bimbang, mereka lebih sering tidak memperdulikan apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi. Mereka hanya akan berjalan dengan egonya saja. Maka dari itu, hati dan pikiran harus bisa balance supaya apa yang kita mau bisa terprediksi dengan baik. Siapkan satu ruang di hati untuk segala kemungkinan yang akan terjadi (kita terima).

Terkadang jawaban (kenyataan) yang kita terima tidak sesuai dengan keinginan kita. Dan disaat itulah manusia akan merasa kecewa dengan keadaannya. Perlu mereka sadari bahwa manusia tidak akan pernah tahu apa yang terjadi nanti. Sering kali kenyataan tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Tapi sadarilah bahwa apa yang terjadi sama kita itu adalah “gift from God”. Dan itulah yang terbaik menurut Tuhan untuk kita. Walaupun bagi kita itu bukan yang terbaik untuk kita (karena tidak sesuai dengan harapan kita). Ikhlas dan berbesar hati itu kuncinya.
Pada akhirnya manusia sering mengeluhkan keadaan dirinya. Mereka lupa..

Apakah harus selalu mengeluh??

Apakah kita harus menyesalinya??

Apakah dengan kita melakukan itu, semuanya akan berubah sesuai keinginan kita??
Belum tentu bukan?? Kita pasti menyadari hal itu..

IKHLAS..

Ikhlas tidak perlu ditunjukkan dalam bentuk nyata. Cukup hati kita berkata “AKU IKHLAS” , tanpa kita sadari sikap kita pun akan menunjukkan hal yang sama. Manusiawi memang jika manusia kecewa, tapi apakah harus semua orang tahu kalau kita sedang kecewa??
Disaat hati kita merasa kecewa, jangan wujudkan dalam ucapan karena endingnyaakan terlihat juga dalam sikap kita. Tugas kita adalah bagaimana caranya kekecewaan itu, bisa kita jadikan sebagai spirit untuk kita bangkit dan tidak terpuruk terus menerus.

So, jauhkanlah kata-kata KECEWA dari pikiran kita. Tuhan selalu adil kepada seluruh umat-Nya, dan percayalah Tuhan tidak pernah bermaksud untuk membuat umat-Nya kecewa tapi itu justru dimaksudkan agar kita tetap kuat dalam menghadapi dan menjalani apa yang telah Tuhan takdirkan.

By : Kania Indaningrum

Rencana Tuhan Itu Tepat

Tuhan selalu punya rahasia tersendiri untuk umat-Nya. Dia berikan setiap manusia kenyataan dan jalan hidup yang berbeda-beda. Setiap manusia sudah mempunyai jalan hidupnya sendiri-sendiri dengan segala maksud dibalik itu semua. Tapi terkadang manusia justru sering menyalahkan Tuhan akan segala yang terjadi dalam hidupnya, padahal jauh sebelum ia mendapatkan itu semua, saat ia ditakdirkan berada dalam rahim seorang ibu, Tuhan sudah menentukan segala takdir hidupnya, setiap kebahagiaan dan kepahitan dalam hidup sudah digariskan oleh-Nya. Salahkah manusia yang seperti itu???

Tentu tidak, karena terkadang manusia tidak pernah menyadari akan kehadiran Tuhan dalam hidupnya. Padahal jika ia benar-benar menyadarinya, ia pasti bisa lebih memaknai apapun yang ia terima. Mungkin Tuhan akan tersenyum jika semua manusia bisa seperti itu. Kenapa juga manusia harus mengeluh, padahal ia hanya menjalankannya saja tidak diminta untuk mengatur jalan hidupnya.

Setiap masalah yang diberikan oleh Tuhan pasti sudah ada jalan keluar yang terbaiknya pula. Sama halnya seperti ujian, pasti ada jawabannya yang paling benar dari setiap soalnya. Benar atau salahnya jawaban itu tergantung kita memahami soal yang diberikan, jika kita bisa memahami dan menjawab pertanyaannya dengan tepat dan benar maka kita akan dinyatakan lulus dan naik tingkat. Begitu pula dalam hal cobaan Tuhan.
Jika kita dapat melaluinya dengan penuh keyakinan dan kesabaran, Tuhan akan menaikkan derajat kita sebagai makhluk-Nya. Itu sudah pasti.

By : Kania Indaningrum

PAHAMILAH

Terkadang manusia tidak bisa membedakan apa yang mereka inginkan dan apa yang mereka butuhkan..
Terutama dalam hal pasangan (cinta)..

Banyak orang yang menginginkan mempunyai pasangan yang sempurna, sesuai dengan apa yang mereka inginkan..
Tapi tanpa mereka sadari tidak semua kriteria yang mereka inginkan adalah apa yang mereka butuhkan untuk membuat hidupnya bahagia..
Sebenarnya mereka membutuhkan seseorang yang bisa menerima diri mereka apa adanya, yang menyayangi mereka dengan setuls hati dan membawanya ke arah yang lebih baik..

Apakah kalian pernah mengalami hal itu??
Mungkin pernah, tapi sekali lagi..kalian mungkin tidak menyadarinya.

Ketika mereka sudah mendapatkan pasangan yang sesuai dengan keinginannya..mereka hanya merasa senang dan bangga saja, belum tentu bahagia.
Karena itu hanya sebatas ambisi saja bukan dari hati..bagi mereka yang penting sudah mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Sementara itu apa yang mereka butuhkan belum mereka temukan..dan pada akhirnya mereka akan banyak menuntut pasangannya untuk menjadi apa yang mereka butuhkan.

Dan apa yang terjadi?? Pastilah ego yang akan bertindak..mereka akan cenderung egois dan selalu menuntut tanpa mau dituntut, karena merasa dirinya sudah “pas” dalam kadarnya.

Coba kita berkaca diri apakah kita sepeti itu atau tidak..
Dan apakah kita sudah menemukan seseorang yang kita butuhkan untuk membuat hidup kita terasa sempurna??

Renungkanlah..peka terhadap perasaan kita sendiri.
Karena hanya hati dan diri kitalah yang lebih mengetahui hal itu..dan Tuhan tentunya.
Jika inginkan seseorang yang terbaik..perbaikilah diri kita terlebih dahulu.
Niscaya jika di mata Tuhan kita sudah menjadi seseorang yang baik..pasti kita akan disandingkan dengan seseorang yang baik pula.

Carilah seseorang yang bisa menyempurnakan hidup kita..bukan seseorang yang sempurna di mata kita.
Karena kita tidak akan pernah menemukan seseorang yang sempurna di dunia ini..hanya Tuhanlah Yang Maha Sempurna.

By : Kania Indaningrum

Sabtu, 29 Mei 2010

Arti Tahi Lalat Di Wajah

Percaya tidak percaya, tahi lalat tak sekedar menempel begitu saja di tubuh kita. Bagi yang percaya, letak tahi lalat ada hubungannya terhadap kepribadian seseorang. Coba deh perhatikan sekali lagi letak tahi lalat Anda dan temukan artinya di bawah ini.

SEPUTAR WAJAH
- Pelipis kanan: menandakan Anda seorang yang pandai menyimpan rahasia. Bagi Anda, rahasia yang Anda pegang pantang dibocorkan pada pihak lain.

- Pelipis kiri: Anda punya jiwa sosial yang oke. Hati Anda mudah trenyuh melihat penderitaan orang lain. Saking dermawannya, terkadang Anda rela memberi lembaran uang Anda satu-satunya kepada orang lain yang dianggap lebih butuh.

- Dahi kanan: Anda orang yang pandai bergaul. Di tempatkan di lingkungan sosial mana pun, dipastikan Anda tidak bakalan susah. Kelebihan lain, Anda pribadi yang senang bertualang.

- Dahi kiri: Anda tipikal pemikir. Otak Anda termasuk encer. Motto hidup Anda, tidak ada masalah yang tak ada jalan ke luarnya.

- Alis sebelah kanan: memiliki gambaran pribadi yang banyak memikul beban. Orang seperti ini gampang terkena stres.

- Ailis sebelah kiri: menandakan Anda seorang yang egois, mau menang sendiri dan sering kali tidak peduli terhadap kesulitan orang lain.

- Hidung: Anda disukai banyak orang. Anda juga bukan orang yang pelit. Rezeki Anda terbilang berlimpah.

- Pipi kanan: menggambarkan kepribadian yang rendah hati, suka menolong dan tidak tegaan. Berhati-hati saja karena banyak yang akhirnya memanfaatkan kebaikan Anda.

- Pipi kiri: Anda termasuk pribadi yang boros. Anda juga dikenal sebagai orang yang baik hati, berbudi luhur, dan tidak sombong.

- Bibir atas dan bawah kanan: Anda lihai berdebat. Siapa pun yang mengajak Anda adu mulut, dijamin tidak akan pernah menang melawan Anda.

- Bibir atas kiri: Anda orang yang pintar bergaul dan mudah klik dengan siapa saja.

