Percaya tidak percaya, tahi lalat tak sekedar menempel begitu saja di tubuh kita. Bagi yang percaya, letak tahi lalat ada hubungannya terhadap kepribadian seseorang. Coba deh perhatikan sekali lagi letak tahi lalat Anda dan temukan artinya di bawah ini.
SEPUTAR WAJAH
- Pelipis kanan: menandakan Anda seorang yang pandai menyimpan rahasia. Bagi Anda, rahasia yang Anda pegang pantang dibocorkan pada pihak lain.
- Pelipis kiri: Anda punya jiwa sosial yang oke. Hati Anda mudah trenyuh melihat penderitaan orang lain. Saking dermawannya, terkadang Anda rela memberi lembaran uang Anda satu-satunya kepada orang lain yang dianggap lebih butuh.
- Dahi kanan: Anda orang yang pandai bergaul. Di tempatkan di lingkungan sosial mana pun, dipastikan Anda tidak bakalan susah. Kelebihan lain, Anda pribadi yang senang bertualang.
- Dahi kiri: Anda tipikal pemikir. Otak Anda termasuk encer. Motto hidup Anda, tidak ada masalah yang tak ada jalan ke luarnya.
- Alis sebelah kanan: memiliki gambaran pribadi yang banyak memikul beban. Orang seperti ini gampang terkena stres.
- Ailis sebelah kiri: menandakan Anda seorang yang egois, mau menang sendiri dan sering kali tidak peduli terhadap kesulitan orang lain.
- Hidung: Anda disukai banyak orang. Anda juga bukan orang yang pelit. Rezeki Anda terbilang berlimpah.
- Pipi kanan: menggambarkan kepribadian yang rendah hati, suka menolong dan tidak tegaan. Berhati-hati saja karena banyak yang akhirnya memanfaatkan kebaikan Anda.
- Pipi kiri: Anda termasuk pribadi yang boros. Anda juga dikenal sebagai orang yang baik hati, berbudi luhur, dan tidak sombong.
- Bibir atas dan bawah kanan: Anda lihai berdebat. Siapa pun yang mengajak Anda adu mulut, dijamin tidak akan pernah menang melawan Anda.
- Bibir atas kiri: Anda orang yang pintar bergaul dan mudah klik dengan siapa saja.
- Bibir bawah kiri: wah... Anda terkenal cerewet, ya. Hal kecil saja bisa membuat Anda ‘bernyanyi’ sepanjang hari.
- Dagu kanan: menggambarkan watak yang penuh kasih sayang. Anda sangat cocok memelihara binatang atau tanaman, karena Anda tipe orang yang bisa merawat dengan penuh cinta.
- Dagu kiri: pemilik tahi lalat di dagu kiri kebanyakan berkepribadian pendiam, tidak banyak bicara dan hemat dalam pengeluaran keuangan.
- Telinga kanan: Anda terkenal punya kemuaan keras. Kalau sudah menginginkan sesuatu, Anda akan maksimal mengerahkan segala daya dan upaya untuk mendapatkannya.
- Telinga kiri: waduh.. mereka yang mempunyai tahi lalat di titik ini biasanya mudah tersinggung dan emosinya cepat sekali meledak.
sumber kompas.com
Sabtu, 29 Mei 2010
Katakan Cinta dengan KATA
Tak ada yang salah dengan wanita mengatakan cinta terlebih dulu. Hanya, masih ada yang risih dengan cara ini dan memilih mengirim sinyal cinta saja. Namun apakah sinyal ini bisa langsung ditangkap pria? Jangan bunuh diri dulu jika Anda merasa cinta Anda tak berbalas. Mungkin sang pangeran cuma tidak memahami sinyal cinta Anda. Karena penyampaian lewat cara berikut ini, belum tentu sampai pada hati pria
1. Bahasa tubuh
Ya, sebagian pria menganggap menyilangkan kaki hingga kaki jenjang plus sepatu seksi Anda terlihat sangat menggoda. Tapi gaya bahasa ini bisa mengintimidasi sejenis pria tertentu. Coba metode lain yang terasa lebih nyaman oleh semua pria, misalnya menyenggol tangan saat sedang bercanda.
2. Memainkan rambut
Mitos kuno berkata, jika seorang wanita memainkan rambutnya, itu indikasi ia menyukai pria di hadapan. Meski sering terbukti kebenarannya, jika Anda memainkan rambut hanya untuk menunjukkan rasa suka, Anda malah terlihat palsu dan gugup. Ada cara yang lebih mudah dipahami: Kontak mata dan tersenyum.
3. Dandan maksimal!
Inilah divisi gender: Pria melihat keseluruhan, wanita memperhatikan detail. Anda boleh memprotes pernyataan ini tidak mendukung emansipasi, tapi Anda tetap harus mengakui kebenarannya terkadang. Jika di tengah pembicaraan Anda pergi ke toilet untuk menambah bedak, ia mungkin tak sadar bedanya. Persiapkan penampilan semaksimal mungkin sebelum bertemu. Sekarang saatnya fokus membuat percakapan yang seru.
4. Cintaku di tembok Facebook
Anda mengirim ucapan selamat ulang tahun dan mengundang nikahan via Facebook. Jadi apa salahnya menyatakan cinta lewat medium yang sama? Sayangnya, Anda tak bisa yakin sang pangeran punya pandangan yang sama tentang Facebook. Beberapa tidak mengecek Facebook setiap hari. Sisanya membalas pesan seminggu kemudian. Jangan sia-siakan kemampuan menulis puisi Anda hanya untuk dibaca 1,027 temannya!(mg)
1. Bahasa tubuh
Ya, sebagian pria menganggap menyilangkan kaki hingga kaki jenjang plus sepatu seksi Anda terlihat sangat menggoda. Tapi gaya bahasa ini bisa mengintimidasi sejenis pria tertentu. Coba metode lain yang terasa lebih nyaman oleh semua pria, misalnya menyenggol tangan saat sedang bercanda.
2. Memainkan rambut
Mitos kuno berkata, jika seorang wanita memainkan rambutnya, itu indikasi ia menyukai pria di hadapan. Meski sering terbukti kebenarannya, jika Anda memainkan rambut hanya untuk menunjukkan rasa suka, Anda malah terlihat palsu dan gugup. Ada cara yang lebih mudah dipahami: Kontak mata dan tersenyum.
3. Dandan maksimal!
Inilah divisi gender: Pria melihat keseluruhan, wanita memperhatikan detail. Anda boleh memprotes pernyataan ini tidak mendukung emansipasi, tapi Anda tetap harus mengakui kebenarannya terkadang. Jika di tengah pembicaraan Anda pergi ke toilet untuk menambah bedak, ia mungkin tak sadar bedanya. Persiapkan penampilan semaksimal mungkin sebelum bertemu. Sekarang saatnya fokus membuat percakapan yang seru.
4. Cintaku di tembok Facebook
Anda mengirim ucapan selamat ulang tahun dan mengundang nikahan via Facebook. Jadi apa salahnya menyatakan cinta lewat medium yang sama? Sayangnya, Anda tak bisa yakin sang pangeran punya pandangan yang sama tentang Facebook. Beberapa tidak mengecek Facebook setiap hari. Sisanya membalas pesan seminggu kemudian. Jangan sia-siakan kemampuan menulis puisi Anda hanya untuk dibaca 1,027 temannya!(mg)
Gangguan Komunikasi pada Anak
Adi berusia 2 tahun dan masih belum bisa berbicara. Dia dapat mengatakan beberapa kata, namun dibandingkan teman sebayanya , menurut anda adi jauh ketinggalan. Anda mengingat bahwa kakaknya dapat merangkai kalimat yang benar pada usia yang sama. Beberapa anak memang ada yang lebih cepat berjalan atau lebih cepat berbicara, berharap bahwa adi akan bisa berbicara lancar apabila terus dilatih maka anda menunda untuk meminta bantuan profesional.
Kasus ini adalah kasus yang umum kita temukan di kalangan orangtua yaitu kasus anak terlambat berbicara. Banyak orang tua ragu untuk mencari bantuan karena mereka berusaha meyakinkan diri mereka bahwa anak nanti juga akan bisa berbicara. Mengetahui apa itu normal dan yang tidak di dalam perkembangan berbicara dan bahasa anak dapat membantu anda untuk lebih teliti memperhatikan apakah anak berada dalam jalur yang benar.
Perkembangan Bicara dan Bahasa yang Normal
Sangat penting untuk mengerti perkembangan bicara dan bahasa pada anak anda. Terkadang sulit untuk membedakan apakah anak hanya imatur di dalam kemampuannya berkomunikasi atau anak memiliki gangguan yang membutuhkan bantuan profesional.
Perkembangan berbicara dan bahasa anak adalah:
• Sebelum 12 bulan : Mengoceh atau ‘babbling’ adalah tahap awal dari perkembangan berbicara. Apabila bayi beranjak besar (sekitar 9 bulan), mereka mulai untuk menggunakan nada yang berbeda-beda untuk berbicara, berkata ‘mama’ dan ‘dada’ (tanpa mengerti artinya). Sebelum usia 12 bulan, anak mulai tertarik pada suara
• Usia 12-15 bulan : Anak pada usia ini memiliki variasi babbling mereka dan minimal 1-2 kata yang dimengerti sudah dikeluarkan (tidak termasuk ‘mama’ dan ‘dada’) . Anak usia ini sudah dapat mengerti dan mengikuti petunjuk tunggal (seperti: “Tolong berikan saya mainan itu”) atau mengerti perintah dan sedikit pertanyaan (contoh : Mana hidungmu?)
• Usia 18-24 bulan : Anak sudah memiliki sekitar 20 kata pada usia 18 bulan, dan sekitar 50 kata atau penggalan kata pada usia 24 bulan. Pada usia 24 bulan, anak harus belajar mengkombinasikan 2 kata seperti “Susu sapi”. Usia 2 tahun seharusnya juga sudah dapat mengikuti 2 macam perintah (seperti : “Tolong ambilkan mainan itu dan bawakan saya gelasmu”)
• Usia 2-3 tahun : Koleksi kata-kata anak sudah meningkat, dapat mengkombinasikan 3 atau lebih kata menjadi kalimat, mengerti berbagai macam perintah, dapat mengidentifikasikan warna dan mengerti konsep deskriptif (contoh : besar vs kecil)
Apa yang dimaksud dengan gangguan komunikasi?
Yang dimaksud dengan gangguan komunikasi meliputi berbagai lingkup masalah yaitu gangguan bicara, bahasa, dan mendengar. Gangguan bahasa dan bicara melingkupi gangguan artikulasi, gangguan mengeluarkan suara, afasia (kesulitan menggunakan kata-kata, biasanya karena memar atau luka pada otak), dan keterlambatan di dalam berbicara atau berbahasa. Keterlambatan bicara dan bahasa tergantung dari beberapa penyebab, termasuk di dalamnya adalah faktor lingkungan atau gangguan pendengaran.
Berapa banyak anak memiliki gangguan komunikasi?
Gangguan wicara pada anak adalah salah satu kelainan yang sering dialami oleh anak-anak dan terjadi pada 1 dari 12 anak atau 5 – 8 % dari anak-anak presekolah. Hal ini mencakup gangguan berbicara (3%) dan gagap (1%). Konsekuensi yang diambil pada gangguan wicara yang terlambat ditangani adalah perubahan yang signifikan dalam hal tingkah laku, gangguan kejiwaan, kesulitan membaca, dan gangguan prestasi akademik termasuk penurunan prestasi di sekolah sampai drop-out. Sampai saat ini, gangguan wicara pada anak merupakan masalah yang sulit terdeteksi pada pusat pelayanan primer
Gangguan pendengaran bervariasi sekitar 5% dari anak usia sekolah dengan level pendengaran di bawah normal. Dari jumlah ini, 10-20% memerlukan pendidikan khusus. Sekitar 1/3 dari anak yang memiliki gangguan pendengaran, bersekolah di sekolah biasa, 2/3 dari mereka memasuki pendidikan khusus atau sekolah luar biasa untuk tuna rungu.
Apa penyebab gangguan komunikasi?
Banyak gangguan komunikasi muncul dari kondisi lain seperti gangguan pembelajaran, cerebral palsy, retardasi mental, atau sumbing bibir dan palatum. Anak dengan keterlambatan bicara memiliki gangguan pengucapan, yang berarti terdapat komunikasi tidak efektif pada area otak yang bertanggungjawab untuk berbicara. Anak dapat mengalami kesulitan di dalam menggunakan bibir, lidah, dan rahang untuk memproduksi suara. Tidak mampu berbicara dapat merupakan masalah satu-satunya atau dapat diikuti dengan masalah lainnya seperti kesulitan menelan. Keterlambatan berbicara dapat mengindikasikan keterlambatan perkembangan.
Gangguan pendengaran umumnya berkaitan dengan keterlambatan berbicara, bila anak memiliki gangguan pendengaran, dia juga dapat memiliki gangguan mengerti pembicaraan dan gangguan menirukan dan menggunakan bahasa. Gangguan pendengaran terbagi atas gangguan pendengaran parsial dan ketulian total. Ketulian dapat didefinisikan sebagai kesulitan berkomunikasi secara auditori atau memerlukan alat bantuan berupa amplifikasi. Terdapat 4 tipe dari gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran konduktif yang disebabkan penyakit atau sumbatan pada liang telinga maupun telinga tengah, biasanya dapat dibantu dengan hearing aid. Gangguan pendengaran sensorineural terjadi Karena kerusakan pada sel rambut sensori dari telinga dalam atau kerusakan dari saraf telinga, umumnya tidak dapat dibantu dengan hearing aid. Gangguan pendengaran campuran yaitu kombinasi gangguan dari telinga luar atau telinga tengah, dan telinga dalam. Gangguan pendengaran sentral yang berasal dari kerusakan saraf atau otak.
Apa karakteristik dari anak-anak dengan gangguan komunikasi?
Bayi yang tidak berespon dengan suara atau tidak bisa’bubbling’ atau mengoceh merupakan hal yang perlu diperhatikan. Pada usia 12-24 bulan, perhatian lebih perlu diberikan pada anak dengan :
• Tidak dapat menggunakan bahasa tubuh seperti menunjuk atau melambai pada usia 12 bulan
• Memilih bahasa tubuh dibandingkan vokalisasi untuk berkomunikasi pada usia 18 bulan
• Memiliki kesulitan menirukan suara atau kata pertama tidak muncul pada usia 18 bulan
Pada anak usia lebih dari 2 tahun, anda harus mencari bantuan apabila :
• Hanya dapat mengulang kata atau suara tanpa mampu menghasilkan kata atau kalimat sendiri
• Hanya mengucapkan beberapa kata atau suara berulang-ulang
• Tidak dapat mengikuti petunjuk sederhana
• Memiliki suara yang tidak biasa (suara hidung)
• Lebih sulit dimengerti dibandingkan sebayanya, orangtua dan pengasuh sebaiknya mengerti separuh dari yang diucapkan anak pada usia 2 tahun, sekitar ¾ dari yang diucapkan pada anak 3 tahun, dan pada usia 4 tahun, anak anda seharusnya sudah dapat dimengerti seluruh kata-kata yang dia keluarkan
Anak dengan keterlambatan bicara dan bahasa memiliki berbagai karakteristik
termasuk ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk, lambat dalam berbicara, kesulitan artikulasi, dan kesulitan dalam membuat kalimat.