- Bibir bawah kiri: wah... Anda terkenal cerewet, ya. Hal kecil saja bisa membuat Anda ‘bernyanyi’ sepanjang hari.

- Dagu kanan: menggambarkan watak yang penuh kasih sayang. Anda sangat cocok memelihara binatang atau tanaman, karena Anda tipe orang yang bisa merawat dengan penuh cinta.

- Dagu kiri: pemilik tahi lalat di dagu kiri kebanyakan berkepribadian pendiam, tidak banyak bicara dan hemat dalam pengeluaran keuangan.

- Telinga kanan: Anda terkenal punya kemuaan keras. Kalau sudah menginginkan sesuatu, Anda akan maksimal mengerahkan segala daya dan upaya untuk mendapatkannya.

- Telinga kiri: waduh.. mereka yang mempunyai tahi lalat di titik ini biasanya mudah tersinggung dan emosinya cepat sekali meledak.

sumber kompas.com

Katakan Cinta dengan KATA

Tak ada yang salah dengan wanita mengatakan cinta terlebih dulu. Hanya, masih ada yang risih dengan cara ini dan memilih mengirim sinyal cinta saja. Namun apakah sinyal ini bisa langsung ditangkap pria? Jangan bunuh diri dulu jika Anda merasa cinta Anda tak berbalas. Mungkin sang pangeran cuma tidak memahami sinyal cinta Anda. Karena penyampaian lewat cara berikut ini, belum tentu sampai pada hati pria


1. Bahasa tubuh


Ya, sebagian pria menganggap menyilangkan kaki hingga kaki jenjang plus sepatu seksi Anda terlihat sangat menggoda. Tapi gaya bahasa ini bisa mengintimidasi sejenis pria tertentu. Coba metode lain yang terasa lebih nyaman oleh semua pria, misalnya menyenggol tangan saat sedang bercanda.

2. Memainkan rambut

Mitos kuno berkata, jika seorang wanita memainkan rambutnya, itu indikasi ia menyukai pria di hadapan. Meski sering terbukti kebenarannya, jika Anda memainkan rambut hanya untuk menunjukkan rasa suka, Anda malah terlihat palsu dan gugup. Ada cara yang lebih mudah dipahami: Kontak mata dan tersenyum.

3. Dandan maksimal!

Inilah divisi gender: Pria melihat keseluruhan, wanita memperhatikan detail. Anda boleh memprotes pernyataan ini tidak mendukung emansipasi, tapi Anda tetap harus mengakui kebenarannya terkadang. Jika di tengah pembicaraan Anda pergi ke toilet untuk menambah bedak, ia mungkin tak sadar bedanya. Persiapkan penampilan semaksimal mungkin sebelum bertemu. Sekarang saatnya fokus membuat percakapan yang seru.

4. Cintaku di tembok Facebook

Anda mengirim ucapan selamat ulang tahun dan mengundang nikahan via Facebook. Jadi apa salahnya menyatakan cinta lewat medium yang sama? Sayangnya, Anda tak bisa yakin sang pangeran punya pandangan yang sama tentang Facebook. Beberapa tidak mengecek Facebook setiap hari. Sisanya membalas pesan seminggu kemudian. Jangan sia-siakan kemampuan menulis puisi Anda hanya untuk dibaca 1,027 temannya!(mg)

Gangguan Komunikasi pada Anak

Adi berusia 2 tahun dan masih belum bisa berbicara. Dia dapat mengatakan beberapa kata, namun dibandingkan teman sebayanya , menurut anda adi jauh ketinggalan. Anda mengingat bahwa kakaknya dapat merangkai kalimat yang benar pada usia yang sama. Beberapa anak memang ada yang lebih cepat berjalan atau lebih cepat berbicara, berharap bahwa adi akan bisa berbicara lancar apabila terus dilatih maka anda menunda untuk meminta bantuan profesional.

Kasus ini adalah kasus yang umum kita temukan di kalangan orangtua yaitu kasus anak terlambat berbicara. Banyak orang tua ragu untuk mencari bantuan karena mereka berusaha meyakinkan diri mereka bahwa anak nanti juga akan bisa berbicara. Mengetahui apa itu normal dan yang tidak di dalam perkembangan berbicara dan bahasa anak dapat membantu anda untuk lebih teliti memperhatikan apakah anak berada dalam jalur yang benar.

Perkembangan Bicara dan Bahasa yang Normal

Sangat penting untuk mengerti perkembangan bicara dan bahasa pada anak anda. Terkadang sulit untuk membedakan apakah anak hanya imatur di dalam kemampuannya berkomunikasi atau anak memiliki gangguan yang membutuhkan bantuan profesional.

Perkembangan berbicara dan bahasa anak adalah:
• Sebelum 12 bulan : Mengoceh atau ‘babbling’ adalah tahap awal dari perkembangan berbicara. Apabila bayi beranjak besar (sekitar 9 bulan), mereka mulai untuk menggunakan nada yang berbeda-beda untuk berbicara, berkata ‘mama’ dan ‘dada’ (tanpa mengerti artinya). Sebelum usia 12 bulan, anak mulai tertarik pada suara

• Usia 12-15 bulan : Anak pada usia ini memiliki variasi babbling mereka dan minimal 1-2 kata yang dimengerti sudah dikeluarkan (tidak termasuk ‘mama’ dan ‘dada’) . Anak usia ini sudah dapat mengerti dan mengikuti petunjuk tunggal (seperti: “Tolong berikan saya mainan itu”) atau mengerti perintah dan sedikit pertanyaan (contoh : Mana hidungmu?)

• Usia 18-24 bulan : Anak sudah memiliki sekitar 20 kata pada usia 18 bulan, dan sekitar 50 kata atau penggalan kata pada usia 24 bulan. Pada usia 24 bulan, anak harus belajar mengkombinasikan 2 kata seperti “Susu sapi”. Usia 2 tahun seharusnya juga sudah dapat mengikuti 2 macam perintah (seperti : “Tolong ambilkan mainan itu dan bawakan saya gelasmu”)
• Usia 2-3 tahun : Koleksi kata-kata anak sudah meningkat, dapat mengkombinasikan 3 atau lebih kata menjadi kalimat, mengerti berbagai macam perintah, dapat mengidentifikasikan warna dan mengerti konsep deskriptif (contoh : besar vs kecil)


Apa yang dimaksud dengan gangguan komunikasi?


Yang dimaksud dengan gangguan komunikasi meliputi berbagai lingkup masalah yaitu gangguan bicara, bahasa, dan mendengar. Gangguan bahasa dan bicara melingkupi gangguan artikulasi, gangguan mengeluarkan suara, afasia (kesulitan menggunakan kata-kata, biasanya karena memar atau luka pada otak), dan keterlambatan di dalam berbicara atau berbahasa. Keterlambatan bicara dan bahasa tergantung dari beberapa penyebab, termasuk di dalamnya adalah faktor lingkungan atau gangguan pendengaran.

Berapa banyak anak memiliki gangguan komunikasi?

Gangguan wicara pada anak adalah salah satu kelainan yang sering dialami oleh anak-anak dan terjadi pada 1 dari 12 anak atau 5 – 8 % dari anak-anak presekolah. Hal ini mencakup gangguan berbicara (3%) dan gagap (1%). Konsekuensi yang diambil pada gangguan wicara yang terlambat ditangani adalah perubahan yang signifikan dalam hal tingkah laku, gangguan kejiwaan, kesulitan membaca, dan gangguan prestasi akademik termasuk penurunan prestasi di sekolah sampai drop-out. Sampai saat ini, gangguan wicara pada anak merupakan masalah yang sulit terdeteksi pada pusat pelayanan primer

Gangguan pendengaran bervariasi sekitar 5% dari anak usia sekolah dengan level pendengaran di bawah normal. Dari jumlah ini, 10-20% memerlukan pendidikan khusus. Sekitar 1/3 dari anak yang memiliki gangguan pendengaran, bersekolah di sekolah biasa, 2/3 dari mereka memasuki pendidikan khusus atau sekolah luar biasa untuk tuna rungu.


Apa penyebab gangguan komunikasi?


Banyak gangguan komunikasi muncul dari kondisi lain seperti gangguan pembelajaran, cerebral palsy, retardasi mental, atau sumbing bibir dan palatum. Anak dengan keterlambatan bicara memiliki gangguan pengucapan, yang berarti terdapat komunikasi tidak efektif pada area otak yang bertanggungjawab untuk berbicara. Anak dapat mengalami kesulitan di dalam menggunakan bibir, lidah, dan rahang untuk memproduksi suara. Tidak mampu berbicara dapat merupakan masalah satu-satunya atau dapat diikuti dengan masalah lainnya seperti kesulitan menelan. Keterlambatan berbicara dapat mengindikasikan keterlambatan perkembangan.