Gagap adalah gangguan dalam berbicara atau lambat di dalam berbicara, umumnya muncul antara usia 3-4 tahun dan dapat berkembang menjadi kasus yang kronik apabila tidak ditangani secara adekuat. Gagap dapat secara spontan menghilang pada usia remaja, namun terapi bicara dan bahasa sebaiknya dilakukan sebelumnya.
Anak dengan kemungkinan gangguan pendengaran dapat muncul dengan kurangnya kemampuan pendengaran, perlunya pengulangan pertanyaan sebelum dapat menjawab yang benar, berbicara dalam kata-kata yang kurang tepat, atau mengalami kebingungan dalam diskusi. Deteksi dan diagnosis dini gangguan pendengaran sebaiknya segera dilakukan dan ditangani dengan segera.
Apa yang harus dilakukan pada anak dengan gangguan komunikasi?
Apabila anda atau dokter anak anda mencurigai adanya gangguan komunikasi, maka evaluasi dini oleh profesional sebaiknya segera dilakukan. Suatu evaluasi yang dilakukan oleh ahli patologi bicara dan bahasa diantaranya adalah melihat kemampuan berbicara dan berbahasa anak anda menggunakan tes dan skala yang sudah distandarisasi. Ahli patologi tersebut juga akan mengamati apa yang anak mengerti, apa yang anak dapat katakan, komunikasi bahasa tubuh seperti menunjuk, menggeleng, dan status oral-motor anak (bagaimana bentuk bibir, lidah, langit-langit mulut, apakah mereka dapat bekerjasama di dalam berbicara, makan, dan menelan).
Apabila ahli tersebut menyatakan bahwa anak anda memerlukan terapi bicara maka keterlibatan orangtua sangat berperan. Suatu tim yang terdiri dari guru, terapis bicara dan bahasa, audiologis, dan orangtua diperlukan untuk menangani gangguan komunikasi pada anak. Amplifikasi mungkin dibutuhkan pada anak dengan gangguan pemdengaran. Anak yang tidak dapat dibantu dengan hearing aid memerlukan terapi yang dini, seperti penggunaan bahasa isyarat dan membaca bibir yang dapat membantu komunikasi mereka.
Orangtua dapat membantu untuk mengevaluasi dan mengamati perkembangan komunikasi anak dengan cara memiliki waktu untuk berkomunikasi dengan anak, meskipun anak masih bayi, berbicara dan menyanyi pada anak dapat merangsang peniruan suara dan bahasa tubuh; bacalah buku untuk anak anda, dimulai pada usia anak 6 bulan dengan buku yang sesuai dengan usia anak; gunakan kehidupan sehari-hari untuk melatih bicara anak, yang berarti berbicaralah sepanjang hari seperti sebutkan nama-nama makanan di supermarket, jelaskan apa yang anda lakukan ketika anda memasak atau membersihkan ruangan, tunjuk benda-benda di sekitar rumah, dan yang terakhir adalah tanyakan kembali pengetahuan yang sudah anda berikan atau lihat respon anak anda.
Kasus ini adalah kasus yang umum kita temukan di kalangan orangtua yaitu kasus anak terlambat berbicara. Banyak orang tua ragu untuk mencari bantuan karena mereka berusaha meyakinkan diri mereka bahwa anak nanti juga akan bisa berbicara. Mengetahui apa itu normal dan yang tidak di dalam perkembangan berbicara dan bahasa anak dapat membantu anda untuk lebih teliti memperhatikan apakah anak berada dalam jalur yang benar.
Perkembangan Bicara dan Bahasa yang Normal
Sangat penting untuk mengerti perkembangan bicara dan bahasa pada anak anda. Terkadang sulit untuk membedakan apakah anak hanya imatur di dalam kemampuannya berkomunikasi atau anak memiliki gangguan yang membutuhkan bantuan profesional.
Perkembangan berbicara dan bahasa anak adalah:
• Sebelum 12 bulan : Mengoceh atau ‘babbling’ adalah tahap awal dari perkembangan berbicara. Apabila bayi beranjak besar (sekitar 9 bulan), mereka mulai untuk menggunakan nada yang berbeda-beda untuk berbicara, berkata ‘mama’ dan ‘dada’ (tanpa mengerti artinya). Sebelum usia 12 bulan, anak mulai tertarik pada suara
• Usia 12-15 bulan : Anak pada usia ini memiliki variasi babbling mereka dan minimal 1-2 kata yang dimengerti sudah dikeluarkan (tidak termasuk ‘mama’ dan ‘dada’) . Anak usia ini sudah dapat mengerti dan mengikuti petunjuk tunggal (seperti: “Tolong berikan saya mainan itu”) atau mengerti perintah dan sedikit pertanyaan (contoh : Mana hidungmu?)
• Usia 18-24 bulan : Anak sudah memiliki sekitar 20 kata pada usia 18 bulan, dan sekitar 50 kata atau penggalan kata pada usia 24 bulan. Pada usia 24 bulan, anak harus belajar mengkombinasikan 2 kata seperti “Susu sapi”. Usia 2 tahun seharusnya juga sudah dapat mengikuti 2 macam perintah (seperti : “Tolong ambilkan mainan itu dan bawakan saya gelasmu”)
• Usia 2-3 tahun : Koleksi kata-kata anak sudah meningkat, dapat mengkombinasikan 3 atau lebih kata menjadi kalimat, mengerti berbagai macam perintah, dapat mengidentifikasikan warna dan mengerti konsep deskriptif (contoh : besar vs kecil)
Apa yang dimaksud dengan gangguan komunikasi?
Yang dimaksud dengan gangguan komunikasi meliputi berbagai lingkup masalah yaitu gangguan bicara, bahasa, dan mendengar. Gangguan bahasa dan bicara melingkupi gangguan artikulasi, gangguan mengeluarkan suara, afasia (kesulitan menggunakan kata-kata, biasanya karena memar atau luka pada otak), dan keterlambatan di dalam berbicara atau berbahasa. Keterlambatan bicara dan bahasa tergantung dari beberapa penyebab, termasuk di dalamnya adalah faktor lingkungan atau gangguan pendengaran.
Berapa banyak anak memiliki gangguan komunikasi?
Gangguan wicara pada anak adalah salah satu kelainan yang sering dialami oleh anak-anak dan terjadi pada 1 dari 12 anak atau 5 – 8 % dari anak-anak presekolah. Hal ini mencakup gangguan berbicara (3%) dan gagap (1%). Konsekuensi yang diambil pada gangguan wicara yang terlambat ditangani adalah perubahan yang signifikan dalam hal tingkah laku, gangguan kejiwaan, kesulitan membaca, dan gangguan prestasi akademik termasuk penurunan prestasi di sekolah sampai drop-out. Sampai saat ini, gangguan wicara pada anak merupakan masalah yang sulit terdeteksi pada pusat pelayanan primer
Gangguan pendengaran bervariasi sekitar 5% dari anak usia sekolah dengan level pendengaran di bawah normal. Dari jumlah ini, 10-20% memerlukan pendidikan khusus. Sekitar 1/3 dari anak yang memiliki gangguan pendengaran, bersekolah di sekolah biasa, 2/3 dari mereka memasuki pendidikan khusus atau sekolah luar biasa untuk tuna rungu.
Apa penyebab gangguan komunikasi?
Banyak gangguan komunikasi muncul dari kondisi lain seperti gangguan pembelajaran, cerebral palsy, retardasi mental, atau sumbing bibir dan palatum. Anak dengan keterlambatan bicara memiliki gangguan pengucapan, yang berarti terdapat komunikasi tidak efektif pada area otak yang bertanggungjawab untuk berbicara. Anak dapat mengalami kesulitan di dalam menggunakan bibir, lidah, dan rahang untuk memproduksi suara. Tidak mampu berbicara dapat merupakan masalah satu-satunya atau dapat diikuti dengan masalah lainnya seperti kesulitan menelan. Keterlambatan berbicara dapat mengindikasikan keterlambatan perkembangan.
Gangguan pendengaran umumnya berkaitan dengan keterlambatan berbicara, bila anak memiliki gangguan pendengaran, dia juga dapat memiliki gangguan mengerti pembicaraan dan gangguan menirukan dan menggunakan bahasa. Gangguan pendengaran terbagi atas gangguan pendengaran parsial dan ketulian total. Ketulian dapat didefinisikan sebagai kesulitan berkomunikasi secara auditori atau memerlukan alat bantuan berupa amplifikasi. Terdapat 4 tipe dari gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran konduktif yang disebabkan penyakit atau sumbatan pada liang telinga maupun telinga tengah, biasanya dapat dibantu dengan hearing aid. Gangguan pendengaran sensorineural terjadi Karena kerusakan pada sel rambut sensori dari telinga dalam atau kerusakan dari saraf telinga, umumnya tidak dapat dibantu dengan hearing aid. Gangguan pendengaran campuran yaitu kombinasi gangguan dari telinga luar atau telinga tengah, dan telinga dalam. Gangguan pendengaran sentral yang berasal dari kerusakan saraf atau otak.
Apa karakteristik dari anak-anak dengan gangguan komunikasi?
Bayi yang tidak berespon dengan suara atau tidak bisa’bubbling’ atau mengoceh merupakan hal yang perlu diperhatikan. Pada usia 12-24 bulan, perhatian lebih perlu diberikan pada anak dengan :
• Tidak dapat menggunakan bahasa tubuh seperti menunjuk atau melambai pada usia 12 bulan
• Memilih bahasa tubuh dibandingkan vokalisasi untuk berkomunikasi pada usia 18 bulan
• Memiliki kesulitan menirukan suara atau kata pertama tidak muncul pada usia 18 bulan
Pada anak usia lebih dari 2 tahun, anda harus mencari bantuan apabila :
• Hanya dapat mengulang kata atau suara tanpa mampu menghasilkan kata atau kalimat sendiri
• Hanya mengucapkan beberapa kata atau suara berulang-ulang
• Tidak dapat mengikuti petunjuk sederhana
• Memiliki suara yang tidak biasa (suara hidung)
• Lebih sulit dimengerti dibandingkan sebayanya, orangtua dan pengasuh sebaiknya mengerti separuh dari yang diucapkan anak pada usia 2 tahun, sekitar ¾ dari yang diucapkan pada anak 3 tahun, dan pada usia 4 tahun, anak anda seharusnya sudah dapat dimengerti seluruh kata-kata yang dia keluarkan
Anak dengan keterlambatan bicara dan bahasa memiliki berbagai karakteristik
termasuk ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk, lambat dalam berbicara, kesulitan artikulasi, dan kesulitan dalam membuat kalimat.
Gagap adalah gangguan dalam berbicara atau lambat di dalam berbicara, umumnya muncul antara usia 3-4 tahun dan dapat berkembang menjadi kasus yang kronik apabila tidak ditangani secara adekuat. Gagap dapat secara spontan menghilang pada usia remaja, namun terapi bicara dan bahasa sebaiknya dilakukan sebelumnya.
Anak dengan kemungkinan gangguan pendengaran dapat muncul dengan kurangnya kemampuan pendengaran, perlunya pengulangan pertanyaan sebelum dapat menjawab yang benar, berbicara dalam kata-kata yang kurang tepat, atau mengalami kebingungan dalam diskusi. Deteksi dan diagnosis dini gangguan pendengaran sebaiknya segera dilakukan dan ditangani dengan segera.
Apa yang harus dilakukan pada anak dengan gangguan komunikasi?
Apabila anda atau dokter anak anda mencurigai adanya gangguan komunikasi, maka evaluasi dini oleh profesional sebaiknya segera dilakukan. Suatu evaluasi yang dilakukan oleh ahli patologi bicara dan bahasa diantaranya adalah melihat kemampuan berbicara dan berbahasa anak anda menggunakan tes dan skala yang sudah distandarisasi. Ahli patologi tersebut juga akan mengamati apa yang anak mengerti, apa yang anak dapat katakan, komunikasi bahasa tubuh seperti menunjuk, menggeleng, dan status oral-motor anak (bagaimana bentuk bibir, lidah, langit-langit mulut, apakah mereka dapat bekerjasama di dalam berbicara, makan, dan menelan).
Apabila ahli tersebut menyatakan bahwa anak anda memerlukan terapi bicara maka keterlibatan orangtua sangat berperan. Suatu tim yang terdiri dari guru, terapis bicara dan bahasa, audiologis, dan orangtua diperlukan untuk menangani gangguan komunikasi pada anak. Amplifikasi mungkin dibutuhkan pada anak dengan gangguan pemdengaran. Anak yang tidak dapat dibantu dengan hearing aid memerlukan terapi yang dini, seperti penggunaan bahasa isyarat dan membaca bibir yang dapat membantu komunikasi mereka.
Orangtua dapat membantu untuk mengevaluasi dan mengamati perkembangan komunikasi anak dengan cara memiliki waktu untuk berkomunikasi dengan anak, meskipun anak masih bayi, berbicara dan menyanyi pada anak dapat merangsang peniruan suara dan bahasa tubuh; bacalah buku untuk anak anda, dimulai pada usia anak 6 bulan dengan buku yang sesuai dengan usia anak; gunakan kehidupan sehari-hari untuk melatih bicara anak, yang berarti berbicaralah sepanjang hari seperti sebutkan nama-nama makanan di supermarket, jelaskan apa yang anda lakukan ketika anda memasak atau membersihkan ruangan, tunjuk benda-benda di sekitar rumah, dan yang terakhir adalah tanyakan kembali pengetahuan yang sudah anda berikan atau lihat respon anak anda.
Gangguan Reseptif-Ekspresif
Perkembangan Kecerdasan dan Bicara pada Anak
Fungsi berbahasa merupakan proses paling kompleks di antara seluruh fase perkembangan. Fungsi berbahasa bersama-sama dengan fungsi perkembangan pemecahan masalah visuo-motor merupakan indikator yang paling baik dari ada tidaknya gangguan perkembangan intelektual.
Gabungan kedua perkembangan ini akan menjadi fungsi perkembangan sosial. Perkembangan bahasa menyangkut fungsi reseptif dan ekspresif (fungsi menerima dan mengekspresikan). Fungsi reseptif adalah kemampuan anak untuk menerima, mengenal dan bereaksi terhadap seseorang, terhadap kejadian lingkungan sekitarnya, mengerti maksud mimik atau air muka dan nada suara atau intonasi dan akhirnya mengerti kata-kata.
Fungsi ekspresif adalah kemampuan anak untuk mengutarakan pikirannya, dimulai dari komunikasi preverbal (sebelum anak dapat berbicara), komunikasi nonverbal dengan ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan akhirnya dengan menggunakan kata-kata atau komunikasi verbal. Fungsi reseptif dapat kita lihat pada bayi yaitu terlihat dengan adanya reaksi terhadap suara.
Hal ini pada mulanya bersifat refleks. Kemudian dia memperlihatkan respons motorik berupa terdiam kalau mendengar suara, atau seperti gerak terkejut. Fungsi ekspresif muncul ya- itu berupa suara tenggorok misalnya berdahak, batuk dan menangis.
Fungsi suara tenggorok berangsur-angsur menghilang pada bayi berusia dua bulan, digantikan dengan suara "ooo-ooo". Pada usia 2 bulan, bayi dapat mengeluarkan suara "ooo-ooo" dengan irama yang musikal. Bayi sudah memperlihatkan senyum sosial, kira-kira pada usia lima minggu dengan cara berbicara dengan mereka ataupun mengelus pipi mereka.
Anak normal pada umur 4 bulan, terdengar suara "aguuuu-aguuuuu". Umur 6 bulan terdengar anak dapat bergumam. Umur 8 bulan ia dapat mengucapkan "da-da-da" lalu menjadi kata "dada" yang belum berarti, disusul "dada" yang diucapkan saat ia melihat ayahnya atau ibunya.