Gangguan pendengaran umumnya berkaitan dengan keterlambatan berbicara, bila anak memiliki gangguan pendengaran, dia juga dapat memiliki gangguan mengerti pembicaraan dan gangguan menirukan dan menggunakan bahasa. Gangguan pendengaran terbagi atas gangguan pendengaran parsial dan ketulian total. Ketulian dapat didefinisikan sebagai kesulitan berkomunikasi secara auditori atau memerlukan alat bantuan berupa amplifikasi. Terdapat 4 tipe dari gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran konduktif yang disebabkan penyakit atau sumbatan pada liang telinga maupun telinga tengah, biasanya dapat dibantu dengan hearing aid. Gangguan pendengaran sensorineural terjadi Karena kerusakan pada sel rambut sensori dari telinga dalam atau kerusakan dari saraf telinga, umumnya tidak dapat dibantu dengan hearing aid. Gangguan pendengaran campuran yaitu kombinasi gangguan dari telinga luar atau telinga tengah, dan telinga dalam. Gangguan pendengaran sentral yang berasal dari kerusakan saraf atau otak.


Apa karakteristik dari anak-anak dengan gangguan komunikasi?


Bayi yang tidak berespon dengan suara atau tidak bisa’bubbling’ atau mengoceh merupakan hal yang perlu diperhatikan. Pada usia 12-24 bulan, perhatian lebih perlu diberikan pada anak dengan :
• Tidak dapat menggunakan bahasa tubuh seperti menunjuk atau melambai pada usia 12 bulan
• Memilih bahasa tubuh dibandingkan vokalisasi untuk berkomunikasi pada usia 18 bulan
• Memiliki kesulitan menirukan suara atau kata pertama tidak muncul pada usia 18 bulan
Pada anak usia lebih dari 2 tahun, anda harus mencari bantuan apabila :
• Hanya dapat mengulang kata atau suara tanpa mampu menghasilkan kata atau kalimat sendiri
• Hanya mengucapkan beberapa kata atau suara berulang-ulang
• Tidak dapat mengikuti petunjuk sederhana
• Memiliki suara yang tidak biasa (suara hidung)
• Lebih sulit dimengerti dibandingkan sebayanya, orangtua dan pengasuh sebaiknya mengerti separuh dari yang diucapkan anak pada usia 2 tahun, sekitar ¾ dari yang diucapkan pada anak 3 tahun, dan pada usia 4 tahun, anak anda seharusnya sudah dapat dimengerti seluruh kata-kata yang dia keluarkan

Anak dengan keterlambatan bicara dan bahasa memiliki berbagai karakteristik
termasuk ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk, lambat dalam berbicara, kesulitan artikulasi, dan kesulitan dalam membuat kalimat.

Gagap adalah gangguan dalam berbicara atau lambat di dalam berbicara, umumnya muncul antara usia 3-4 tahun dan dapat berkembang menjadi kasus yang kronik apabila tidak ditangani secara adekuat. Gagap dapat secara spontan menghilang pada usia remaja, namun terapi bicara dan bahasa sebaiknya dilakukan sebelumnya.

Anak dengan kemungkinan gangguan pendengaran dapat muncul dengan kurangnya kemampuan pendengaran, perlunya pengulangan pertanyaan sebelum dapat menjawab yang benar, berbicara dalam kata-kata yang kurang tepat, atau mengalami kebingungan dalam diskusi. Deteksi dan diagnosis dini gangguan pendengaran sebaiknya segera dilakukan dan ditangani dengan segera.
Apa yang harus dilakukan pada anak dengan gangguan komunikasi?

Apabila anda atau dokter anak anda mencurigai adanya gangguan komunikasi, maka evaluasi dini oleh profesional sebaiknya segera dilakukan. Suatu evaluasi yang dilakukan oleh ahli patologi bicara dan bahasa diantaranya adalah melihat kemampuan berbicara dan berbahasa anak anda menggunakan tes dan skala yang sudah distandarisasi. Ahli patologi tersebut juga akan mengamati apa yang anak mengerti, apa yang anak dapat katakan, komunikasi bahasa tubuh seperti menunjuk, menggeleng, dan status oral-motor anak (bagaimana bentuk bibir, lidah, langit-langit mulut, apakah mereka dapat bekerjasama di dalam berbicara, makan, dan menelan).

Apabila ahli tersebut menyatakan bahwa anak anda memerlukan terapi bicara maka keterlibatan orangtua sangat berperan. Suatu tim yang terdiri dari guru, terapis bicara dan bahasa, audiologis, dan orangtua diperlukan untuk menangani gangguan komunikasi pada anak. Amplifikasi mungkin dibutuhkan pada anak dengan gangguan pemdengaran. Anak yang tidak dapat dibantu dengan hearing aid memerlukan terapi yang dini, seperti penggunaan bahasa isyarat dan membaca bibir yang dapat membantu komunikasi mereka.

Orangtua dapat membantu untuk mengevaluasi dan mengamati perkembangan komunikasi anak dengan cara memiliki waktu untuk berkomunikasi dengan anak, meskipun anak masih bayi, berbicara dan menyanyi pada anak dapat merangsang peniruan suara dan bahasa tubuh; bacalah buku untuk anak anda, dimulai pada usia anak 6 bulan dengan buku yang sesuai dengan usia anak; gunakan kehidupan sehari-hari untuk melatih bicara anak, yang berarti berbicaralah sepanjang hari seperti sebutkan nama-nama makanan di supermarket, jelaskan apa yang anda lakukan ketika anda memasak atau membersihkan ruangan, tunjuk benda-benda di sekitar rumah, dan yang terakhir adalah tanyakan kembali pengetahuan yang sudah anda berikan atau lihat respon anak anda.

Gangguan Reseptif-Ekspresif

Perkembangan Kecerdasan dan Bicara pada Anak

Fungsi berbahasa merupakan proses paling kompleks di antara seluruh fase perkembangan. Fungsi berbahasa bersama-sama dengan fungsi perkembangan pemecahan masalah visuo-motor merupakan indikator yang paling baik dari ada tidaknya gangguan perkembangan intelektual.
Gabungan kedua perkembangan ini akan menjadi fungsi perkembangan sosial. Perkembangan bahasa menyangkut fungsi reseptif dan ekspresif (fungsi menerima dan mengekspresikan). Fungsi reseptif adalah kemampuan anak untuk menerima, mengenal dan bereaksi terhadap seseorang, terhadap kejadian lingkungan sekitarnya, mengerti maksud mimik atau air muka dan nada suara atau intonasi dan akhirnya mengerti kata-kata.

Fungsi ekspresif adalah kemampuan anak untuk mengutarakan pikirannya, dimulai dari komunikasi preverbal (sebelum anak dapat berbicara), komunikasi nonverbal dengan ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan akhirnya dengan menggunakan kata-kata atau komunikasi verbal. Fungsi reseptif dapat kita lihat pada bayi yaitu terlihat dengan adanya reaksi terhadap suara.
Hal ini pada mulanya bersifat refleks. Kemudian dia memperlihatkan respons motorik berupa terdiam kalau mendengar suara, atau seperti gerak terkejut. Fungsi ekspresif muncul ya- itu berupa suara tenggorok misalnya berdahak, batuk dan menangis.

Fungsi suara tenggorok berangsur-angsur menghilang pada bayi berusia dua bulan, digantikan dengan suara "ooo-ooo". Pada usia 2 bulan, bayi dapat mengeluarkan suara "ooo-ooo" dengan irama yang musikal. Bayi sudah memperlihatkan senyum sosial, kira-kira pada usia lima minggu dengan cara berbicara dengan mereka ataupun mengelus pipi mereka.

Anak normal pada umur 4 bulan, terdengar suara "aguuuu-aguuuuu". Umur 6 bulan terdengar anak dapat bergumam. Umur 8 bulan ia dapat mengucapkan "da-da-da" lalu menjadi kata "dada" yang belum berarti, disusul "dada" yang diucapkan saat ia melihat ayahnya atau ibunya.

Kata "mama" akan muncul belakangan. Bayi juga dapat mengerti kata "tidak boleh" yang disertai dengan nada suara yang tinggi, ini terjadi pada bayi berusia 9 bulan. Pada usia 11 bulan, ia dapat mengucapkan kata pertama yang benar, disusul kata kedua pada umur 1 tahun.

Selanjutnya perkembangan anak usia 12-15 bulan, kita akan mendengar kata-kata baru sebanyak 4-6 kata. Saat ini orangtua mulai mendengar immature jargoning. Anak berusia 16-17 bulan, ia sudah dapat menguasai 7-20 kata jargoning dan menjadi lebih matang. Pada pengucapan anak, akan muncul kata yang benar diantara kata yang tidak benar. Anak autis tidak akan mengalami hal ini sesuai dengan usia perkembangannya. Anak dengan autis mengalami keterlambatan bicara, sehingga kadangkala pada usia 3 atau pun 4 tahun sang anak masih mengucapkan kata jargoning dan tidak dapat dimengerti oleh orang lain bahkan oleh ibunya sendiri.