Kata "mama" akan muncul belakangan. Bayi juga dapat mengerti kata "tidak boleh" yang disertai dengan nada suara yang tinggi, ini terjadi pada bayi berusia 9 bulan. Pada usia 11 bulan, ia dapat mengucapkan kata pertama yang benar, disusul kata kedua pada umur 1 tahun.
Selanjutnya perkembangan anak usia 12-15 bulan, kita akan mendengar kata-kata baru sebanyak 4-6 kata. Saat ini orangtua mulai mendengar immature jargoning. Anak berusia 16-17 bulan, ia sudah dapat menguasai 7-20 kata jargoning dan menjadi lebih matang. Pada pengucapan anak, akan muncul kata yang benar diantara kata yang tidak benar. Anak autis tidak akan mengalami hal ini sesuai dengan usia perkembangannya. Anak dengan autis mengalami keterlambatan bicara, sehingga kadangkala pada usia 3 atau pun 4 tahun sang anak masih mengucapkan kata jargoning dan tidak dapat dimengerti oleh orang lain bahkan oleh ibunya sendiri.
Pada usia 18 bulan, anak dengan perkembangan normal mulai dapat mengucapkan kalimat pendek dengan susunan yang belum betul, masih cadel, misalnya: "Rio minta", atau "Rio minum", dan lain-lain.
Pada umur 21 bulan, perbendaharaan kata mencapai 50 kata, dan ia dapat mengucapkan kalimat terdiri dari 2 kata dengan lebih jelas. Ia sudah menggunakan kata "saya" atau "kamu", walaupun seringkali belum tepat. Pada umur 30 bulan, kata "saya", "kamu" sudah benar. Pada umur 3 tahun ia menguasai 250 kata dan dapat membentuk kalimat terdiri dari 3 kata. Pada umur 4 tahun ia mulai bertanya mengenai arti suatu kata, terutama yang abstrak.
Dia dapat bercerita dan menggunakan kalimat terdiri dari 4-5 kata. Selama masa awal kanak-kanak anak memiliki minat yang kuat untuk belajar berbicara. Ini karena ia mulai memahami bahwa bicara merupakan sarana pokok berkomunikasi. Bisa melakukan kontak sosial sekaligus mudah diterima teman sebaya. Tak heran anak seusia ini sangat cerewet dan tukang ngobrol.
Anak dengan autis mengalami kesulitan atau keterlambatan bicara, sehingga akan menghambat komunikasinya dengan orang lain. Kadang kala anak seperti ini mengeluarkan bahasa yang tidak dimengerti oleh orangtuanya sekalipun, sehingga pada saat "ngobrol tidak nyambung". Keadaan seperti ini dapat menyebabkan anak frustrasi karena keinginan tidak bisa ia komunikasikan, akibatnya, anaknya mengamuk dan berperilaku mengganggu atau merusak ataupun agresif terhadap lingkungan. Keadaan ini harus dipahami orangtua. Karena banyak kasus terjadi bahwa orangtua tidak mengerti apa yang dimaksud anaknya, sehingga anaknya yang sedang frustrasi akan mengamuk.
Kesulitan bicara dan berbahasa harus dipikirkan bila seorang anak terlambat mencapai tahapan unit bahasa yang sesuai dengan usianya. Unit bahasa tersebut dapat berupa suara, kata dan kalimat. Keterlambatan bicara terjadi pada anak kira-kira 3-15 persen dan merupakan kelainan perkembangan yang paling sering terjadi.
KETERLAMBATAN, KETIDAKSEIMBANGAN DAN PENYIMPANGAN BERBAHASA
Kemungkinan adanya keterlambatan berbahasa harus dipikirkan bila seorang anak terlambat mencapai tahapan berbahasa yang sesuai untuk umurnya. Selanjutnya fungsi berbahasa diatur pula oleh aturan tatabahasa, yaitu bagaimana suara membentuk kata, kata membentuk kalimat yang benar dan seterusnya. Keterlambatan bicara terjadi pada 3-15% anak, dan merupakan kelainan perkembangan yang paling sering terjadi. Sebanyak 1% anak yang mengalami keterlambatan bicara tetap tidak dapat bicara. Tiga puluh persen di antara anak yang mengalami keterlambatan ringan akan sembuh sendiri, tetapi 70% di antaranya akan mengalami kesulitan berbahasa, kurang pandai atau berbagai kesulitan belajar lainnya.
Kemampuan berbahasa sangat terlambat bila :
Bayi tidak mau tersenyum sosial sampai 10 minggu
Bayi tidak mengeluarkan suara sebagai jawaban pada usia 3 bulan
Tidak ada perhatian terhadap sekitar sampai usia 8 bulan
Tidak bicara sampai usia 15 bulan
Tidak mengucapkan 3-4 kata sampai usia 20 bulan.
Salah satu gangguan adalah bila ditemukan perbedaan kecepatan perkembangan antara 2 faset yang berbeda, yang disebut sebagai ketidak seimbangan kecepatan perkembangan. Hal ini penting untuk deteksi gangguan komunikasi, Dimana fungsi bahasa jelas tertinggal dari fungsi pemecahan masalah. Pada retardasi mental, keduanya terlambat sedangkan pada gangguan motorik yang disebut sebagai palsi serebral fungsi motorik terlambat dibandingkan fungsi bahasa dan pemecahan masalah.
Penyimpangan berbahasa menunjukan kemampuan berbahasa yang tidak teratur atau tidak menurut aturan yang seharusnya. Keadaan ini sering lolos dari pemeriksaan karena sulit dikenali. Misalnya anak berumur 15 bulan sudah mempunyai perbendaharaan kata 10-15 kata (kemampuan anak 18-20 bulan) tetapi bahasanya tidak sempurna (kemampuan anak 14-15 bulan). Terlihat juga adanya kata yang diucapkan tetapi tidak dimengerti artinya. Pada anak prasekolah, misalnya dapat membuat kalimat 5-6 kata tetapi perbendaharaan baru terbatas pada 200-300 kata (kemampuan anak berumur 2,5 tahun). Penyimpangan yang hebat sering ditemukan pada autisme.
Language / Learning Disordes atau Gangguan Berbahasa Dan Belajar
Istilah learning disorders, learning disability belum baku. Beberapa penulis menyebutkannya sebagai Specific Learning Impairment (SLI) atau Specific Learning Disability. Demikian pula dengan istilah Specific Impairment. Hal ini disebabkan banyaknya ahli yang berkecimpung di bidang ini, ahli edukasi, psikologi, pediatri perkembangan, neurologi, psikiatri. speech pathologist, dan lain-lain. Para ahli ini sering menggunakan istilah yang disukai di bidangnya masing-masing.
Istilah Specific Language Impairment digunakan bila anak mengalami kesulitan berbahasa sedangkan kemampuan non verbal atau kepandaian adalah normal.
Untuk mampu berkomunikasi, anak harus menguasai finologi (bunyi kata-kata), modifikasi dari kata-kata (morfologi), tata bahasa (sintaks), isi bahasa berdasarkan kata-kata yang diketahui (leksikon), arti kata atau kalimat (semantik) dan pengunaannya dalam konteks yang sesuai (pragmatik). Semua fungsi tersebut harus berjalan sinkron untuk kemampuan komunikasi yang baik.
Gangguan berbahasa spesifik misalnya:
1. Gangguan bicara ekspretif
2. Gangguan bicara campuran reseptif-ekspretif
3. Gangguan pengucapan
4. Gagap
5. Gangguan berbahasa tidak spesifik.
Klasifikasi ini menjadi kontroversi. Beberapa ahli menganggap bahwa gangguan bicara reseptif-ekspretif.
Gangguan Bicara Ekspresif / Expressive Language Disordes
Anak-anak ini mempunyai kepandaian, pendengaran, kemampuan komprehensi, dan emosi yang normal. Keadaan ini disebabkan gangguan fungsi otak, yang tidak mampu menerjemahkan gagasan kepada bicara. Anak dapat menggunakan mimik untuk menyatakan kehendak.
Keadaan in sulit dibedakan dengan developmental lenguage delay.Anak mengalami kesulitan mengkomunikasikan kebutuhan, pikiran dan maksudnya dengan ucapan yang benar. Perbendaharaan kata terbatas, kalimat pendek, tidak lengkap dan tata bahasa kacau, cerita dan kejadian disampaikan secara tidak terorganisasi. Untuk menegakan diagnosis, perlu uji kemampuan bicara atau intelegensi non-verbal.
Sebanyak 50-80% di antara anak-anak ini akan mencapai kemampuan berbicara yang normal sebelum umur sekolah. Prognosis kurang baik bila gangguan berbicara ekspretif menetap sampai umur sekolah. Anak-anak ini dapat menunjukan gangguan lainnya misalnya gangguan membaca dan gangguan pemusatan perhatian. Kadang-kadang anak nampak normal, tetapi tetap mengalami kesulitan bila harus menceritakan suatu hal yang kompleks. Hambatan ini akan menurunkan prestasi akademik, menyebabkan gangguan personal-sosial dan menyebabkan timbulnya rasa rendah diri.
Berbeda dengan developmental language delay yang dapat sembuh sendiri, anak-anak ini tetap mengalami gangguan bila tidak dilakukan intervensi.
Gangguan Berbahasa Campuran Reseptif-Ekspretif
Selain ciri gangguan bicara ekspretif, anak-anak ini juga mempunyai kesulitan mengartikan ucapan orang lain, terutama yang bersifat abstrak. Mereka sering salah mengartikan pertanyaan, komentar, atau cerita yang panjang. Kriteria diagnosis memerlukan intelegensi non-verbal yang normal.
prognosis kurang baik dibandingkan gangguan berbahasa ekspretif. Pada masa sekolah mereka akan tertinggal oleh teman sebayanya. Karena komprehensi kurang baik, dapat muncul gangguan atensi. Kira-kira 40-60% akan mengalami gangguan fonologi, sedangkan 50% mengalami gangguan membaca. Masalah bahasa, dikombinasi dengan kesulitan membaca atau atensi akan menyebabkan lingkaran setan kemampuan akademik yang kurang, rasa percaya diri yang rendah, motivasi yang rendah dan isolasi sosial pada 70% kasus.
Mereka akan dapat berbicara, tetapi terlambat dibandingkan anak sebayanya. Pada masa dewasa, kemampuan bicara cukup untuk komunikasi sehari-hari, tetapi mereka tetap menunjukan kesulitan bila harus mengartikan atau menceritakan suatu masalah yang kompleks.
Penyebab
Terdapat berbagai macam penyebab anak terlambat bicara atau gangguan bicara dan berbahasa, yaitu autis, mental retardasi (IQ di bawah rata-rata), gangguan berbahasa ekspresif, gangguan pendengaran, gangguan bicara karena kelainan organ bicara, gangguan berbahasa sentral, mutisme selektif, deprivasi maternal, bicara dalam dua bahasa, keterlambatan fungsional, dan lain-lain.
Perkembangan sel otak anak mencapai masa emas pada usia 0-5 tahun. Tahap usia ini yang menentukan kecerdasan seorang anak. Masa balita merupakan masa kritis dalam perkembangan seorang anak. Sering kali orangtua pada anak usia ini senantiasa hanya menikmati perilaku dan tingkah pola anak tanpa menanamkan suatu tonggak untuk kecerdasan anak. Dan orangtua hampir terlambat menyadari keterlambatan perkembangan anak.
Orangtua bingung, apa yang harus dilakukan dengan anak yang mempunyai masalah perkembangan. Bagaimana sebetulnya penanganan yang tepat untuk pola pengasuhan dan stimulasi kecerdasan yang efektif.
Melalui baca buku orangtua mendapat pengetahuan, melalui konsultasi orangtua mendapatkan informasi mengenai tingkat kecerdasan anak dan arahan apa yang harus dilakukan. Melalui kursus ataupun training mengenai parenting skill dan stimulasi kecerdasan anak, akan mendapat pengetahuan dan dilatih cara-cara untuk melakukannya.
Orangtua senantiasa memperoleh informasi, memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai perkembangan anak normal, masalah perkembangan anak dan lebih memahami tindakan yang akan dilakukan sebagai orangtua. Setiap orangtua menginginkan perkembangan anak yang optimal.
Jika cepat terdeteksi masalah perkembangan anak, sedapat mungkin segera ditindaklanjuti untuk memperkecil akibat buruk yang ditimbulkannya. Dalam kehidupan berkeluarga, anak adalah aset keluarga, apa yang orangtua berikan untuk anak dalam proses perkembangannya merupakan suatu investasi.
Bantuan dan Terapi yang dapat diberikan:
Aktifitas-aktifitas yang menyangkut tahapan bahasa dibawah:
1. Phonology (bahasa bunyi);
2. Semantics (kata), termasuk pengembangan kosa kata;
3. Morphology (perubahan pada kata),
4. Syatax (kalimat), termasuk tatabahasa;
5. Discourse (Pemakaian bahasa dalam konteks yang lebih luas),
6. Metalinguistics (Bagaimana cara bekerjanya suatu Bahasa) dan;
7. Pragmatics (Bahasa dalam konteks sosial).
Fungsi berbahasa merupakan proses paling kompleks di antara seluruh fase perkembangan. Fungsi berbahasa bersama-sama dengan fungsi perkembangan pemecahan masalah visuo-motor merupakan indikator yang paling baik dari ada tidaknya gangguan perkembangan intelektual.
Gabungan kedua perkembangan ini akan menjadi fungsi perkembangan sosial. Perkembangan bahasa menyangkut fungsi reseptif dan ekspresif (fungsi menerima dan mengekspresikan). Fungsi reseptif adalah kemampuan anak untuk menerima, mengenal dan bereaksi terhadap seseorang, terhadap kejadian lingkungan sekitarnya, mengerti maksud mimik atau air muka dan nada suara atau intonasi dan akhirnya mengerti kata-kata.
Fungsi ekspresif adalah kemampuan anak untuk mengutarakan pikirannya, dimulai dari komunikasi preverbal (sebelum anak dapat berbicara), komunikasi nonverbal dengan ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan akhirnya dengan menggunakan kata-kata atau komunikasi verbal. Fungsi reseptif dapat kita lihat pada bayi yaitu terlihat dengan adanya reaksi terhadap suara.
Hal ini pada mulanya bersifat refleks. Kemudian dia memperlihatkan respons motorik berupa terdiam kalau mendengar suara, atau seperti gerak terkejut. Fungsi ekspresif muncul ya- itu berupa suara tenggorok misalnya berdahak, batuk dan menangis.
Fungsi suara tenggorok berangsur-angsur menghilang pada bayi berusia dua bulan, digantikan dengan suara "ooo-ooo". Pada usia 2 bulan, bayi dapat mengeluarkan suara "ooo-ooo" dengan irama yang musikal. Bayi sudah memperlihatkan senyum sosial, kira-kira pada usia lima minggu dengan cara berbicara dengan mereka ataupun mengelus pipi mereka.
Anak normal pada umur 4 bulan, terdengar suara "aguuuu-aguuuuu". Umur 6 bulan terdengar anak dapat bergumam. Umur 8 bulan ia dapat mengucapkan "da-da-da" lalu menjadi kata "dada" yang belum berarti, disusul "dada" yang diucapkan saat ia melihat ayahnya atau ibunya.
Kata "mama" akan muncul belakangan. Bayi juga dapat mengerti kata "tidak boleh" yang disertai dengan nada suara yang tinggi, ini terjadi pada bayi berusia 9 bulan. Pada usia 11 bulan, ia dapat mengucapkan kata pertama yang benar, disusul kata kedua pada umur 1 tahun.