Pada usia 18 bulan, anak dengan perkembangan normal mulai dapat mengucapkan kalimat pendek dengan susunan yang belum betul, masih cadel, misalnya: "Rio minta", atau "Rio minum", dan lain-lain.

Pada umur 21 bulan, perbendaharaan kata mencapai 50 kata, dan ia dapat mengucapkan kalimat terdiri dari 2 kata dengan lebih jelas. Ia sudah menggunakan kata "saya" atau "kamu", walaupun seringkali belum tepat. Pada umur 30 bulan, kata "saya", "kamu" sudah benar. Pada umur 3 tahun ia menguasai 250 kata dan dapat membentuk kalimat terdiri dari 3 kata. Pada umur 4 tahun ia mulai bertanya mengenai arti suatu kata, terutama yang abstrak.

Dia dapat bercerita dan menggunakan kalimat terdiri dari 4-5 kata. Selama masa awal kanak-kanak anak memiliki minat yang kuat untuk belajar berbicara. Ini karena ia mulai memahami bahwa bicara merupakan sarana pokok berkomunikasi. Bisa melakukan kontak sosial sekaligus mudah diterima teman sebaya. Tak heran anak seusia ini sangat cerewet dan tukang ngobrol.

Anak dengan autis mengalami kesulitan atau keterlambatan bicara, sehingga akan menghambat komunikasinya dengan orang lain. Kadang kala anak seperti ini mengeluarkan bahasa yang tidak dimengerti oleh orangtuanya sekalipun, sehingga pada saat "ngobrol tidak nyambung". Keadaan seperti ini dapat menyebabkan anak frustrasi karena keinginan tidak bisa ia komunikasikan, akibatnya, anaknya mengamuk dan berperilaku mengganggu atau merusak ataupun agresif terhadap lingkungan. Keadaan ini harus dipahami orangtua. Karena banyak kasus terjadi bahwa orangtua tidak mengerti apa yang dimaksud anaknya, sehingga anaknya yang sedang frustrasi akan mengamuk.
Kesulitan bicara dan berbahasa harus dipikirkan bila seorang anak terlambat mencapai tahapan unit bahasa yang sesuai dengan usianya. Unit bahasa tersebut dapat berupa suara, kata dan kalimat. Keterlambatan bicara terjadi pada anak kira-kira 3-15 persen dan merupakan kelainan perkembangan yang paling sering terjadi.


KETERLAMBATAN, KETIDAKSEIMBANGAN DAN PENYIMPANGAN BERBAHASA


Kemungkinan adanya keterlambatan berbahasa harus dipikirkan bila seorang anak terlambat mencapai tahapan berbahasa yang sesuai untuk umurnya. Selanjutnya fungsi berbahasa diatur pula oleh aturan tatabahasa, yaitu bagaimana suara membentuk kata, kata membentuk kalimat yang benar dan seterusnya. Keterlambatan bicara terjadi pada 3-15% anak, dan merupakan kelainan perkembangan yang paling sering terjadi. Sebanyak 1% anak yang mengalami keterlambatan bicara tetap tidak dapat bicara. Tiga puluh persen di antara anak yang mengalami keterlambatan ringan akan sembuh sendiri, tetapi 70% di antaranya akan mengalami kesulitan berbahasa, kurang pandai atau berbagai kesulitan belajar lainnya.


Kemampuan berbahasa sangat terlambat bila :

Bayi tidak mau tersenyum sosial sampai 10 minggu
Bayi tidak mengeluarkan suara sebagai jawaban pada usia 3 bulan
Tidak ada perhatian terhadap sekitar sampai usia 8 bulan
Tidak bicara sampai usia 15 bulan
Tidak mengucapkan 3-4 kata sampai usia 20 bulan.

Salah satu gangguan adalah bila ditemukan perbedaan kecepatan perkembangan antara 2 faset yang berbeda, yang disebut sebagai ketidak seimbangan kecepatan perkembangan. Hal ini penting untuk deteksi gangguan komunikasi, Dimana fungsi bahasa jelas tertinggal dari fungsi pemecahan masalah. Pada retardasi mental, keduanya terlambat sedangkan pada gangguan motorik yang disebut sebagai palsi serebral fungsi motorik terlambat dibandingkan fungsi bahasa dan pemecahan masalah.

Penyimpangan berbahasa menunjukan kemampuan berbahasa yang tidak teratur atau tidak menurut aturan yang seharusnya. Keadaan ini sering lolos dari pemeriksaan karena sulit dikenali. Misalnya anak berumur 15 bulan sudah mempunyai perbendaharaan kata 10-15 kata (kemampuan anak 18-20 bulan) tetapi bahasanya tidak sempurna (kemampuan anak 14-15 bulan). Terlihat juga adanya kata yang diucapkan tetapi tidak dimengerti artinya. Pada anak prasekolah, misalnya dapat membuat kalimat 5-6 kata tetapi perbendaharaan baru terbatas pada 200-300 kata (kemampuan anak berumur 2,5 tahun). Penyimpangan yang hebat sering ditemukan pada autisme.


Language / Learning Disordes atau Gangguan Berbahasa Dan Belajar


Istilah learning disorders, learning disability belum baku. Beberapa penulis menyebutkannya sebagai Specific Learning Impairment (SLI) atau Specific Learning Disability. Demikian pula dengan istilah Specific Impairment. Hal ini disebabkan banyaknya ahli yang berkecimpung di bidang ini, ahli edukasi, psikologi, pediatri perkembangan, neurologi, psikiatri. speech pathologist, dan lain-lain. Para ahli ini sering menggunakan istilah yang disukai di bidangnya masing-masing.

Istilah Specific Language Impairment digunakan bila anak mengalami kesulitan berbahasa sedangkan kemampuan non verbal atau kepandaian adalah normal.

Untuk mampu berkomunikasi, anak harus menguasai finologi (bunyi kata-kata), modifikasi dari kata-kata (morfologi), tata bahasa (sintaks), isi bahasa berdasarkan kata-kata yang diketahui (leksikon), arti kata atau kalimat (semantik) dan pengunaannya dalam konteks yang sesuai (pragmatik). Semua fungsi tersebut harus berjalan sinkron untuk kemampuan komunikasi yang baik.

Gangguan berbahasa spesifik misalnya:
1. Gangguan bicara ekspretif
2. Gangguan bicara campuran reseptif-ekspretif
3. Gangguan pengucapan
4. Gagap
5. Gangguan berbahasa tidak spesifik.

Klasifikasi ini menjadi kontroversi. Beberapa ahli menganggap bahwa gangguan bicara reseptif-ekspretif.

Gangguan Bicara Ekspresif / Expressive Language Disordes

Anak-anak ini mempunyai kepandaian, pendengaran, kemampuan komprehensi, dan emosi yang normal. Keadaan ini disebabkan gangguan fungsi otak, yang tidak mampu menerjemahkan gagasan kepada bicara. Anak dapat menggunakan mimik untuk menyatakan kehendak.

Keadaan in sulit dibedakan dengan developmental lenguage delay.Anak mengalami kesulitan mengkomunikasikan kebutuhan, pikiran dan maksudnya dengan ucapan yang benar. Perbendaharaan kata terbatas, kalimat pendek, tidak lengkap dan tata bahasa kacau, cerita dan kejadian disampaikan secara tidak terorganisasi. Untuk menegakan diagnosis, perlu uji kemampuan bicara atau intelegensi non-verbal.

Sebanyak 50-80% di antara anak-anak ini akan mencapai kemampuan berbicara yang normal sebelum umur sekolah. Prognosis kurang baik bila gangguan berbicara ekspretif menetap sampai umur sekolah. Anak-anak ini dapat menunjukan gangguan lainnya misalnya gangguan membaca dan gangguan pemusatan perhatian. Kadang-kadang anak nampak normal, tetapi tetap mengalami kesulitan bila harus menceritakan suatu hal yang kompleks. Hambatan ini akan menurunkan prestasi akademik, menyebabkan gangguan personal-sosial dan menyebabkan timbulnya rasa rendah diri.

Berbeda dengan developmental language delay yang dapat sembuh sendiri, anak-anak ini tetap mengalami gangguan bila tidak dilakukan intervensi.


Gangguan Berbahasa Campuran Reseptif-Ekspretif

Selain ciri gangguan bicara ekspretif, anak-anak ini juga mempunyai kesulitan mengartikan ucapan orang lain, terutama yang bersifat abstrak. Mereka sering salah mengartikan pertanyaan, komentar, atau cerita yang panjang. Kriteria diagnosis memerlukan intelegensi non-verbal yang normal.

prognosis kurang baik dibandingkan gangguan berbahasa ekspretif. Pada masa sekolah mereka akan tertinggal oleh teman sebayanya. Karena komprehensi kurang baik, dapat muncul gangguan atensi. Kira-kira 40-60% akan mengalami gangguan fonologi, sedangkan 50% mengalami gangguan membaca. Masalah bahasa, dikombinasi dengan kesulitan membaca atau atensi akan menyebabkan lingkaran setan kemampuan akademik yang kurang, rasa percaya diri yang rendah, motivasi yang rendah dan isolasi sosial pada 70% kasus.

Mereka akan dapat berbicara, tetapi terlambat dibandingkan anak sebayanya. Pada masa dewasa, kemampuan bicara cukup untuk komunikasi sehari-hari, tetapi mereka tetap menunjukan kesulitan bila harus mengartikan atau menceritakan suatu masalah yang kompleks.


Penyebab


Terdapat berbagai macam penyebab anak terlambat bicara atau gangguan bicara dan berbahasa, yaitu autis, mental retardasi (IQ di bawah rata-rata), gangguan berbahasa ekspresif, gangguan pendengaran, gangguan bicara karena kelainan organ bicara, gangguan berbahasa sentral, mutisme selektif, deprivasi maternal, bicara dalam dua bahasa, keterlambatan fungsional, dan lain-lain.
Perkembangan sel otak anak mencapai masa emas pada usia 0-5 tahun. Tahap usia ini yang menentukan kecerdasan seorang anak. Masa balita merupakan masa kritis dalam perkembangan seorang anak. Sering kali orangtua pada anak usia ini senantiasa hanya menikmati perilaku dan tingkah pola anak tanpa menanamkan suatu tonggak untuk kecerdasan anak. Dan orangtua hampir terlambat menyadari keterlambatan perkembangan anak.

Orangtua bingung, apa yang harus dilakukan dengan anak yang mempunyai masalah perkembangan. Bagaimana sebetulnya penanganan yang tepat untuk pola pengasuhan dan stimulasi kecerdasan yang efektif.

Melalui baca buku orangtua mendapat pengetahuan, melalui konsultasi orangtua mendapatkan informasi mengenai tingkat kecerdasan anak dan arahan apa yang harus dilakukan. Melalui kursus ataupun training mengenai parenting skill dan stimulasi kecerdasan anak, akan mendapat pengetahuan dan dilatih cara-cara untuk melakukannya.


Orangtua senantiasa memperoleh informasi, memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai perkembangan anak normal, masalah perkembangan anak dan lebih memahami tindakan yang akan dilakukan sebagai orangtua. Setiap orangtua menginginkan perkembangan anak yang optimal.
Jika cepat terdeteksi masalah perkembangan anak, sedapat mungkin segera ditindaklanjuti untuk memperkecil akibat buruk yang ditimbulkannya. Dalam kehidupan berkeluarga, anak adalah aset keluarga, apa yang orangtua berikan untuk anak dalam proses perkembangannya merupakan suatu investasi.

Bantuan dan Terapi yang dapat diberikan:

Aktifitas-aktifitas yang menyangkut tahapan bahasa dibawah:
1. Phonology (bahasa bunyi);
2. Semantics (kata), termasuk pengembangan kosa kata;
3. Morphology (perubahan pada kata),
4. Syatax (kalimat), termasuk tatabahasa;
5. Discourse (Pemakaian bahasa dalam konteks yang lebih luas),
6. Metalinguistics (Bagaimana cara bekerjanya suatu Bahasa) dan;
7. Pragmatics (Bahasa dalam konteks sosial).

GAGAP PADA ANAK

Gagap adalah suatu gangguan kelancaran berbicara, Anak usia 2 sampai 5 tahun sering mengulang-ulang kata-kata atau bahkan seluruh kalimat yang diucapkan kepadanya, Hal ini di anggap normal bila terjadi pada anak yang masih belajar berbicara.

Anak pada usia tersebut masih mempelajari cara berbicara. Mengembangkan kendali terhadap otot-otot bicaranya, mempelajari kata kata baru, menyusun kata-kata dalam suatu kalimat, dan mempelajari bagaimana cara bertanya serta mempelajari 'akibat' dari kata-kata yang mereka ucapkan. Oleh sebab itu pada umur seperti anak-anak mengalami gangguan dalam berbicara.

Apakah Penyebab GAGAP ?

Banyak orang tua yang merasa bahwa gagap disebabkan oleh cara mendidik anak atau pola asuhan orang tua yang salah. Tetapi menurut para ahli, gagap tidak disebabkan oleh perilaku orang tua.
Anak laki laki lebih banyak mengalami gagap dari pada anak perempuan dengan perbandingan tiga banding satu. Hal itu berkaitan dengan faktor faktor lingkungan, seperti stres

Tanda-Tanda Awal Gagap

Umumnya tanda tanda kegagapan terlihat pada usia 2 tahun atau pada saat anak mulai merangkai kata kata menjadi suatu kalimat. Sering kali orang tua merasa jengkel dengan kegagapan anak, tetapi hal ini merupakan hal yang umum ditemeui saat anak masih dalam tahap perkembangan berbicara. Kesabran merupakan sikap yang paling penting bagi orang tua kepada anak dalam tahap ini.

Bantuan Yang Diperlukan

Diperlukan bantuan bila :
- orang tua mulai merasa khawatir akan kelancaran berbicara anaknya

- anak terlalu sering mengulang kata-kata atau bahkan seluruh kalimat
- anak tampak sulit saat berbicara

- gangguan kelancaran berbicaranya semakin berat

- anak sering menghindari keadaan dimana ia harus berbicara
jika yang di atas suda muncul gejalanya sebaiknya orang tua menghubungi dokter atau ahli terapi bicara.

Yang Dapat Dilakukan Oleh Orang Tua

- jangan menyuruh anak untuk selalu berbicara dengan tata bahasa yang
benar, biarkan anak itu berbicara secara nyaman

- memanfaatkan waktu bersama untuk kelancaran berbicara sang anak

- izinkan anak untuk berhenti berbicara jika merasa tidak nyaman

- jangan menyuruh untuk mengulangi kata katanya

GANGGUAN RESEPTIF

Keterlambatan Bicara Pada Anak, Normalkah?

Bahasa adalah bentuk aturan atau sistem lambang yang digunakan anak dalam berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungannya yang dilakukan untuk bertukar gagasan, pikiran dan emosi. Bahasa bisa diekspresikan melalui bicara mengacu pada simbol verbal. Selain itu bahasa dapat juga diekspresikan melalui tulisan, tanda gestural dan musik. Bahasa juga dapat mencakup aspek komunikasi nonverbal seperti gestikulasi, gestural atau pantomim. Gestikulasi adalah ekspresi gerakan tangan dan lengan untuk menekankan makna wicara. Pantomim adalah sebuah cara komunikasi yang mengubah komunikasi verbal dengan aksi yang mencakup beberapa gestural (ekspresi gerakan yang menggunakan setiap bagian tubuh) dengan makna yang berbeda beda.

Gangguan bicara dan bahasa adalah salah satu penyebab gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Keterlambatan bicara adalah keluhan utama yang sering dicemaskan dan dikeluhkan orang tua kepada dokter. Gangguan ini semakin hari tampak semakin meningkat pesat. Beberapa laporan menyebutkan angka kejadian gangguan bicara dan bahasa berkisar 5 - 10% pada anak sekolah.

Penyebab keterlambatan bicara sangat luas dan banyak, Gangguan tersebut ada yang ringan sampai yang berat, mulai dari yang bisa membaik hingga yang sulit untuk membaik. Keterlambatan bicara fungsional merupakan penyebab yang sering dialami oleh sebagian anak. Keterlambatan bicara golongan ini biasanya ringan dan hanya merupakan ketidakmatangan fungsi bicara pada anak. Pada usia tertentu terutama setelah usia 2 tahun akan membaik. Bila keterlambatan bicara tersebut bukan karena proses fungsional maka gangguan tersebut haruis lebih diwaspadai karena bukan sesuatu yang ringan.

Semakin dini mendeteksi keterlambatan bicara, maka semakin baik kemungkinan pemulihan gangguan tersebut. Bila keterlambatan bicara tersebut nonfungsional maka harus cepat dilakukan stimulasi dan intervensi dapat dilakukan pada anak tersebut. Deteksi dini keterlambatan bicara harus dilakukan oleh semua individu yang terlibat dalam penanganan anak ini. Kegiatan deteksi dini ini melibatkan orang tua, keluarga, dokter kandungan yang merawat sejak kehamilan dan dokter anak yang merawat anak tersebut. Sehingga dalam deteksi dini tersebut harus bisa mengenali apakah keterlambatan bicara anak kita merupakan sesuatu yang fungsional atau yang nonfungsional.


Proses Fisiologis Bicara


Menurut beberapa ahli komunikasi, bicara adalah kemampuan anak untuk berkomunikasi dengan bahasa oral (mulut) yang membutuhkan kombinasi yang serasi dari sistem neuromuskular untuk mengeluarkan fonasi dan artikulasi suara. Proses bicara melibatkan beberapa sistem dan fungsi tubuh, melibatkan sistem pernapasan, pusat khusus pengatur bicara di otak dalam korteks serebri, pusat respirasi di dalam batang otak dan struktur artikulasi, resonansi dari mulut serta rongga hidung.