Selanjutnya perkembangan anak usia 12-15 bulan, kita akan mendengar kata-kata baru sebanyak 4-6 kata. Saat ini orangtua mulai mendengar immature jargoning. Anak berusia 16-17 bulan, ia sudah dapat menguasai 7-20 kata jargoning dan menjadi lebih matang. Pada pengucapan anak, akan muncul kata yang benar diantara kata yang tidak benar. Anak autis tidak akan mengalami hal ini sesuai dengan usia perkembangannya. Anak dengan autis mengalami keterlambatan bicara, sehingga kadangkala pada usia 3 atau pun 4 tahun sang anak masih mengucapkan kata jargoning dan tidak dapat dimengerti oleh orang lain bahkan oleh ibunya sendiri.
Pada usia 18 bulan, anak dengan perkembangan normal mulai dapat mengucapkan kalimat pendek dengan susunan yang belum betul, masih cadel, misalnya: "Rio minta", atau "Rio minum", dan lain-lain.
Pada umur 21 bulan, perbendaharaan kata mencapai 50 kata, dan ia dapat mengucapkan kalimat terdiri dari 2 kata dengan lebih jelas. Ia sudah menggunakan kata "saya" atau "kamu", walaupun seringkali belum tepat. Pada umur 30 bulan, kata "saya", "kamu" sudah benar. Pada umur 3 tahun ia menguasai 250 kata dan dapat membentuk kalimat terdiri dari 3 kata. Pada umur 4 tahun ia mulai bertanya mengenai arti suatu kata, terutama yang abstrak.
Dia dapat bercerita dan menggunakan kalimat terdiri dari 4-5 kata. Selama masa awal kanak-kanak anak memiliki minat yang kuat untuk belajar berbicara. Ini karena ia mulai memahami bahwa bicara merupakan sarana pokok berkomunikasi. Bisa melakukan kontak sosial sekaligus mudah diterima teman sebaya. Tak heran anak seusia ini sangat cerewet dan tukang ngobrol.
Anak dengan autis mengalami kesulitan atau keterlambatan bicara, sehingga akan menghambat komunikasinya dengan orang lain. Kadang kala anak seperti ini mengeluarkan bahasa yang tidak dimengerti oleh orangtuanya sekalipun, sehingga pada saat "ngobrol tidak nyambung". Keadaan seperti ini dapat menyebabkan anak frustrasi karena keinginan tidak bisa ia komunikasikan, akibatnya, anaknya mengamuk dan berperilaku mengganggu atau merusak ataupun agresif terhadap lingkungan. Keadaan ini harus dipahami orangtua. Karena banyak kasus terjadi bahwa orangtua tidak mengerti apa yang dimaksud anaknya, sehingga anaknya yang sedang frustrasi akan mengamuk.
Kesulitan bicara dan berbahasa harus dipikirkan bila seorang anak terlambat mencapai tahapan unit bahasa yang sesuai dengan usianya. Unit bahasa tersebut dapat berupa suara, kata dan kalimat. Keterlambatan bicara terjadi pada anak kira-kira 3-15 persen dan merupakan kelainan perkembangan yang paling sering terjadi.
KETERLAMBATAN, KETIDAKSEIMBANGAN DAN PENYIMPANGAN BERBAHASA
Kemungkinan adanya keterlambatan berbahasa harus dipikirkan bila seorang anak terlambat mencapai tahapan berbahasa yang sesuai untuk umurnya. Selanjutnya fungsi berbahasa diatur pula oleh aturan tatabahasa, yaitu bagaimana suara membentuk kata, kata membentuk kalimat yang benar dan seterusnya. Keterlambatan bicara terjadi pada 3-15% anak, dan merupakan kelainan perkembangan yang paling sering terjadi. Sebanyak 1% anak yang mengalami keterlambatan bicara tetap tidak dapat bicara. Tiga puluh persen di antara anak yang mengalami keterlambatan ringan akan sembuh sendiri, tetapi 70% di antaranya akan mengalami kesulitan berbahasa, kurang pandai atau berbagai kesulitan belajar lainnya.
Kemampuan berbahasa sangat terlambat bila :
Bayi tidak mau tersenyum sosial sampai 10 minggu
Bayi tidak mengeluarkan suara sebagai jawaban pada usia 3 bulan
Tidak ada perhatian terhadap sekitar sampai usia 8 bulan
Tidak bicara sampai usia 15 bulan
Tidak mengucapkan 3-4 kata sampai usia 20 bulan.
Salah satu gangguan adalah bila ditemukan perbedaan kecepatan perkembangan antara 2 faset yang berbeda, yang disebut sebagai ketidak seimbangan kecepatan perkembangan. Hal ini penting untuk deteksi gangguan komunikasi, Dimana fungsi bahasa jelas tertinggal dari fungsi pemecahan masalah. Pada retardasi mental, keduanya terlambat sedangkan pada gangguan motorik yang disebut sebagai palsi serebral fungsi motorik terlambat dibandingkan fungsi bahasa dan pemecahan masalah.
Penyimpangan berbahasa menunjukan kemampuan berbahasa yang tidak teratur atau tidak menurut aturan yang seharusnya. Keadaan ini sering lolos dari pemeriksaan karena sulit dikenali. Misalnya anak berumur 15 bulan sudah mempunyai perbendaharaan kata 10-15 kata (kemampuan anak 18-20 bulan) tetapi bahasanya tidak sempurna (kemampuan anak 14-15 bulan). Terlihat juga adanya kata yang diucapkan tetapi tidak dimengerti artinya. Pada anak prasekolah, misalnya dapat membuat kalimat 5-6 kata tetapi perbendaharaan baru terbatas pada 200-300 kata (kemampuan anak berumur 2,5 tahun). Penyimpangan yang hebat sering ditemukan pada autisme.
Language / Learning Disordes atau Gangguan Berbahasa Dan Belajar
Istilah learning disorders, learning disability belum baku. Beberapa penulis menyebutkannya sebagai Specific Learning Impairment (SLI) atau Specific Learning Disability. Demikian pula dengan istilah Specific Impairment. Hal ini disebabkan banyaknya ahli yang berkecimpung di bidang ini, ahli edukasi, psikologi, pediatri perkembangan, neurologi, psikiatri. speech pathologist, dan lain-lain. Para ahli ini sering menggunakan istilah yang disukai di bidangnya masing-masing.
Istilah Specific Language Impairment digunakan bila anak mengalami kesulitan berbahasa sedangkan kemampuan non verbal atau kepandaian adalah normal.
Untuk mampu berkomunikasi, anak harus menguasai finologi (bunyi kata-kata), modifikasi dari kata-kata (morfologi), tata bahasa (sintaks), isi bahasa berdasarkan kata-kata yang diketahui (leksikon), arti kata atau kalimat (semantik) dan pengunaannya dalam konteks yang sesuai (pragmatik). Semua fungsi tersebut harus berjalan sinkron untuk kemampuan komunikasi yang baik.
Gangguan berbahasa spesifik misalnya:
1. Gangguan bicara ekspretif
2. Gangguan bicara campuran reseptif-ekspretif
3. Gangguan pengucapan
4. Gagap
5. Gangguan berbahasa tidak spesifik.
Klasifikasi ini menjadi kontroversi. Beberapa ahli menganggap bahwa gangguan bicara reseptif-ekspretif.
Gangguan Bicara Ekspresif / Expressive Language Disordes
Anak-anak ini mempunyai kepandaian, pendengaran, kemampuan komprehensi, dan emosi yang normal. Keadaan ini disebabkan gangguan fungsi otak, yang tidak mampu menerjemahkan gagasan kepada bicara. Anak dapat menggunakan mimik untuk menyatakan kehendak.
Keadaan in sulit dibedakan dengan developmental lenguage delay.Anak mengalami kesulitan mengkomunikasikan kebutuhan, pikiran dan maksudnya dengan ucapan yang benar. Perbendaharaan kata terbatas, kalimat pendek, tidak lengkap dan tata bahasa kacau, cerita dan kejadian disampaikan secara tidak terorganisasi. Untuk menegakan diagnosis, perlu uji kemampuan bicara atau intelegensi non-verbal.
Sebanyak 50-80% di antara anak-anak ini akan mencapai kemampuan berbicara yang normal sebelum umur sekolah. Prognosis kurang baik bila gangguan berbicara ekspretif menetap sampai umur sekolah. Anak-anak ini dapat menunjukan gangguan lainnya misalnya gangguan membaca dan gangguan pemusatan perhatian. Kadang-kadang anak nampak normal, tetapi tetap mengalami kesulitan bila harus menceritakan suatu hal yang kompleks. Hambatan ini akan menurunkan prestasi akademik, menyebabkan gangguan personal-sosial dan menyebabkan timbulnya rasa rendah diri.
Berbeda dengan developmental language delay yang dapat sembuh sendiri, anak-anak ini tetap mengalami gangguan bila tidak dilakukan intervensi.
Gangguan Berbahasa Campuran Reseptif-Ekspretif
Selain ciri gangguan bicara ekspretif, anak-anak ini juga mempunyai kesulitan mengartikan ucapan orang lain, terutama yang bersifat abstrak. Mereka sering salah mengartikan pertanyaan, komentar, atau cerita yang panjang. Kriteria diagnosis memerlukan intelegensi non-verbal yang normal.
prognosis kurang baik dibandingkan gangguan berbahasa ekspretif. Pada masa sekolah mereka akan tertinggal oleh teman sebayanya. Karena komprehensi kurang baik, dapat muncul gangguan atensi. Kira-kira 40-60% akan mengalami gangguan fonologi, sedangkan 50% mengalami gangguan membaca. Masalah bahasa, dikombinasi dengan kesulitan membaca atau atensi akan menyebabkan lingkaran setan kemampuan akademik yang kurang, rasa percaya diri yang rendah, motivasi yang rendah dan isolasi sosial pada 70% kasus.
Mereka akan dapat berbicara, tetapi terlambat dibandingkan anak sebayanya. Pada masa dewasa, kemampuan bicara cukup untuk komunikasi sehari-hari, tetapi mereka tetap menunjukan kesulitan bila harus mengartikan atau menceritakan suatu masalah yang kompleks.
Penyebab
Terdapat berbagai macam penyebab anak terlambat bicara atau gangguan bicara dan berbahasa, yaitu autis, mental retardasi (IQ di bawah rata-rata), gangguan berbahasa ekspresif, gangguan pendengaran, gangguan bicara karena kelainan organ bicara, gangguan berbahasa sentral, mutisme selektif, deprivasi maternal, bicara dalam dua bahasa, keterlambatan fungsional, dan lain-lain.
Perkembangan sel otak anak mencapai masa emas pada usia 0-5 tahun. Tahap usia ini yang menentukan kecerdasan seorang anak. Masa balita merupakan masa kritis dalam perkembangan seorang anak. Sering kali orangtua pada anak usia ini senantiasa hanya menikmati perilaku dan tingkah pola anak tanpa menanamkan suatu tonggak untuk kecerdasan anak. Dan orangtua hampir terlambat menyadari keterlambatan perkembangan anak.
Orangtua bingung, apa yang harus dilakukan dengan anak yang mempunyai masalah perkembangan. Bagaimana sebetulnya penanganan yang tepat untuk pola pengasuhan dan stimulasi kecerdasan yang efektif.
Melalui baca buku orangtua mendapat pengetahuan, melalui konsultasi orangtua mendapatkan informasi mengenai tingkat kecerdasan anak dan arahan apa yang harus dilakukan. Melalui kursus ataupun training mengenai parenting skill dan stimulasi kecerdasan anak, akan mendapat pengetahuan dan dilatih cara-cara untuk melakukannya.
Orangtua senantiasa memperoleh informasi, memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai perkembangan anak normal, masalah perkembangan anak dan lebih memahami tindakan yang akan dilakukan sebagai orangtua. Setiap orangtua menginginkan perkembangan anak yang optimal.
Jika cepat terdeteksi masalah perkembangan anak, sedapat mungkin segera ditindaklanjuti untuk memperkecil akibat buruk yang ditimbulkannya. Dalam kehidupan berkeluarga, anak adalah aset keluarga, apa yang orangtua berikan untuk anak dalam proses perkembangannya merupakan suatu investasi.
Bantuan dan Terapi yang dapat diberikan:
Aktifitas-aktifitas yang menyangkut tahapan bahasa dibawah:
1. Phonology (bahasa bunyi);
2. Semantics (kata), termasuk pengembangan kosa kata;
3. Morphology (perubahan pada kata),
4. Syatax (kalimat), termasuk tatabahasa;
5. Discourse (Pemakaian bahasa dalam konteks yang lebih luas),
6. Metalinguistics (Bagaimana cara bekerjanya suatu Bahasa) dan;
7. Pragmatics (Bahasa dalam konteks sosial).
GAGAP PADA ANAK
Gagap adalah suatu gangguan kelancaran berbicara, Anak usia 2 sampai 5 tahun sering mengulang-ulang kata-kata atau bahkan seluruh kalimat yang diucapkan kepadanya, Hal ini di anggap normal bila terjadi pada anak yang masih belajar berbicara.
Anak pada usia tersebut masih mempelajari cara berbicara. Mengembangkan kendali terhadap otot-otot bicaranya, mempelajari kata kata baru, menyusun kata-kata dalam suatu kalimat, dan mempelajari bagaimana cara bertanya serta mempelajari 'akibat' dari kata-kata yang mereka ucapkan. Oleh sebab itu pada umur seperti anak-anak mengalami gangguan dalam berbicara.
Apakah Penyebab GAGAP ?
Banyak orang tua yang merasa bahwa gagap disebabkan oleh cara mendidik anak atau pola asuhan orang tua yang salah. Tetapi menurut para ahli, gagap tidak disebabkan oleh perilaku orang tua.
Anak laki laki lebih banyak mengalami gagap dari pada anak perempuan dengan perbandingan tiga banding satu. Hal itu berkaitan dengan faktor faktor lingkungan, seperti stres
Tanda-Tanda Awal Gagap
Umumnya tanda tanda kegagapan terlihat pada usia 2 tahun atau pada saat anak mulai merangkai kata kata menjadi suatu kalimat. Sering kali orang tua merasa jengkel dengan kegagapan anak, tetapi hal ini merupakan hal yang umum ditemeui saat anak masih dalam tahap perkembangan berbicara. Kesabran merupakan sikap yang paling penting bagi orang tua kepada anak dalam tahap ini.
Bantuan Yang Diperlukan
Diperlukan bantuan bila :
- orang tua mulai merasa khawatir akan kelancaran berbicara anaknya
- anak terlalu sering mengulang kata-kata atau bahkan seluruh kalimat
- anak tampak sulit saat berbicara
- gangguan kelancaran berbicaranya semakin berat
- anak sering menghindari keadaan dimana ia harus berbicara
jika yang di atas suda muncul gejalanya sebaiknya orang tua menghubungi dokter atau ahli terapi bicara.
Yang Dapat Dilakukan Oleh Orang Tua
- jangan menyuruh anak untuk selalu berbicara dengan tata bahasa yang
benar, biarkan anak itu berbicara secara nyaman
- memanfaatkan waktu bersama untuk kelancaran berbicara sang anak
- izinkan anak untuk berhenti berbicara jika merasa tidak nyaman
- jangan menyuruh untuk mengulangi kata katanya
Anak pada usia tersebut masih mempelajari cara berbicara. Mengembangkan kendali terhadap otot-otot bicaranya, mempelajari kata kata baru, menyusun kata-kata dalam suatu kalimat, dan mempelajari bagaimana cara bertanya serta mempelajari 'akibat' dari kata-kata yang mereka ucapkan. Oleh sebab itu pada umur seperti anak-anak mengalami gangguan dalam berbicara.