Terdapat 2 hal proses terjadinya bicara, yaitu proses sensoris dan motoris. Aspek sensoris meliputi pendengaran, penglihatan, dan rasa raba berfungsi untuk memahami apa yang didengar, dilihat dan dirasa. Aspek motorik yaitu mengatur laring, alat-alat untuk artikulasi, tindakan artikulasi dan laring yang bertanggung jawab untuk pengeluaran suara.

Di dalam otak terdapat 3 pusat yang mengatur mekanisme berbahasa, dua pusat bersifat reseptif yang mengurus penangkapan bahasa lisan dan tulisan serta satu pusat lainnya bersifat ekspresif yang mengurus pelaksanaan bahsa lisan dan tulisan. Ketiganya berada di hemisfer dominan dari otak atau sistem susunan saraf pusat.

Kedua pusat bahasa reseptif tersebut adalah area 41 dan 42 disebut area wernick, merupakan pusat persepsi auditoro-leksik yaitu mengurus pengenalan dan pengertian segala sesuatu yang berkaitan dengan bahasa lisan (verbal). Area 39 broadman adalah pusat persepsi visuo-leksik yang mengurus pengenalan dan pengertian segala sesuatu yang bersangkutan dengan bahasa tulis. Sedangkan area Broca adalah pusat bahsa ekspresif. Ketiga pusat tersebut berhubungan satu sama lain melalui serabut asosiasi.

Saat mendengar pembicaraan maka getaran udara yang ditimbulkan akan masuk melalui lubang telinga luar kemudian menimbulkan getaran pada membrane timpani. Dari sini rangsangan diteruskan oleh ketiga tulang kecil dalam telinga tengah ke telinga bagian dalam. Di telinga bagian dalam terdapat reseptor sensoris untuk pendengaran yang disebut Coclea. Saat gelombang suara mencapai coclea maka impuls ini diteruskan oleh saraf VII ke area pendengaran primer di otak diteruskan ke area wernick. Kemudian jawaban diformulasikan dan disalurkan dalam bentuk artikulasi, diteruskan ke area motorik di otak yang mengontrol gerakan bicara. Selanjutnya proses bicara dihasilkan oleh getaran vibrasi dari pita suara yang dibantu oleh aliran udara dari paru-paru, sedangkan bunyi dibentuk oleh gerakan bibir, lidah dan palatum (langit-langit). Jadi untuk proses bicara diperlukan koordinasi sistem saraf motoris dan sensoris dimana organ pendengaran sangat penting.


Penyebab Keterlambatan Bicara


Penyebab gangguan bicara dan bahasa sangat banyak dan luas, semua gangguan mulai dari proses pendengaran, penerus impuls ke otak, otak, otot atau organ pembuat suara. Adapun beberapa penyebab gangguan atau keterlambatan bicara adalah gangguan pendengaran, kelainan organ bicara, retardasi mental, kelainan genetik atau kromosom, autis, mutism selektif, keterlambatan fungsional, afasia reseptif dan deprivasi lingkungan. Deprivasi lingkungan terdiri dari lingkungan sepi, status ekonomi sosial, tehnik pengajaran salah, sikap orangtua. Gangguan bicara pada anak dapat disebabkan karena kelainan organik yang mengganggu beberapa sistem tubuh seperti otak, pendengaran dan fungsi motorik lainnya.

Beberapa penelitian menunjukkan penyebab ganguan bicara adalah adanya gangguan hemisfer dominan. Penyimpangan ini biasanya merujuk ke otak kiri. Beberapa anak juga ditemukan penyimpangan belahan otak kanan, korpus kalosum dan lintasan pendengaran yang saling berhubungan. Hal lain dapat juga di sebabkan karena diluar organ tubuh seperti lingkungan yang kurang mendapatkan stimulasi yang cukup atau pemakaian 2 bahasa. Bila penyebabnya karena lingkungan biasanya keterlambatan yang terjadi tidak terlalu berat.

Terdapat 3 penyebab keterlambatan bicara terbanyak diantaranya adalah retardasi mental, gangguan pendengaran dan keterlambatan maturasi. Keterlambatan maturasi ini sering juga disebut keterlambatan bicara fungsional.


Keterlambatan Bicara Fungsional


Keterlambatan bicara fungsional merupakan penyebab yang cukup sering dialami oleh sebagian anak. Keterlambatan bicara fungsional sering juga diistilahkan keterlambatan maturasi atau keterlambatan perkembangan bahasa. Keterlambatan bicara golongan ini disebabkan karena keterlambatan maturitas (kematangan) dari proses saraf pusat yang dibutuhkan untuk memproduksi kemampuan bicara pada anak. Gangguan ini sering dialami oleh laki-laki dan sering tedapat riwayat keterlambatan bicara pada keluarga. Biasanya hal ini merupakan keterlambatan bicara yang ringan dan prognosisnya baik. Pada umumnya kemampuan bicara akan tampak membaik setelah memasuki usia 2 tahun. Terdapat penelitian yang melaporkan penderita keterlambatan ini kemampuan bicara saat masuk usia sekolah normal seperti anak lainnya.

Dalam keadaan ini biasanya fungsi reseptif sangat baik dan kemampuan pemecahan masalah visuo-motor anak dalam keadaan normal. Anak hanya mengalami gangguan perkembangan ringan dalam fungsi ekspresif: Ciri khas lain adalah anak tidak menunjukkan kelainan neurologis, gangguan pendengaran, gangguan kecerdasan dan gangguan psikologis lainnya.

Keterlambatan bicara fungsional pada anak sering dialami penderita yang mengalami gangguan alergi terutama dermatitis atopi dan saluran cerna. Gangguan saluran cerna adalah gejala berulang seperti meteorismus, flatus, muntah, konstipasi, diare atau berak darah. Lidah tampak timbal geographic tounge, drooling (sialore) atau halitosis. Seringkali disertai gangguan tidur malam, dengan ditandai sering gelisah, bolak, balik, mengigau, tertawa, menangis dalam tidur, malam terbangun, brushing dan sebagainya.


Cara Membedakan Berbagai Keterlambatan Bicara


Dalam membedakan keterlambatan bicara merupakan fungsional atau nonfungsional harus memahami manifestasi klinis beberapa penyebab keterlambatan bicara. Untuk memastikan status keterlambatan fungsional harus dengan cermat menyingkirkan gejala keterlambatan nonfungsional. Gejala umum keterlambatan bicara nonfungsional adalah adanya gangguan bahasa reseptif, gangguan kemampuan pemecahan masalah visuo-motor dan keterlambatan perkembangan,
Dicurigai keterlambatan bicara nonfungsional bila disertai kelainan neurologis bawaan atau didapat seperti wajah dismorfik, perawakan pendek, mikrosefali, makrosefali, tumor otak, kelumpuhan umum, infeksi otak, gangguan anatomis telinga, gangguan mata, cerebral palsi dan gangguan neurologis lainnya

Ciri lain keterlambatan bicara nonfungsional biasanya termasuk keterlambatan yang berat. Keterlambatan dikatakan berat bila bayi tidak mau tersenyum sosial sampai 10 minggu atau tidak mengeluarkan suara sebagai jawaban pada usia 3 bulan.Tanda lainnya tidak ada perhatian terhadap sekitar sampai usia 8 bulan, tidak bicara sampai usia 15 bulan atau tidak mengucapkan 3-4 kata sampai usia 20 bulan.

Tampilan klinis keterlambatan bicara yang sering dikaitkan dengan keterlambatan bicara nonfungsional

4 - 6 BULAN * Tidak menirukan suara yang dikeluarkan orang tuanya;
* Pada usia 6 bulan belum tertawa atau berceloteh

8 - 10 BULAN * Usia 8 bulan tidak mengeluarkan suara yang menarik perhatian;
* Usia 10 bulan, belum bereaksi ketika dipanggil namanya;

* 9-10 bln, tidak memperlihatkan emosi seperti tertawa atau menangis

12 - 15 BULAN * 12 bulan, belum menunjukkan mimik;
* 12 bulan, belum mampu mengeluarkan suara;
* 12 bulan, tidak menunjukkan usaha berkomunikasi bila membutuhkan sesuatu;
* 15 bulan, belum mampu memahami arti "tidak boleh" atau "daag";
* 15 bulan, tidak memperlihatkan 6 mimik yang berbeda;
* 15 bulan, belum dapat mengucapkan 1-3 kata;

18 - 24 BULAN * 18 bulan, belum dapat menucapkan 6-10 kata; tidak menunjukkan ke sesuatu yang menarik perhatian;
* 18-20 bulan, tidak dapat menatap mata orang lain dengan baik
* 21 bulan, belum dapat mengikuti perintah sederhana;
* 24 bulan, belum mampu merangkai 2 kata menjadi kalimat;
* 24 bulan, tidak memahami fungsi alat rumah tangga seperti sikat gigi dan telepon;
* 24 bulan, belum dapat meniru tingkah laku atau kata-kata orang lain;
* 24 bulan, tidak mampu meunjukkan anggota tubuhnya bila ditanya