Apakah Penyebab GAGAP ?
Banyak orang tua yang merasa bahwa gagap disebabkan oleh cara mendidik anak atau pola asuhan orang tua yang salah. Tetapi menurut para ahli, gagap tidak disebabkan oleh perilaku orang tua.
Anak laki laki lebih banyak mengalami gagap dari pada anak perempuan dengan perbandingan tiga banding satu. Hal itu berkaitan dengan faktor faktor lingkungan, seperti stres
Tanda-Tanda Awal Gagap
Umumnya tanda tanda kegagapan terlihat pada usia 2 tahun atau pada saat anak mulai merangkai kata kata menjadi suatu kalimat. Sering kali orang tua merasa jengkel dengan kegagapan anak, tetapi hal ini merupakan hal yang umum ditemeui saat anak masih dalam tahap perkembangan berbicara. Kesabran merupakan sikap yang paling penting bagi orang tua kepada anak dalam tahap ini.
Bantuan Yang Diperlukan
Diperlukan bantuan bila :
- orang tua mulai merasa khawatir akan kelancaran berbicara anaknya
- anak terlalu sering mengulang kata-kata atau bahkan seluruh kalimat
- anak tampak sulit saat berbicara
- gangguan kelancaran berbicaranya semakin berat
- anak sering menghindari keadaan dimana ia harus berbicara
jika yang di atas suda muncul gejalanya sebaiknya orang tua menghubungi dokter atau ahli terapi bicara.
Yang Dapat Dilakukan Oleh Orang Tua
- jangan menyuruh anak untuk selalu berbicara dengan tata bahasa yang
benar, biarkan anak itu berbicara secara nyaman
- memanfaatkan waktu bersama untuk kelancaran berbicara sang anak
- izinkan anak untuk berhenti berbicara jika merasa tidak nyaman
- jangan menyuruh untuk mengulangi kata katanya
GANGGUAN RESEPTIF
Keterlambatan Bicara Pada Anak, Normalkah?
Bahasa adalah bentuk aturan atau sistem lambang yang digunakan anak dalam berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungannya yang dilakukan untuk bertukar gagasan, pikiran dan emosi. Bahasa bisa diekspresikan melalui bicara mengacu pada simbol verbal. Selain itu bahasa dapat juga diekspresikan melalui tulisan, tanda gestural dan musik. Bahasa juga dapat mencakup aspek komunikasi nonverbal seperti gestikulasi, gestural atau pantomim. Gestikulasi adalah ekspresi gerakan tangan dan lengan untuk menekankan makna wicara. Pantomim adalah sebuah cara komunikasi yang mengubah komunikasi verbal dengan aksi yang mencakup beberapa gestural (ekspresi gerakan yang menggunakan setiap bagian tubuh) dengan makna yang berbeda beda.
Gangguan bicara dan bahasa adalah salah satu penyebab gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Keterlambatan bicara adalah keluhan utama yang sering dicemaskan dan dikeluhkan orang tua kepada dokter. Gangguan ini semakin hari tampak semakin meningkat pesat. Beberapa laporan menyebutkan angka kejadian gangguan bicara dan bahasa berkisar 5 - 10% pada anak sekolah.
Penyebab keterlambatan bicara sangat luas dan banyak, Gangguan tersebut ada yang ringan sampai yang berat, mulai dari yang bisa membaik hingga yang sulit untuk membaik. Keterlambatan bicara fungsional merupakan penyebab yang sering dialami oleh sebagian anak. Keterlambatan bicara golongan ini biasanya ringan dan hanya merupakan ketidakmatangan fungsi bicara pada anak. Pada usia tertentu terutama setelah usia 2 tahun akan membaik. Bila keterlambatan bicara tersebut bukan karena proses fungsional maka gangguan tersebut haruis lebih diwaspadai karena bukan sesuatu yang ringan.
Semakin dini mendeteksi keterlambatan bicara, maka semakin baik kemungkinan pemulihan gangguan tersebut. Bila keterlambatan bicara tersebut nonfungsional maka harus cepat dilakukan stimulasi dan intervensi dapat dilakukan pada anak tersebut. Deteksi dini keterlambatan bicara harus dilakukan oleh semua individu yang terlibat dalam penanganan anak ini. Kegiatan deteksi dini ini melibatkan orang tua, keluarga, dokter kandungan yang merawat sejak kehamilan dan dokter anak yang merawat anak tersebut. Sehingga dalam deteksi dini tersebut harus bisa mengenali apakah keterlambatan bicara anak kita merupakan sesuatu yang fungsional atau yang nonfungsional.
Proses Fisiologis Bicara
Menurut beberapa ahli komunikasi, bicara adalah kemampuan anak untuk berkomunikasi dengan bahasa oral (mulut) yang membutuhkan kombinasi yang serasi dari sistem neuromuskular untuk mengeluarkan fonasi dan artikulasi suara. Proses bicara melibatkan beberapa sistem dan fungsi tubuh, melibatkan sistem pernapasan, pusat khusus pengatur bicara di otak dalam korteks serebri, pusat respirasi di dalam batang otak dan struktur artikulasi, resonansi dari mulut serta rongga hidung.
Terdapat 2 hal proses terjadinya bicara, yaitu proses sensoris dan motoris. Aspek sensoris meliputi pendengaran, penglihatan, dan rasa raba berfungsi untuk memahami apa yang didengar, dilihat dan dirasa. Aspek motorik yaitu mengatur laring, alat-alat untuk artikulasi, tindakan artikulasi dan laring yang bertanggung jawab untuk pengeluaran suara.
Di dalam otak terdapat 3 pusat yang mengatur mekanisme berbahasa, dua pusat bersifat reseptif yang mengurus penangkapan bahasa lisan dan tulisan serta satu pusat lainnya bersifat ekspresif yang mengurus pelaksanaan bahsa lisan dan tulisan. Ketiganya berada di hemisfer dominan dari otak atau sistem susunan saraf pusat.
Kedua pusat bahasa reseptif tersebut adalah area 41 dan 42 disebut area wernick, merupakan pusat persepsi auditoro-leksik yaitu mengurus pengenalan dan pengertian segala sesuatu yang berkaitan dengan bahasa lisan (verbal). Area 39 broadman adalah pusat persepsi visuo-leksik yang mengurus pengenalan dan pengertian segala sesuatu yang bersangkutan dengan bahasa tulis. Sedangkan area Broca adalah pusat bahsa ekspresif. Ketiga pusat tersebut berhubungan satu sama lain melalui serabut asosiasi.
Saat mendengar pembicaraan maka getaran udara yang ditimbulkan akan masuk melalui lubang telinga luar kemudian menimbulkan getaran pada membrane timpani. Dari sini rangsangan diteruskan oleh ketiga tulang kecil dalam telinga tengah ke telinga bagian dalam. Di telinga bagian dalam terdapat reseptor sensoris untuk pendengaran yang disebut Coclea. Saat gelombang suara mencapai coclea maka impuls ini diteruskan oleh saraf VII ke area pendengaran primer di otak diteruskan ke area wernick. Kemudian jawaban diformulasikan dan disalurkan dalam bentuk artikulasi, diteruskan ke area motorik di otak yang mengontrol gerakan bicara. Selanjutnya proses bicara dihasilkan oleh getaran vibrasi dari pita suara yang dibantu oleh aliran udara dari paru-paru, sedangkan bunyi dibentuk oleh gerakan bibir, lidah dan palatum (langit-langit). Jadi untuk proses bicara diperlukan koordinasi sistem saraf motoris dan sensoris dimana organ pendengaran sangat penting.
Penyebab Keterlambatan Bicara
Penyebab gangguan bicara dan bahasa sangat banyak dan luas, semua gangguan mulai dari proses pendengaran, penerus impuls ke otak, otak, otot atau organ pembuat suara. Adapun beberapa penyebab gangguan atau keterlambatan bicara adalah gangguan pendengaran, kelainan organ bicara, retardasi mental, kelainan genetik atau kromosom, autis, mutism selektif, keterlambatan fungsional, afasia reseptif dan deprivasi lingkungan. Deprivasi lingkungan terdiri dari lingkungan sepi, status ekonomi sosial, tehnik pengajaran salah, sikap orangtua. Gangguan bicara pada anak dapat disebabkan karena kelainan organik yang mengganggu beberapa sistem tubuh seperti otak, pendengaran dan fungsi motorik lainnya.
Beberapa penelitian menunjukkan penyebab ganguan bicara adalah adanya gangguan hemisfer dominan. Penyimpangan ini biasanya merujuk ke otak kiri. Beberapa anak juga ditemukan penyimpangan belahan otak kanan, korpus kalosum dan lintasan pendengaran yang saling berhubungan. Hal lain dapat juga di sebabkan karena diluar organ tubuh seperti lingkungan yang kurang mendapatkan stimulasi yang cukup atau pemakaian 2 bahasa. Bila penyebabnya karena lingkungan biasanya keterlambatan yang terjadi tidak terlalu berat.
Terdapat 3 penyebab keterlambatan bicara terbanyak diantaranya adalah retardasi mental, gangguan pendengaran dan keterlambatan maturasi. Keterlambatan maturasi ini sering juga disebut keterlambatan bicara fungsional.
Keterlambatan Bicara Fungsional
Keterlambatan bicara fungsional merupakan penyebab yang cukup sering dialami oleh sebagian anak. Keterlambatan bicara fungsional sering juga diistilahkan keterlambatan maturasi atau keterlambatan perkembangan bahasa. Keterlambatan bicara golongan ini disebabkan karena keterlambatan maturitas (kematangan) dari proses saraf pusat yang dibutuhkan untuk memproduksi kemampuan bicara pada anak. Gangguan ini sering dialami oleh laki-laki dan sering tedapat riwayat keterlambatan bicara pada keluarga. Biasanya hal ini merupakan keterlambatan bicara yang ringan dan prognosisnya baik. Pada umumnya kemampuan bicara akan tampak membaik setelah memasuki usia 2 tahun. Terdapat penelitian yang melaporkan penderita keterlambatan ini kemampuan bicara saat masuk usia sekolah normal seperti anak lainnya.
Dalam keadaan ini biasanya fungsi reseptif sangat baik dan kemampuan pemecahan masalah visuo-motor anak dalam keadaan normal. Anak hanya mengalami gangguan perkembangan ringan dalam fungsi ekspresif: Ciri khas lain adalah anak tidak menunjukkan kelainan neurologis, gangguan pendengaran, gangguan kecerdasan dan gangguan psikologis lainnya.
Keterlambatan bicara fungsional pada anak sering dialami penderita yang mengalami gangguan alergi terutama dermatitis atopi dan saluran cerna. Gangguan saluran cerna adalah gejala berulang seperti meteorismus, flatus, muntah, konstipasi, diare atau berak darah. Lidah tampak timbal geographic tounge, drooling (sialore) atau halitosis. Seringkali disertai gangguan tidur malam, dengan ditandai sering gelisah, bolak, balik, mengigau, tertawa, menangis dalam tidur, malam terbangun, brushing dan sebagainya.
Cara Membedakan Berbagai Keterlambatan Bicara
Dalam membedakan keterlambatan bicara merupakan fungsional atau nonfungsional harus memahami manifestasi klinis beberapa penyebab keterlambatan bicara. Untuk memastikan status keterlambatan fungsional harus dengan cermat menyingkirkan gejala keterlambatan nonfungsional. Gejala umum keterlambatan bicara nonfungsional adalah adanya gangguan bahasa reseptif, gangguan kemampuan pemecahan masalah visuo-motor dan keterlambatan perkembangan,
Dicurigai keterlambatan bicara nonfungsional bila disertai kelainan neurologis bawaan atau didapat seperti wajah dismorfik, perawakan pendek, mikrosefali, makrosefali, tumor otak, kelumpuhan umum, infeksi otak, gangguan anatomis telinga, gangguan mata, cerebral palsi dan gangguan neurologis lainnya
Ciri lain keterlambatan bicara nonfungsional biasanya termasuk keterlambatan yang berat. Keterlambatan dikatakan berat bila bayi tidak mau tersenyum sosial sampai 10 minggu atau tidak mengeluarkan suara sebagai jawaban pada usia 3 bulan.Tanda lainnya tidak ada perhatian terhadap sekitar sampai usia 8 bulan, tidak bicara sampai usia 15 bulan atau tidak mengucapkan 3-4 kata sampai usia 20 bulan.
Tampilan klinis keterlambatan bicara yang sering dikaitkan dengan keterlambatan bicara nonfungsional
4 - 6 BULAN * Tidak menirukan suara yang dikeluarkan orang tuanya;
* Pada usia 6 bulan belum tertawa atau berceloteh
8 - 10 BULAN * Usia 8 bulan tidak mengeluarkan suara yang menarik perhatian;
* Usia 10 bulan, belum bereaksi ketika dipanggil namanya;
* 9-10 bln, tidak memperlihatkan emosi seperti tertawa atau menangis
12 - 15 BULAN * 12 bulan, belum menunjukkan mimik;
* 12 bulan, belum mampu mengeluarkan suara;
* 12 bulan, tidak menunjukkan usaha berkomunikasi bila membutuhkan sesuatu;
* 15 bulan, belum mampu memahami arti "tidak boleh" atau "daag";
* 15 bulan, tidak memperlihatkan 6 mimik yang berbeda;
* 15 bulan, belum dapat mengucapkan 1-3 kata;
18 - 24 BULAN * 18 bulan, belum dapat menucapkan 6-10 kata; tidak menunjukkan ke sesuatu yang menarik perhatian;
* 18-20 bulan, tidak dapat menatap mata orang lain dengan baik
* 21 bulan, belum dapat mengikuti perintah sederhana;
* 24 bulan, belum mampu merangkai 2 kata menjadi kalimat;
* 24 bulan, tidak memahami fungsi alat rumah tangga seperti sikat gigi dan telepon;
* 24 bulan, belum dapat meniru tingkah laku atau kata-kata orang lain;
* 24 bulan, tidak mampu meunjukkan anggota tubuhnya bila ditanya
30 - 36 BULAN * 30 bulan, tidak dapat dipahami oleh anggota keluarga;
* 36 bulan, tidak menggunakan kalimat sederhana, pertanyaan dan tidak dapat dipahami oleh orang lain selain anggota keluarga;
3 - 4 TAHUN * 3 tahun, tidak mengucapkan kalimat, tidak mengerti perintah verbal dan tidak memiliki minat bermain dengan sesamanya;
* 3,5 tahun, tidak dapat menyelesaikan kata seperti "ayah" diucapkan "aya";
* 4 tahun, masih gagap dan tidak dapat dimengerti secara lengkap.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keterlambatan bicara fungsional biasanya tidak memerlukan penanganan secara khusus. Keterlambatan bicara golongan ini biasanya akan membaik setelah usia 2 tahun. Meskipun penyebabnya bukan karena kurang stimulasi, tetapi keadaan ini memerlukan stimulasi yang lebih dibandingkan anak yang normal. Stimulasi yang lebih ini tidak harus melalui terapi bicara oleh seorang terapis yang memerlukan dana dan waktu yang tidak sedikit. Meskipun terapi bicara juga tidak merugikan bagi anak. Pada anak normal tanpa gangguan bicara dan bahasa juga perlu dilakukan stimulasi kemampuan bicara dan bahasa sejak lahir. Bahkan bisa juga dilakukan stimulasi sejak dalam kandungan. Dengan stimulasi lebih dini diharapkan kemampuan bicara dan bahsa pada anak lebih optimal, sehingga dapat meningkatkan kualitas komunikasinya.
Pada keterlambatan bicara nonfungsional harus dilakukan stimulasi dan intervensi sejak dini secara khusus oleh tenaga profesional sesuai penyebabnya. Semakin dini upaya tersebut dilakukan akan meningkatkan keberhasilan penanganan keterlambatan bicara tersebut. Gangguan keterlambatan nonfungsional perlu dilakukan pendekatan secara multi disiplin ilmu. Penanganan keterlambatan bicara dilakukan pendekatan medis sesuai dengan penyebab kelainan tersebut. Multi disiplin ilmu yang terlibat adalah dokter anak dengan minat tumbuh kembang anak, neurologi anak, gastroenterologi anak, alergi anak, psikolog anak, psikiater anak, rehabilitasi medik, serta klinisi atau praktisi lainnya yang berkaitan.
Bahasa adalah bentuk aturan atau sistem lambang yang digunakan anak dalam berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungannya yang dilakukan untuk bertukar gagasan, pikiran dan emosi. Bahasa bisa diekspresikan melalui bicara mengacu pada simbol verbal. Selain itu bahasa dapat juga diekspresikan melalui tulisan, tanda gestural dan musik. Bahasa juga dapat mencakup aspek komunikasi nonverbal seperti gestikulasi, gestural atau pantomim. Gestikulasi adalah ekspresi gerakan tangan dan lengan untuk menekankan makna wicara. Pantomim adalah sebuah cara komunikasi yang mengubah komunikasi verbal dengan aksi yang mencakup beberapa gestural (ekspresi gerakan yang menggunakan setiap bagian tubuh) dengan makna yang berbeda beda.
Gangguan bicara dan bahasa adalah salah satu penyebab gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Keterlambatan bicara adalah keluhan utama yang sering dicemaskan dan dikeluhkan orang tua kepada dokter. Gangguan ini semakin hari tampak semakin meningkat pesat. Beberapa laporan menyebutkan angka kejadian gangguan bicara dan bahasa berkisar 5 - 10% pada anak sekolah.
Penyebab keterlambatan bicara sangat luas dan banyak, Gangguan tersebut ada yang ringan sampai yang berat, mulai dari yang bisa membaik hingga yang sulit untuk membaik. Keterlambatan bicara fungsional merupakan penyebab yang sering dialami oleh sebagian anak. Keterlambatan bicara golongan ini biasanya ringan dan hanya merupakan ketidakmatangan fungsi bicara pada anak. Pada usia tertentu terutama setelah usia 2 tahun akan membaik. Bila keterlambatan bicara tersebut bukan karena proses fungsional maka gangguan tersebut haruis lebih diwaspadai karena bukan sesuatu yang ringan.
Semakin dini mendeteksi keterlambatan bicara, maka semakin baik kemungkinan pemulihan gangguan tersebut. Bila keterlambatan bicara tersebut nonfungsional maka harus cepat dilakukan stimulasi dan intervensi dapat dilakukan pada anak tersebut. Deteksi dini keterlambatan bicara harus dilakukan oleh semua individu yang terlibat dalam penanganan anak ini. Kegiatan deteksi dini ini melibatkan orang tua, keluarga, dokter kandungan yang merawat sejak kehamilan dan dokter anak yang merawat anak tersebut. Sehingga dalam deteksi dini tersebut harus bisa mengenali apakah keterlambatan bicara anak kita merupakan sesuatu yang fungsional atau yang nonfungsional.
Proses Fisiologis Bicara
Menurut beberapa ahli komunikasi, bicara adalah kemampuan anak untuk berkomunikasi dengan bahasa oral (mulut) yang membutuhkan kombinasi yang serasi dari sistem neuromuskular untuk mengeluarkan fonasi dan artikulasi suara. Proses bicara melibatkan beberapa sistem dan fungsi tubuh, melibatkan sistem pernapasan, pusat khusus pengatur bicara di otak dalam korteks serebri, pusat respirasi di dalam batang otak dan struktur artikulasi, resonansi dari mulut serta rongga hidung.
Terdapat 2 hal proses terjadinya bicara, yaitu proses sensoris dan motoris. Aspek sensoris meliputi pendengaran, penglihatan, dan rasa raba berfungsi untuk memahami apa yang didengar, dilihat dan dirasa. Aspek motorik yaitu mengatur laring, alat-alat untuk artikulasi, tindakan artikulasi dan laring yang bertanggung jawab untuk pengeluaran suara.
Di dalam otak terdapat 3 pusat yang mengatur mekanisme berbahasa, dua pusat bersifat reseptif yang mengurus penangkapan bahasa lisan dan tulisan serta satu pusat lainnya bersifat ekspresif yang mengurus pelaksanaan bahsa lisan dan tulisan. Ketiganya berada di hemisfer dominan dari otak atau sistem susunan saraf pusat.
Kedua pusat bahasa reseptif tersebut adalah area 41 dan 42 disebut area wernick, merupakan pusat persepsi auditoro-leksik yaitu mengurus pengenalan dan pengertian segala sesuatu yang berkaitan dengan bahasa lisan (verbal). Area 39 broadman adalah pusat persepsi visuo-leksik yang mengurus pengenalan dan pengertian segala sesuatu yang bersangkutan dengan bahasa tulis. Sedangkan area Broca adalah pusat bahsa ekspresif. Ketiga pusat tersebut berhubungan satu sama lain melalui serabut asosiasi.
Saat mendengar pembicaraan maka getaran udara yang ditimbulkan akan masuk melalui lubang telinga luar kemudian menimbulkan getaran pada membrane timpani. Dari sini rangsangan diteruskan oleh ketiga tulang kecil dalam telinga tengah ke telinga bagian dalam. Di telinga bagian dalam terdapat reseptor sensoris untuk pendengaran yang disebut Coclea. Saat gelombang suara mencapai coclea maka impuls ini diteruskan oleh saraf VII ke area pendengaran primer di otak diteruskan ke area wernick. Kemudian jawaban diformulasikan dan disalurkan dalam bentuk artikulasi, diteruskan ke area motorik di otak yang mengontrol gerakan bicara. Selanjutnya proses bicara dihasilkan oleh getaran vibrasi dari pita suara yang dibantu oleh aliran udara dari paru-paru, sedangkan bunyi dibentuk oleh gerakan bibir, lidah dan palatum (langit-langit). Jadi untuk proses bicara diperlukan koordinasi sistem saraf motoris dan sensoris dimana organ pendengaran sangat penting.
Penyebab Keterlambatan Bicara
Penyebab gangguan bicara dan bahasa sangat banyak dan luas, semua gangguan mulai dari proses pendengaran, penerus impuls ke otak, otak, otot atau organ pembuat suara. Adapun beberapa penyebab gangguan atau keterlambatan bicara adalah gangguan pendengaran, kelainan organ bicara, retardasi mental, kelainan genetik atau kromosom, autis, mutism selektif, keterlambatan fungsional, afasia reseptif dan deprivasi lingkungan. Deprivasi lingkungan terdiri dari lingkungan sepi, status ekonomi sosial, tehnik pengajaran salah, sikap orangtua. Gangguan bicara pada anak dapat disebabkan karena kelainan organik yang mengganggu beberapa sistem tubuh seperti otak, pendengaran dan fungsi motorik lainnya.
Beberapa penelitian menunjukkan penyebab ganguan bicara adalah adanya gangguan hemisfer dominan. Penyimpangan ini biasanya merujuk ke otak kiri. Beberapa anak juga ditemukan penyimpangan belahan otak kanan, korpus kalosum dan lintasan pendengaran yang saling berhubungan. Hal lain dapat juga di sebabkan karena diluar organ tubuh seperti lingkungan yang kurang mendapatkan stimulasi yang cukup atau pemakaian 2 bahasa. Bila penyebabnya karena lingkungan biasanya keterlambatan yang terjadi tidak terlalu berat.
Terdapat 3 penyebab keterlambatan bicara terbanyak diantaranya adalah retardasi mental, gangguan pendengaran dan keterlambatan maturasi. Keterlambatan maturasi ini sering juga disebut keterlambatan bicara fungsional.
Keterlambatan Bicara Fungsional
Keterlambatan bicara fungsional merupakan penyebab yang cukup sering dialami oleh sebagian anak. Keterlambatan bicara fungsional sering juga diistilahkan keterlambatan maturasi atau keterlambatan perkembangan bahasa. Keterlambatan bicara golongan ini disebabkan karena keterlambatan maturitas (kematangan) dari proses saraf pusat yang dibutuhkan untuk memproduksi kemampuan bicara pada anak. Gangguan ini sering dialami oleh laki-laki dan sering tedapat riwayat keterlambatan bicara pada keluarga. Biasanya hal ini merupakan keterlambatan bicara yang ringan dan prognosisnya baik. Pada umumnya kemampuan bicara akan tampak membaik setelah memasuki usia 2 tahun. Terdapat penelitian yang melaporkan penderita keterlambatan ini kemampuan bicara saat masuk usia sekolah normal seperti anak lainnya.
Dalam keadaan ini biasanya fungsi reseptif sangat baik dan kemampuan pemecahan masalah visuo-motor anak dalam keadaan normal. Anak hanya mengalami gangguan perkembangan ringan dalam fungsi ekspresif: Ciri khas lain adalah anak tidak menunjukkan kelainan neurologis, gangguan pendengaran, gangguan kecerdasan dan gangguan psikologis lainnya.
Keterlambatan bicara fungsional pada anak sering dialami penderita yang mengalami gangguan alergi terutama dermatitis atopi dan saluran cerna. Gangguan saluran cerna adalah gejala berulang seperti meteorismus, flatus, muntah, konstipasi, diare atau berak darah. Lidah tampak timbal geographic tounge, drooling (sialore) atau halitosis. Seringkali disertai gangguan tidur malam, dengan ditandai sering gelisah, bolak, balik, mengigau, tertawa, menangis dalam tidur, malam terbangun, brushing dan sebagainya.
Cara Membedakan Berbagai Keterlambatan Bicara
Dalam membedakan keterlambatan bicara merupakan fungsional atau nonfungsional harus memahami manifestasi klinis beberapa penyebab keterlambatan bicara. Untuk memastikan status keterlambatan fungsional harus dengan cermat menyingkirkan gejala keterlambatan nonfungsional. Gejala umum keterlambatan bicara nonfungsional adalah adanya gangguan bahasa reseptif, gangguan kemampuan pemecahan masalah visuo-motor dan keterlambatan perkembangan,
Dicurigai keterlambatan bicara nonfungsional bila disertai kelainan neurologis bawaan atau didapat seperti wajah dismorfik, perawakan pendek, mikrosefali, makrosefali, tumor otak, kelumpuhan umum, infeksi otak, gangguan anatomis telinga, gangguan mata, cerebral palsi dan gangguan neurologis lainnya
Ciri lain keterlambatan bicara nonfungsional biasanya termasuk keterlambatan yang berat. Keterlambatan dikatakan berat bila bayi tidak mau tersenyum sosial sampai 10 minggu atau tidak mengeluarkan suara sebagai jawaban pada usia 3 bulan.Tanda lainnya tidak ada perhatian terhadap sekitar sampai usia 8 bulan, tidak bicara sampai usia 15 bulan atau tidak mengucapkan 3-4 kata sampai usia 20 bulan.
Tampilan klinis keterlambatan bicara yang sering dikaitkan dengan keterlambatan bicara nonfungsional
4 - 6 BULAN * Tidak menirukan suara yang dikeluarkan orang tuanya;
* Pada usia 6 bulan belum tertawa atau berceloteh
8 - 10 BULAN * Usia 8 bulan tidak mengeluarkan suara yang menarik perhatian;
* Usia 10 bulan, belum bereaksi ketika dipanggil namanya;
* 9-10 bln, tidak memperlihatkan emosi seperti tertawa atau menangis
12 - 15 BULAN * 12 bulan, belum menunjukkan mimik;
* 12 bulan, belum mampu mengeluarkan suara;
* 12 bulan, tidak menunjukkan usaha berkomunikasi bila membutuhkan sesuatu;
* 15 bulan, belum mampu memahami arti "tidak boleh" atau "daag";
* 15 bulan, tidak memperlihatkan 6 mimik yang berbeda;
* 15 bulan, belum dapat mengucapkan 1-3 kata;
18 - 24 BULAN * 18 bulan, belum dapat menucapkan 6-10 kata; tidak menunjukkan ke sesuatu yang menarik perhatian;
* 18-20 bulan, tidak dapat menatap mata orang lain dengan baik
* 21 bulan, belum dapat mengikuti perintah sederhana;
* 24 bulan, belum mampu merangkai 2 kata menjadi kalimat;
* 24 bulan, tidak memahami fungsi alat rumah tangga seperti sikat gigi dan telepon;
* 24 bulan, belum dapat meniru tingkah laku atau kata-kata orang lain;
* 24 bulan, tidak mampu meunjukkan anggota tubuhnya bila ditanya
30 - 36 BULAN * 30 bulan, tidak dapat dipahami oleh anggota keluarga;
* 36 bulan, tidak menggunakan kalimat sederhana, pertanyaan dan tidak dapat dipahami oleh orang lain selain anggota keluarga;
3 - 4 TAHUN * 3 tahun, tidak mengucapkan kalimat, tidak mengerti perintah verbal dan tidak memiliki minat bermain dengan sesamanya;
* 3,5 tahun, tidak dapat menyelesaikan kata seperti "ayah" diucapkan "aya";
* 4 tahun, masih gagap dan tidak dapat dimengerti secara lengkap.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keterlambatan bicara fungsional biasanya tidak memerlukan penanganan secara khusus. Keterlambatan bicara golongan ini biasanya akan membaik setelah usia 2 tahun. Meskipun penyebabnya bukan karena kurang stimulasi, tetapi keadaan ini memerlukan stimulasi yang lebih dibandingkan anak yang normal. Stimulasi yang lebih ini tidak harus melalui terapi bicara oleh seorang terapis yang memerlukan dana dan waktu yang tidak sedikit. Meskipun terapi bicara juga tidak merugikan bagi anak. Pada anak normal tanpa gangguan bicara dan bahasa juga perlu dilakukan stimulasi kemampuan bicara dan bahasa sejak lahir. Bahkan bisa juga dilakukan stimulasi sejak dalam kandungan. Dengan stimulasi lebih dini diharapkan kemampuan bicara dan bahsa pada anak lebih optimal, sehingga dapat meningkatkan kualitas komunikasinya.
Pada keterlambatan bicara nonfungsional harus dilakukan stimulasi dan intervensi sejak dini secara khusus oleh tenaga profesional sesuai penyebabnya. Semakin dini upaya tersebut dilakukan akan meningkatkan keberhasilan penanganan keterlambatan bicara tersebut. Gangguan keterlambatan nonfungsional perlu dilakukan pendekatan secara multi disiplin ilmu. Penanganan keterlambatan bicara dilakukan pendekatan medis sesuai dengan penyebab kelainan tersebut. Multi disiplin ilmu yang terlibat adalah dokter anak dengan minat tumbuh kembang anak, neurologi anak, gastroenterologi anak, alergi anak, psikolog anak, psikiater anak, rehabilitasi medik, serta klinisi atau praktisi lainnya yang berkaitan.
Gangguan Artikulasi (Fonologi) Pada Anak
Anak-anak yang bicaranya tak jelas atau sukar ditangkap dalam istilah psikologi / psikiatri disebut mengalami gangguan artikulasi atau fonologi. Namun gangguan ini wajar berlaku kerana tergolong gangguan perkembangan. Dengan bertambah umur, diharapkan gangguan ini boleh diatasi.