30 - 36 BULAN * 30 bulan, tidak dapat dipahami oleh anggota keluarga;
* 36 bulan, tidak menggunakan kalimat sederhana, pertanyaan dan tidak dapat dipahami oleh orang lain selain anggota keluarga;

3 - 4 TAHUN * 3 tahun, tidak mengucapkan kalimat, tidak mengerti perintah verbal dan tidak memiliki minat bermain dengan sesamanya;
* 3,5 tahun, tidak dapat menyelesaikan kata seperti "ayah" diucapkan "aya";
* 4 tahun, masih gagap dan tidak dapat dimengerti secara lengkap.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan keterlambatan bicara fungsional biasanya tidak memerlukan penanganan secara khusus. Keterlambatan bicara golongan ini biasanya akan membaik setelah usia 2 tahun. Meskipun penyebabnya bukan karena kurang stimulasi, tetapi keadaan ini memerlukan stimulasi yang lebih dibandingkan anak yang normal. Stimulasi yang lebih ini tidak harus melalui terapi bicara oleh seorang terapis yang memerlukan dana dan waktu yang tidak sedikit. Meskipun terapi bicara juga tidak merugikan bagi anak. Pada anak normal tanpa gangguan bicara dan bahasa juga perlu dilakukan stimulasi kemampuan bicara dan bahasa sejak lahir. Bahkan bisa juga dilakukan stimulasi sejak dalam kandungan. Dengan stimulasi lebih dini diharapkan kemampuan bicara dan bahsa pada anak lebih optimal, sehingga dapat meningkatkan kualitas komunikasinya.

Pada keterlambatan bicara nonfungsional harus dilakukan stimulasi dan intervensi sejak dini secara khusus oleh tenaga profesional sesuai penyebabnya. Semakin dini upaya tersebut dilakukan akan meningkatkan keberhasilan penanganan keterlambatan bicara tersebut. Gangguan keterlambatan nonfungsional perlu dilakukan pendekatan secara multi disiplin ilmu. Penanganan keterlambatan bicara dilakukan pendekatan medis sesuai dengan penyebab kelainan tersebut. Multi disiplin ilmu yang terlibat adalah dokter anak dengan minat tumbuh kembang anak, neurologi anak, gastroenterologi anak, alergi anak, psikolog anak, psikiater anak, rehabilitasi medik, serta klinisi atau praktisi lainnya yang berkaitan.

Gangguan Artikulasi (Fonologi) Pada Anak

Anak-anak yang bicaranya tak jelas atau sukar ditangkap dalam istilah psikologi / psikiatri disebut mengalami gangguan artikulasi atau fonologi. Namun gangguan ini wajar berlaku kerana tergolong gangguan perkembangan. Dengan bertambah umur, diharapkan gangguan ini boleh diatasi.

Kendati begitu, gangguan ini ada yang ringan dan berat. Yang ringan, saat usia 3 tahun si kecil belum bisa menyebut bunyi L, R, atau S. Hingga, kata kereta disebut mobing atau lari dibilang lali. "Biasanya gangguan ini akan hilang dengan bertambah usia anak atau apabila kita melatihnya dengan membiasakan menggunakan bahasa yang baik dan benar," jelas Drs. Mayke S. Tedjasaputra. Hanya saja, untuk anak yang tergolong "pemberontak" atau negativistiknya kuat, umumnya enggan dikoreksi. Sebaiknya kita tak memaksa meski tetap memberitahu yang betul dengan mengulang kata yang dia ucapkan. Misal, "Ma, yuk, kita lali-lali!", Akan timpali, "Oh, maksud Adik, lari-lari."

Yang tergolong berat, anak menghilangkan huruf tertentu atau menggantikan huruf dan suku kata. Misal, kedai jadi toto atau stesen jadi tatun. "Sebutan semacam ini, kan, jadi sulit ditangkap orang lain," ujar pengajar di Fakulti Psikologi UI dan perunding psikologi di LPT UI ini.


PENYEBAB

Gangguan fonologi boleh kerana faktor usia yang menyebabkan alat bicara atau otot-otot yang digunakan untuk bercakap (speech motor) belum lengkap atau belum berkembang sempurna; daripada susunan gigi geligi, bentuk rahang, hingga lidah yang mungkin masih kaku. Beberapa kes gangguan ini malah berkaitan dengan keterbelakangan mental. Anak yang kecerdasannya tak begitu baik, perkembangan bicaranya umumnya juga akan terganggu. Bila gangguan neurologi yang jadi penyebab, berarti ada fungsi susunan saraf yang mengalami gangguan. Sebab lain, gangguan pendengaran. Bila anak tak dapat mendengar dengan jelas, automatik perkembangan bicaranya terganggu. Tak kalah penting, faktor persekitaran, terutama bila anak tidak / kurang dilatih bercakap secara benar.

TERAPI BICARA

Bila penyebabnya kurang latihan atau stimulasi, akan lebih mudah dan relatif lebih cepat penyembuhannya asal mendapat penanganan yang baik. Namun bila kerana gangguan neurologi, perlu dikonsultasikan ke ahli neurologi. Sementara jika berkaitan dengan keterbelakangan mental, biasanya relatif lebih sukar kerana bergantung tahap keterbelakangan mentalnya. "Kalau masuk kategori terbelakang sedang, sebutan kata-kata anak biasanya juga sukar ditangkap. Akan tetapi dengan pemberian terapi bicara, sebutannya boleh agak jelas, meski ada juga beberapa yang masih sukar dicerna oleh orang yang mendengarkannya," jelas mayke.

Yang jelas, jika gangguannya masuk dalam taraf sukar, dianjurkan membawa anak berunding. Kriteria sukar: bila sudah mengganggu komunikasi atau kenalan dengan orang lain, bahkan orang serumah pun tak mengerti apa yang dimaksudnya. Bila sudah ber "sekolah", gangguan ini boleh menjejaskan prestasi. Misal, harus bernyanyi di depan kelas, tapi karena belum fasih membuatnya tak berani tampil. Jikapun berani, sebutannya yang tak jelas akan memancing teman-teman mengejek.

Diperlukan bantuan ahli terapi bicara untuk mengatasinya. Biasanya terapis akan menelaah kembali apakah si kecil mengalami gangguan speech motor. Gangguan speech motor ada yang bisa dilatih seperti halnya meniup lilin. Tak jarang perlu pula bantuan ahli THT untuk membetulkan adanya gangguan pada organ-organ yang berkaitan dengan bicara yang berada di daerah mulut. Mungkin ada anak yang lidahnya tak terbentuk dengan baik, sehingga terlalu pendek dan mempengaruhi kemampuan bicaranya. Cacat bawaan seperti sumbing juga boleh berpengaruh pada cara bicaranya, tapi gangguan ini boleh diatasi dengan operasi dan terapi bicara.


BAWA BERUNDING


Anak yang mengalami gangguan fonologi kriteria sedang hingga berat, biasanya terlambat pula perkembangan bicaranya. Misal, baru bisa bicara di usia 3 tahun, atau usia 2,5 tahun baru boleh menyebut Mama / Papa. Kemungkinan lain, meski sudah 2 tahun tapi kemampuan bicaranya masih tahap bubbling alias tanpa arti, seperti "ma ... mapa ... pa". Namun Bahasa resetif atau penerimaannya cukup baik, sehingga bila ia disuruh atau diajak bicara akan mengerti.

Yang seperti ini pun, saran mayke, sebaiknya dibawa berunding kerana bila dibiarkan berterusan, kemungkinan anak akan mengalami gangguan fonologi lebih parah. Itu sebab, bila sejak usia 10 bulan atau setahun, anak mula boleh menyebut "Mama / Papa", tapi selepas 2 dua tahun tak bertambah, kita harus curiga dan cepat minta bantuan ahli. Terlebih bila kita sudah cukup banyak memberi stimulasi atau rangsangan. Bisa dengan membawanya ke psikolog / psikiater lebih dulu untuk mengetahui apakah ia mengalami gangguan fonologi kerana keterbelakangan mental, gangguan neurologi, atau sebab lain.

Bila masalahnya menyangkut gangguan yang tak bisa dikendalikan psikolog, sebaiknya anak dirujuk kepada ahli lain, seperti neurolog atau ahli terapi bicara. Para ahli terapi bicara boleh ditemui di pelbagai institusi yang melakukan terapi untuk anak autis atau anak yang mengalami gangguan perhatian. Mereka biasanya juga menangani anak yang mengalami gangguan bicara. Sedangkan lama pengendalian bergantung beberapa perkara. Seperti berat-ringan gangguan, usaha / kesediaan orang tua untuk mengantar anaknya terapi secara teratur dan melatihnya di rumah, serta kerjasama dari anak. Jadi, saran mayke, kita jangan segan-segan menanyakan pada terapis apa yang perlu dilakukan di rumah untuk menangani anak. Harusnya terapis-terapis pun cukup terbuka untuk memberi cadangan atau masukkan seperti itu.