Kendati begitu, gangguan ini ada yang ringan dan berat. Yang ringan, saat usia 3 tahun si kecil belum bisa menyebut bunyi L, R, atau S. Hingga, kata kereta disebut mobing atau lari dibilang lali. "Biasanya gangguan ini akan hilang dengan bertambah usia anak atau apabila kita melatihnya dengan membiasakan menggunakan bahasa yang baik dan benar," jelas Drs. Mayke S. Tedjasaputra. Hanya saja, untuk anak yang tergolong "pemberontak" atau negativistiknya kuat, umumnya enggan dikoreksi. Sebaiknya kita tak memaksa meski tetap memberitahu yang betul dengan mengulang kata yang dia ucapkan. Misal, "Ma, yuk, kita lali-lali!", Akan timpali, "Oh, maksud Adik, lari-lari."
Yang tergolong berat, anak menghilangkan huruf tertentu atau menggantikan huruf dan suku kata. Misal, kedai jadi toto atau stesen jadi tatun. "Sebutan semacam ini, kan, jadi sulit ditangkap orang lain," ujar pengajar di Fakulti Psikologi UI dan perunding psikologi di LPT UI ini.
PENYEBAB
Gangguan fonologi boleh kerana faktor usia yang menyebabkan alat bicara atau otot-otot yang digunakan untuk bercakap (speech motor) belum lengkap atau belum berkembang sempurna; daripada susunan gigi geligi, bentuk rahang, hingga lidah yang mungkin masih kaku. Beberapa kes gangguan ini malah berkaitan dengan keterbelakangan mental. Anak yang kecerdasannya tak begitu baik, perkembangan bicaranya umumnya juga akan terganggu. Bila gangguan neurologi yang jadi penyebab, berarti ada fungsi susunan saraf yang mengalami gangguan. Sebab lain, gangguan pendengaran. Bila anak tak dapat mendengar dengan jelas, automatik perkembangan bicaranya terganggu. Tak kalah penting, faktor persekitaran, terutama bila anak tidak / kurang dilatih bercakap secara benar.
TERAPI BICARA
Bila penyebabnya kurang latihan atau stimulasi, akan lebih mudah dan relatif lebih cepat penyembuhannya asal mendapat penanganan yang baik. Namun bila kerana gangguan neurologi, perlu dikonsultasikan ke ahli neurologi. Sementara jika berkaitan dengan keterbelakangan mental, biasanya relatif lebih sukar kerana bergantung tahap keterbelakangan mentalnya. "Kalau masuk kategori terbelakang sedang, sebutan kata-kata anak biasanya juga sukar ditangkap. Akan tetapi dengan pemberian terapi bicara, sebutannya boleh agak jelas, meski ada juga beberapa yang masih sukar dicerna oleh orang yang mendengarkannya," jelas mayke.
Yang jelas, jika gangguannya masuk dalam taraf sukar, dianjurkan membawa anak berunding. Kriteria sukar: bila sudah mengganggu komunikasi atau kenalan dengan orang lain, bahkan orang serumah pun tak mengerti apa yang dimaksudnya. Bila sudah ber "sekolah", gangguan ini boleh menjejaskan prestasi. Misal, harus bernyanyi di depan kelas, tapi karena belum fasih membuatnya tak berani tampil. Jikapun berani, sebutannya yang tak jelas akan memancing teman-teman mengejek.
Diperlukan bantuan ahli terapi bicara untuk mengatasinya. Biasanya terapis akan menelaah kembali apakah si kecil mengalami gangguan speech motor. Gangguan speech motor ada yang bisa dilatih seperti halnya meniup lilin. Tak jarang perlu pula bantuan ahli THT untuk membetulkan adanya gangguan pada organ-organ yang berkaitan dengan bicara yang berada di daerah mulut. Mungkin ada anak yang lidahnya tak terbentuk dengan baik, sehingga terlalu pendek dan mempengaruhi kemampuan bicaranya. Cacat bawaan seperti sumbing juga boleh berpengaruh pada cara bicaranya, tapi gangguan ini boleh diatasi dengan operasi dan terapi bicara.
BAWA BERUNDING
Anak yang mengalami gangguan fonologi kriteria sedang hingga berat, biasanya terlambat pula perkembangan bicaranya. Misal, baru bisa bicara di usia 3 tahun, atau usia 2,5 tahun baru boleh menyebut Mama / Papa. Kemungkinan lain, meski sudah 2 tahun tapi kemampuan bicaranya masih tahap bubbling alias tanpa arti, seperti "ma ... mapa ... pa". Namun Bahasa resetif atau penerimaannya cukup baik, sehingga bila ia disuruh atau diajak bicara akan mengerti.
Yang seperti ini pun, saran mayke, sebaiknya dibawa berunding kerana bila dibiarkan berterusan, kemungkinan anak akan mengalami gangguan fonologi lebih parah. Itu sebab, bila sejak usia 10 bulan atau setahun, anak mula boleh menyebut "Mama / Papa", tapi selepas 2 dua tahun tak bertambah, kita harus curiga dan cepat minta bantuan ahli. Terlebih bila kita sudah cukup banyak memberi stimulasi atau rangsangan. Bisa dengan membawanya ke psikolog / psikiater lebih dulu untuk mengetahui apakah ia mengalami gangguan fonologi kerana keterbelakangan mental, gangguan neurologi, atau sebab lain.
Bila masalahnya menyangkut gangguan yang tak bisa dikendalikan psikolog, sebaiknya anak dirujuk kepada ahli lain, seperti neurolog atau ahli terapi bicara. Para ahli terapi bicara boleh ditemui di pelbagai institusi yang melakukan terapi untuk anak autis atau anak yang mengalami gangguan perhatian. Mereka biasanya juga menangani anak yang mengalami gangguan bicara. Sedangkan lama pengendalian bergantung beberapa perkara. Seperti berat-ringan gangguan, usaha / kesediaan orang tua untuk mengantar anaknya terapi secara teratur dan melatihnya di rumah, serta kerjasama dari anak. Jadi, saran mayke, kita jangan segan-segan menanyakan pada terapis apa yang perlu dilakukan di rumah untuk menangani anak. Harusnya terapis-terapis pun cukup terbuka untuk memberi cadangan atau masukkan seperti itu.
Keahlian terapis juga mempengaruhi tenggang waktu yang diperlukan untuk menangani gangguan anak. Begitu juga penguasaan / pendalaman terhadap masing-masing bentuk gangguan, tingkat kesulitan, dan cara pengendalian yang tepat untuk setiap gangguan tadi. Selain, terapis juga harus boleh membina hubungan baik dengan anak, sehingga anak merasa senang mengikuti program tersebut.
Sumber : http://www.nusantaraku.org
Kendati begitu, gangguan ini ada yang ringan dan berat. Yang ringan, saat usia 3 tahun si kecil belum bisa menyebut bunyi L, R, atau S. Hingga, kata kereta disebut mobing atau lari dibilang lali. "Biasanya gangguan ini akan hilang dengan bertambah usia anak atau apabila kita melatihnya dengan membiasakan menggunakan bahasa yang baik dan benar," jelas Drs. Mayke S. Tedjasaputra. Hanya saja, untuk anak yang tergolong "pemberontak" atau negativistiknya kuat, umumnya enggan dikoreksi. Sebaiknya kita tak memaksa meski tetap memberitahu yang betul dengan mengulang kata yang dia ucapkan. Misal, "Ma, yuk, kita lali-lali!", Akan timpali, "Oh, maksud Adik, lari-lari."
Yang tergolong berat, anak menghilangkan huruf tertentu atau menggantikan huruf dan suku kata. Misal, kedai jadi toto atau stesen jadi tatun. "Sebutan semacam ini, kan, jadi sulit ditangkap orang lain," ujar pengajar di Fakulti Psikologi UI dan perunding psikologi di LPT UI ini.
PENYEBAB
Gangguan fonologi boleh kerana faktor usia yang menyebabkan alat bicara atau otot-otot yang digunakan untuk bercakap (speech motor) belum lengkap atau belum berkembang sempurna; daripada susunan gigi geligi, bentuk rahang, hingga lidah yang mungkin masih kaku. Beberapa kes gangguan ini malah berkaitan dengan keterbelakangan mental. Anak yang kecerdasannya tak begitu baik, perkembangan bicaranya umumnya juga akan terganggu. Bila gangguan neurologi yang jadi penyebab, berarti ada fungsi susunan saraf yang mengalami gangguan. Sebab lain, gangguan pendengaran. Bila anak tak dapat mendengar dengan jelas, automatik perkembangan bicaranya terganggu. Tak kalah penting, faktor persekitaran, terutama bila anak tidak / kurang dilatih bercakap secara benar.
TERAPI BICARA
Bila penyebabnya kurang latihan atau stimulasi, akan lebih mudah dan relatif lebih cepat penyembuhannya asal mendapat penanganan yang baik. Namun bila kerana gangguan neurologi, perlu dikonsultasikan ke ahli neurologi. Sementara jika berkaitan dengan keterbelakangan mental, biasanya relatif lebih sukar kerana bergantung tahap keterbelakangan mentalnya. "Kalau masuk kategori terbelakang sedang, sebutan kata-kata anak biasanya juga sukar ditangkap. Akan tetapi dengan pemberian terapi bicara, sebutannya boleh agak jelas, meski ada juga beberapa yang masih sukar dicerna oleh orang yang mendengarkannya," jelas mayke.
Yang jelas, jika gangguannya masuk dalam taraf sukar, dianjurkan membawa anak berunding. Kriteria sukar: bila sudah mengganggu komunikasi atau kenalan dengan orang lain, bahkan orang serumah pun tak mengerti apa yang dimaksudnya. Bila sudah ber "sekolah", gangguan ini boleh menjejaskan prestasi. Misal, harus bernyanyi di depan kelas, tapi karena belum fasih membuatnya tak berani tampil. Jikapun berani, sebutannya yang tak jelas akan memancing teman-teman mengejek.
Diperlukan bantuan ahli terapi bicara untuk mengatasinya. Biasanya terapis akan menelaah kembali apakah si kecil mengalami gangguan speech motor. Gangguan speech motor ada yang bisa dilatih seperti halnya meniup lilin. Tak jarang perlu pula bantuan ahli THT untuk membetulkan adanya gangguan pada organ-organ yang berkaitan dengan bicara yang berada di daerah mulut. Mungkin ada anak yang lidahnya tak terbentuk dengan baik, sehingga terlalu pendek dan mempengaruhi kemampuan bicaranya. Cacat bawaan seperti sumbing juga boleh berpengaruh pada cara bicaranya, tapi gangguan ini boleh diatasi dengan operasi dan terapi bicara.
BAWA BERUNDING
Anak yang mengalami gangguan fonologi kriteria sedang hingga berat, biasanya terlambat pula perkembangan bicaranya. Misal, baru bisa bicara di usia 3 tahun, atau usia 2,5 tahun baru boleh menyebut Mama / Papa. Kemungkinan lain, meski sudah 2 tahun tapi kemampuan bicaranya masih tahap bubbling alias tanpa arti, seperti "ma ... mapa ... pa". Namun Bahasa resetif atau penerimaannya cukup baik, sehingga bila ia disuruh atau diajak bicara akan mengerti.
Yang seperti ini pun, saran mayke, sebaiknya dibawa berunding kerana bila dibiarkan berterusan, kemungkinan anak akan mengalami gangguan fonologi lebih parah. Itu sebab, bila sejak usia 10 bulan atau setahun, anak mula boleh menyebut "Mama / Papa", tapi selepas 2 dua tahun tak bertambah, kita harus curiga dan cepat minta bantuan ahli. Terlebih bila kita sudah cukup banyak memberi stimulasi atau rangsangan. Bisa dengan membawanya ke psikolog / psikiater lebih dulu untuk mengetahui apakah ia mengalami gangguan fonologi kerana keterbelakangan mental, gangguan neurologi, atau sebab lain.
Bila masalahnya menyangkut gangguan yang tak bisa dikendalikan psikolog, sebaiknya anak dirujuk kepada ahli lain, seperti neurolog atau ahli terapi bicara. Para ahli terapi bicara boleh ditemui di pelbagai institusi yang melakukan terapi untuk anak autis atau anak yang mengalami gangguan perhatian. Mereka biasanya juga menangani anak yang mengalami gangguan bicara. Sedangkan lama pengendalian bergantung beberapa perkara. Seperti berat-ringan gangguan, usaha / kesediaan orang tua untuk mengantar anaknya terapi secara teratur dan melatihnya di rumah, serta kerjasama dari anak. Jadi, saran mayke, kita jangan segan-segan menanyakan pada terapis apa yang perlu dilakukan di rumah untuk menangani anak. Harusnya terapis-terapis pun cukup terbuka untuk memberi cadangan atau masukkan seperti itu.
Keahlian terapis juga mempengaruhi tenggang waktu yang diperlukan untuk menangani gangguan anak. Begitu juga penguasaan / pendalaman terhadap masing-masing bentuk gangguan, tingkat kesulitan, dan cara pengendalian yang tepat untuk setiap gangguan tadi. Selain, terapis juga harus boleh membina hubungan baik dengan anak, sehingga anak merasa senang mengikuti program tersebut.
Sumber : http://www.nusantaraku.org
ENURESIS PADA ANAK
Kelainan Pada Anak Dapat Diketahui Dari Kebiasaan Ngompol
MENGATASI kebiasaan mengompol pada anak bukanlah hal yang mudah. Diperlukan kerja sama antara orangtua, anak, dan dokter. Selain itu, perlu kebijaksanaan, kesabaran, dan pengertian orangtua.
Begitu banyak keluhan dari para orangtua yang mengkhawatirkan dengan kebiasaan mengompol anak mereka. Apalagi, anak tetap mengompol setelah melewati usia 6–7 tahun. Tentunya akan menjadi suatu pertanyaan besar bagi orangtua.
Sebenarnya apa itu mengompol? Dan mengapa hal itu terjadi dan bagaimana melatih mereka agar tidak lagi mengompol?
Apa itu Enuresis?
Mengompol istilah kedokterannya adalah enuresis, yaitu mengeluarkan air seni secara tidak sadar saat tidur pada usia yang seharusnya sudah dapat mengendalikan keinginan buang air kecil. Terkadang definisi mengompol juga digunakan untuk menyebut anak yang gagal mengontrol pengeluaran urine saat mereka dalam keadaan terjaga.
Sebenarnya, pada remaja dan orangtua mengompol juga sering terjadi. Namun bagi anak, mengompol sering merupakan hal yang sangat memalukan. Sedangkan bagi orangtua, hal ini dapat merupakan pengalaman yang menjengkelkan.
Lebih dari 50 juta anak-anak di seluruh dunia berusia 5–15 tahun masih mengompol. Satu dari empat anak tetap mengompol saat usia mereka 3,5 tahun. Sedangkan pada usia lima tahun, satu dari lima anak masih ngompol di tempat tidur dan pada usia enam tahun turun menjadi satu dari 10 anak. Biasanya enuresis akan berhenti ketika anak mencapai usia pubertas. Anak laki-laki lebih banyak yang mengompol dibanding anak perempuan.
“Ini merupakan masalah tersembunyi masa kanak-kanak karena orang cenderung untuk tidak berbicara tentang hal itu di luar rumah, sehingga sebagian besar anak-anak berpikir mereka satu-satunya yang dengan masalah,” kata dokter anak dari Washington DC, Amerika Serikat dan penulis buku ”Waking Up Dry” dr Howard Bennett.