Keahlian terapis juga mempengaruhi tenggang waktu yang diperlukan untuk menangani gangguan anak. Begitu juga penguasaan / pendalaman terhadap masing-masing bentuk gangguan, tingkat kesulitan, dan cara pengendalian yang tepat untuk setiap gangguan tadi. Selain, terapis juga harus boleh membina hubungan baik dengan anak, sehingga anak merasa senang mengikuti program tersebut.

Sumber : http://www.nusantaraku.org

ENURESIS PADA ANAK

Kelainan Pada Anak Dapat Diketahui Dari Kebiasaan Ngompol

MENGATASI kebiasaan mengompol pada anak bukanlah hal yang mudah. Diperlukan kerja sama antara orangtua, anak, dan dokter. Selain itu, perlu kebijaksanaan, kesabaran, dan pengertian orangtua.

Begitu banyak keluhan dari para orangtua yang mengkhawatirkan dengan kebiasaan mengompol anak mereka. Apalagi, anak tetap mengompol setelah melewati usia 6–7 tahun. Tentunya akan menjadi suatu pertanyaan besar bagi orangtua.

Sebenarnya apa itu mengompol? Dan mengapa hal itu terjadi dan bagaimana melatih mereka agar tidak lagi mengompol?


Apa itu Enuresis?


Mengompol istilah kedokterannya adalah enuresis, yaitu mengeluarkan air seni secara tidak sadar saat tidur pada usia yang seharusnya sudah dapat mengendalikan keinginan buang air kecil. Terkadang definisi mengompol juga digunakan untuk menyebut anak yang gagal mengontrol pengeluaran urine saat mereka dalam keadaan terjaga.

Sebenarnya, pada remaja dan orangtua mengompol juga sering terjadi. Namun bagi anak, mengompol sering merupakan hal yang sangat memalukan. Sedangkan bagi orangtua, hal ini dapat merupakan pengalaman yang menjengkelkan.

Lebih dari 50 juta anak-anak di seluruh dunia berusia 5–15 tahun masih mengompol. Satu dari empat anak tetap mengompol saat usia mereka 3,5 tahun. Sedangkan pada usia lima tahun, satu dari lima anak masih ngompol di tempat tidur dan pada usia enam tahun turun menjadi satu dari 10 anak. Biasanya enuresis akan berhenti ketika anak mencapai usia pubertas. Anak laki-laki lebih banyak yang mengompol dibanding anak perempuan.

“Ini merupakan masalah tersembunyi masa kanak-kanak karena orang cenderung untuk tidak berbicara tentang hal itu di luar rumah, sehingga sebagian besar anak-anak berpikir mereka satu-satunya yang dengan masalah,” kata dokter anak dari Washington DC, Amerika Serikat dan penulis buku ”Waking Up Dry” dr Howard Bennett.

Jenis-Jenis Mengompol

Bennett menyebutkan jenis mengompol dibagi dua. Mengompol primer yakni mengompol sejak bayi dan mengompol sekunder yakni kembali mengompol setelah anak tidak pernah mengompol lagi selama minimal enam bulan. Penyebab mengompol primer disebabkan adanya keterlambatan proses pematangan sistem saraf pada anak, di mana adanya ketidakmampuan otak untuk menangkap sinyal yang dikirimkan kandung kemih, gangguan hormonal, kelainan anatomi.

Misalnya kandung kemih yang kecil dan tidur yang sangat dalam sehingga anak tidak terbangun pada saat kandung kemih sudah penuh. Sedangkan penyebab dari mengompol sekunder bisa karena infeksi saluran kemih, gangguan metabolisme (kencing manis usia dini), gangguan saraf tulang belakang, tekanan yang berlebihan pada kandung kencing, terutama disebabkan gangguan pengeluaran kotoran sehingga akumulasi kotoran pada usus besar akan menekan kandung kencing.
Bahkan, keadaan stres juga dapat memicu terjadinya mengompol sekunder. Memang dahulu kebiasaan mengompol dianggap sebagai masalah psikologis. Namun, sekarang diketahui bahwa faktor biologis memegang peranan lebih besar. Dapat dipastikan juga, hal tersebut menurun dalam keluarga.
Lebih dari 75 persen anak-anak yang mempunyai orangtua dengan masalah mengompol, juga akan mempunyai masalah yang sama.

Mengompol dapat juga merupakan gejala dari suatu penyakit serius seperti kencing manis atau infeksi saluran kemih, terutama bila terjadi pada anak yang sebelumnya tidak pernah mengompol. Mengompol bukanlah merupakan kesalahan anak. Sayangnya, beberapa orangtua masih berpikir bahwa mengompol berasal dari kurangnya disiplin, dan dapat disembuhkan dengan hukuman.

Hal ini, terang Bennett, sangat jauh dari kebenaran. Penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 25 persen orangtua menghukum seorang anak atau menunjukkan ketidaksetujuan yang signifikan saat anak mengompol karena mereka pikir itu kesalahan anak.

Cara Mengatasi Enuresis

Yang harus dilakukan orangtua jika anak mengompol adalah bersikaplah sewajarnya, jangan menunjukkan rasa jengkel, marah, atau bahkan panik.
Bicarakan baik-baik dengan si anak. Ada banyak kasus di mana anak berhenti mengompol setelah diajak bicara dari hati-hati. Beri dukungan kepada anak, ini adalah tindakan terpenting.

Jangan sekali-kali mempermalukan anak atau membandingkan dengan anak lain, malah bila si anak berhasil tidak mengompol berilah dia hadiah dan pujian tentang keberhasilannya di hadapan banyak orang, agar dia semakin termotivasi.

Minta anak Anda mengganti seprei serta pakaian tidurnya pada malam hari, bila anak tersebut sudah bisa melakukannya. Atau letakkan sebuah alas karet yang berlapiskan kain di dekat tempat tidur, sehingga anak dapat menutupi seprei yang dibasahinya. Lalu, pasanglah jam alarm yang akan berbunyi 2–3 jam setelah anak tertidur, jadi dia dapat terbangun untuk pergi ke kamar mandi.

Selain itu, pastikan anak Anda buang air kecil sebelum ke tempat tidur. Doronglah anak untuk mengikuti instruksi dari seorang dokter, seperti latihan pelemasan kandung kemih atau latihan menahan keluarnya air seni atau latihan modifikasi perilaku. Kalau perlu, belilah sebuah alarm antimengompol yang cocok untuk anak berusia lima tahun ke atas.

Alarm ini memiliki sensor kelembapan yang dikenakan langsung pada pakaian dalam. Pada tetes cairan pertama, sebuah bel akan mendengung, membangunkan si anak. Secara berangsur- angsur anak belajar untuk bangun ketika mereka merasa ingin buang air kecil.

Yang perlu juga diperhatikan oleh orangtua adalah, mengompol ini bisa sembuh sendiri. Seorang anak pengompol membutuhkan kesabaran, semangat, ketelatenan, dan keyakinan dari orangtua bahwa masalah tersebut hanya sementara. Biasanya antara usia 7–12 tahun sering terjadi kesembuhan, dan sedikit saja anak yang terus mengalaminya sampai remaja.

Satu hal menarik, pemberian air susu ibu (ASI) dapat mencegah mengompol yang berkelanjutan pada anak. Sebuah studi yang diterbitkan Journal of the American Academy of Pediatrics menyatakan bahwa bayi yang tidak minum ASI lebih cenderung mengompol dibanding bayi yang diberi ASI.

Penelitian dari Robert Wood Johnson Medical School, New Jersey, Amerika Serikat menyatakan selain kaya akan gizi yang penting bagi pertumbuhan bayi, ASI juga mengandung asam lemak yang bisa memperbaiki dan mempercepat pertumbuhan otak, sementara mengompol itu sendiri terjadi karena terhambatnya pertumbuhan syaraf otak (delayed neurodevelopment).

Dari hasil studi yang dilakukan pada 55 anak usia 5–13 tahun yang masih mengompol dan 117 mereka yang tak pernah mengompol, menunjukkan persentase mengompol pada anak yang mengonsumsi susu formula sekitar 81 persen, sementara mereka yang secara rutin mendapat ASI hanya 45 persen.

Namun, yang paling mengagumkan dalam studi ini adalah bayi yang mengonsumsi baik susu formula maupun susu ibu justru mengalami hasil yang sama dengan bayi yang hanya mendapat susu formula tanpa ASI. Selain mencegah mengompol, ASI diketahui juga manjur untuk menurunkan risiko diare, infeksi pernapasan, infeksi telinga, dan infeksi lain yang terjadi pada bayi.

Sumber : www.suaramedia.com