Jenis-Jenis Mengompol
Bennett menyebutkan jenis mengompol dibagi dua. Mengompol primer yakni mengompol sejak bayi dan mengompol sekunder yakni kembali mengompol setelah anak tidak pernah mengompol lagi selama minimal enam bulan. Penyebab mengompol primer disebabkan adanya keterlambatan proses pematangan sistem saraf pada anak, di mana adanya ketidakmampuan otak untuk menangkap sinyal yang dikirimkan kandung kemih, gangguan hormonal, kelainan anatomi.
Misalnya kandung kemih yang kecil dan tidur yang sangat dalam sehingga anak tidak terbangun pada saat kandung kemih sudah penuh. Sedangkan penyebab dari mengompol sekunder bisa karena infeksi saluran kemih, gangguan metabolisme (kencing manis usia dini), gangguan saraf tulang belakang, tekanan yang berlebihan pada kandung kencing, terutama disebabkan gangguan pengeluaran kotoran sehingga akumulasi kotoran pada usus besar akan menekan kandung kencing.
Bahkan, keadaan stres juga dapat memicu terjadinya mengompol sekunder. Memang dahulu kebiasaan mengompol dianggap sebagai masalah psikologis. Namun, sekarang diketahui bahwa faktor biologis memegang peranan lebih besar. Dapat dipastikan juga, hal tersebut menurun dalam keluarga.
Lebih dari 75 persen anak-anak yang mempunyai orangtua dengan masalah mengompol, juga akan mempunyai masalah yang sama.
Mengompol dapat juga merupakan gejala dari suatu penyakit serius seperti kencing manis atau infeksi saluran kemih, terutama bila terjadi pada anak yang sebelumnya tidak pernah mengompol. Mengompol bukanlah merupakan kesalahan anak. Sayangnya, beberapa orangtua masih berpikir bahwa mengompol berasal dari kurangnya disiplin, dan dapat disembuhkan dengan hukuman.
Hal ini, terang Bennett, sangat jauh dari kebenaran. Penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 25 persen orangtua menghukum seorang anak atau menunjukkan ketidaksetujuan yang signifikan saat anak mengompol karena mereka pikir itu kesalahan anak.
Cara Mengatasi Enuresis
Yang harus dilakukan orangtua jika anak mengompol adalah bersikaplah sewajarnya, jangan menunjukkan rasa jengkel, marah, atau bahkan panik.
Bicarakan baik-baik dengan si anak. Ada banyak kasus di mana anak berhenti mengompol setelah diajak bicara dari hati-hati. Beri dukungan kepada anak, ini adalah tindakan terpenting.
Jangan sekali-kali mempermalukan anak atau membandingkan dengan anak lain, malah bila si anak berhasil tidak mengompol berilah dia hadiah dan pujian tentang keberhasilannya di hadapan banyak orang, agar dia semakin termotivasi.
Minta anak Anda mengganti seprei serta pakaian tidurnya pada malam hari, bila anak tersebut sudah bisa melakukannya. Atau letakkan sebuah alas karet yang berlapiskan kain di dekat tempat tidur, sehingga anak dapat menutupi seprei yang dibasahinya. Lalu, pasanglah jam alarm yang akan berbunyi 2–3 jam setelah anak tertidur, jadi dia dapat terbangun untuk pergi ke kamar mandi.
Selain itu, pastikan anak Anda buang air kecil sebelum ke tempat tidur. Doronglah anak untuk mengikuti instruksi dari seorang dokter, seperti latihan pelemasan kandung kemih atau latihan menahan keluarnya air seni atau latihan modifikasi perilaku. Kalau perlu, belilah sebuah alarm antimengompol yang cocok untuk anak berusia lima tahun ke atas.
Alarm ini memiliki sensor kelembapan yang dikenakan langsung pada pakaian dalam. Pada tetes cairan pertama, sebuah bel akan mendengung, membangunkan si anak. Secara berangsur- angsur anak belajar untuk bangun ketika mereka merasa ingin buang air kecil.
Yang perlu juga diperhatikan oleh orangtua adalah, mengompol ini bisa sembuh sendiri. Seorang anak pengompol membutuhkan kesabaran, semangat, ketelatenan, dan keyakinan dari orangtua bahwa masalah tersebut hanya sementara. Biasanya antara usia 7–12 tahun sering terjadi kesembuhan, dan sedikit saja anak yang terus mengalaminya sampai remaja.
Satu hal menarik, pemberian air susu ibu (ASI) dapat mencegah mengompol yang berkelanjutan pada anak. Sebuah studi yang diterbitkan Journal of the American Academy of Pediatrics menyatakan bahwa bayi yang tidak minum ASI lebih cenderung mengompol dibanding bayi yang diberi ASI.
Penelitian dari Robert Wood Johnson Medical School, New Jersey, Amerika Serikat menyatakan selain kaya akan gizi yang penting bagi pertumbuhan bayi, ASI juga mengandung asam lemak yang bisa memperbaiki dan mempercepat pertumbuhan otak, sementara mengompol itu sendiri terjadi karena terhambatnya pertumbuhan syaraf otak (delayed neurodevelopment).
Dari hasil studi yang dilakukan pada 55 anak usia 5–13 tahun yang masih mengompol dan 117 mereka yang tak pernah mengompol, menunjukkan persentase mengompol pada anak yang mengonsumsi susu formula sekitar 81 persen, sementara mereka yang secara rutin mendapat ASI hanya 45 persen.
Namun, yang paling mengagumkan dalam studi ini adalah bayi yang mengonsumsi baik susu formula maupun susu ibu justru mengalami hasil yang sama dengan bayi yang hanya mendapat susu formula tanpa ASI. Selain mencegah mengompol, ASI diketahui juga manjur untuk menurunkan risiko diare, infeksi pernapasan, infeksi telinga, dan infeksi lain yang terjadi pada bayi.
Sumber : www.suaramedia.com
MENGATASI kebiasaan mengompol pada anak bukanlah hal yang mudah. Diperlukan kerja sama antara orangtua, anak, dan dokter. Selain itu, perlu kebijaksanaan, kesabaran, dan pengertian orangtua.
Begitu banyak keluhan dari para orangtua yang mengkhawatirkan dengan kebiasaan mengompol anak mereka. Apalagi, anak tetap mengompol setelah melewati usia 6–7 tahun. Tentunya akan menjadi suatu pertanyaan besar bagi orangtua.
Sebenarnya apa itu mengompol? Dan mengapa hal itu terjadi dan bagaimana melatih mereka agar tidak lagi mengompol?
Apa itu Enuresis?
Mengompol istilah kedokterannya adalah enuresis, yaitu mengeluarkan air seni secara tidak sadar saat tidur pada usia yang seharusnya sudah dapat mengendalikan keinginan buang air kecil. Terkadang definisi mengompol juga digunakan untuk menyebut anak yang gagal mengontrol pengeluaran urine saat mereka dalam keadaan terjaga.
Sebenarnya, pada remaja dan orangtua mengompol juga sering terjadi. Namun bagi anak, mengompol sering merupakan hal yang sangat memalukan. Sedangkan bagi orangtua, hal ini dapat merupakan pengalaman yang menjengkelkan.
Lebih dari 50 juta anak-anak di seluruh dunia berusia 5–15 tahun masih mengompol. Satu dari empat anak tetap mengompol saat usia mereka 3,5 tahun. Sedangkan pada usia lima tahun, satu dari lima anak masih ngompol di tempat tidur dan pada usia enam tahun turun menjadi satu dari 10 anak. Biasanya enuresis akan berhenti ketika anak mencapai usia pubertas. Anak laki-laki lebih banyak yang mengompol dibanding anak perempuan.
“Ini merupakan masalah tersembunyi masa kanak-kanak karena orang cenderung untuk tidak berbicara tentang hal itu di luar rumah, sehingga sebagian besar anak-anak berpikir mereka satu-satunya yang dengan masalah,” kata dokter anak dari Washington DC, Amerika Serikat dan penulis buku ”Waking Up Dry” dr Howard Bennett.
Jenis-Jenis Mengompol
Bennett menyebutkan jenis mengompol dibagi dua. Mengompol primer yakni mengompol sejak bayi dan mengompol sekunder yakni kembali mengompol setelah anak tidak pernah mengompol lagi selama minimal enam bulan. Penyebab mengompol primer disebabkan adanya keterlambatan proses pematangan sistem saraf pada anak, di mana adanya ketidakmampuan otak untuk menangkap sinyal yang dikirimkan kandung kemih, gangguan hormonal, kelainan anatomi.
Misalnya kandung kemih yang kecil dan tidur yang sangat dalam sehingga anak tidak terbangun pada saat kandung kemih sudah penuh. Sedangkan penyebab dari mengompol sekunder bisa karena infeksi saluran kemih, gangguan metabolisme (kencing manis usia dini), gangguan saraf tulang belakang, tekanan yang berlebihan pada kandung kencing, terutama disebabkan gangguan pengeluaran kotoran sehingga akumulasi kotoran pada usus besar akan menekan kandung kencing.
Bahkan, keadaan stres juga dapat memicu terjadinya mengompol sekunder. Memang dahulu kebiasaan mengompol dianggap sebagai masalah psikologis. Namun, sekarang diketahui bahwa faktor biologis memegang peranan lebih besar. Dapat dipastikan juga, hal tersebut menurun dalam keluarga.
Lebih dari 75 persen anak-anak yang mempunyai orangtua dengan masalah mengompol, juga akan mempunyai masalah yang sama.
Mengompol dapat juga merupakan gejala dari suatu penyakit serius seperti kencing manis atau infeksi saluran kemih, terutama bila terjadi pada anak yang sebelumnya tidak pernah mengompol. Mengompol bukanlah merupakan kesalahan anak. Sayangnya, beberapa orangtua masih berpikir bahwa mengompol berasal dari kurangnya disiplin, dan dapat disembuhkan dengan hukuman.
Hal ini, terang Bennett, sangat jauh dari kebenaran. Penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 25 persen orangtua menghukum seorang anak atau menunjukkan ketidaksetujuan yang signifikan saat anak mengompol karena mereka pikir itu kesalahan anak.
Cara Mengatasi Enuresis
Yang harus dilakukan orangtua jika anak mengompol adalah bersikaplah sewajarnya, jangan menunjukkan rasa jengkel, marah, atau bahkan panik.
Bicarakan baik-baik dengan si anak. Ada banyak kasus di mana anak berhenti mengompol setelah diajak bicara dari hati-hati. Beri dukungan kepada anak, ini adalah tindakan terpenting.
Jangan sekali-kali mempermalukan anak atau membandingkan dengan anak lain, malah bila si anak berhasil tidak mengompol berilah dia hadiah dan pujian tentang keberhasilannya di hadapan banyak orang, agar dia semakin termotivasi.
Minta anak Anda mengganti seprei serta pakaian tidurnya pada malam hari, bila anak tersebut sudah bisa melakukannya. Atau letakkan sebuah alas karet yang berlapiskan kain di dekat tempat tidur, sehingga anak dapat menutupi seprei yang dibasahinya. Lalu, pasanglah jam alarm yang akan berbunyi 2–3 jam setelah anak tertidur, jadi dia dapat terbangun untuk pergi ke kamar mandi.
Selain itu, pastikan anak Anda buang air kecil sebelum ke tempat tidur. Doronglah anak untuk mengikuti instruksi dari seorang dokter, seperti latihan pelemasan kandung kemih atau latihan menahan keluarnya air seni atau latihan modifikasi perilaku. Kalau perlu, belilah sebuah alarm antimengompol yang cocok untuk anak berusia lima tahun ke atas.
Alarm ini memiliki sensor kelembapan yang dikenakan langsung pada pakaian dalam. Pada tetes cairan pertama, sebuah bel akan mendengung, membangunkan si anak. Secara berangsur- angsur anak belajar untuk bangun ketika mereka merasa ingin buang air kecil.
Yang perlu juga diperhatikan oleh orangtua adalah, mengompol ini bisa sembuh sendiri. Seorang anak pengompol membutuhkan kesabaran, semangat, ketelatenan, dan keyakinan dari orangtua bahwa masalah tersebut hanya sementara. Biasanya antara usia 7–12 tahun sering terjadi kesembuhan, dan sedikit saja anak yang terus mengalaminya sampai remaja.
Satu hal menarik, pemberian air susu ibu (ASI) dapat mencegah mengompol yang berkelanjutan pada anak. Sebuah studi yang diterbitkan Journal of the American Academy of Pediatrics menyatakan bahwa bayi yang tidak minum ASI lebih cenderung mengompol dibanding bayi yang diberi ASI.
Penelitian dari Robert Wood Johnson Medical School, New Jersey, Amerika Serikat menyatakan selain kaya akan gizi yang penting bagi pertumbuhan bayi, ASI juga mengandung asam lemak yang bisa memperbaiki dan mempercepat pertumbuhan otak, sementara mengompol itu sendiri terjadi karena terhambatnya pertumbuhan syaraf otak (delayed neurodevelopment).
Dari hasil studi yang dilakukan pada 55 anak usia 5–13 tahun yang masih mengompol dan 117 mereka yang tak pernah mengompol, menunjukkan persentase mengompol pada anak yang mengonsumsi susu formula sekitar 81 persen, sementara mereka yang secara rutin mendapat ASI hanya 45 persen.
Namun, yang paling mengagumkan dalam studi ini adalah bayi yang mengonsumsi baik susu formula maupun susu ibu justru mengalami hasil yang sama dengan bayi yang hanya mendapat susu formula tanpa ASI. Selain mencegah mengompol, ASI diketahui juga manjur untuk menurunkan risiko diare, infeksi pernapasan, infeksi telinga, dan infeksi lain yang terjadi pada bayi.
Sumber : www.suaramedia.com
JIKA ANAK MENGALAMI FOBIA SEKOLAH
Fobia karena sekolah adalah sebuah bentuk kecemasan yang tinggi terhadap sekolah. Gejala ini bisa tiba-tiba saja terjadi dirasakan oleh anak-anak, baik itu di waktu akan berangkat ke sekolah ataupun selepas liburan sekolah. Jenis Fobia ini sewaktu-waktu dapat dialami oleh anak-anak sampai usia mereka 14-15 tahun disaat dirinya menghadapi suatu lingkungan baru atau mendapatkan pengalaman yang buruk akan tempatnya bersekolah .
JENIS - JENIS FOBIA SEKOLAH
Terdapat bermacam-macam jenis fobia sekolah. Umumnya para ahli menyimpulkan bahwa terdapat empat jenis fobia sekolah yang ditandai dengan penolakan masuk sekolah mulai dari yang ringan sampai dengan yang berat.
1. Fobia sekolah tahap awal atau initial school refusal behavior. Ini adalah perilaku menolak masuk sekolah yang tiba-tiba dan berlangsung kurang dari satu minggu. Penanganan yang cepat dari orang tua dapat segera menyembuhkan ketakutannya.
2. Fobia sekolah yang lebih besar atau substantial school refusal behavior. Ini adalah perilaku menolak sekolah yang telah berlangsung lebih dari satu minggu. Untuk menyembuhkan ketakutannya, orang tua perlu bekerja lebih keras lagi dengan melibatkan guru kelas, konselor anak atau guru BP di sekolah tersebut. Kalau pada tahap ini ketakutan anak tidak diselesaikan, dikhawatirkan akan meningkat ke tahap berikutnya, yaitu tahap akut.
3. Fobia sekolah tahap akut atau biasa disebut dengan istilah acute school refusal behavior. Ini adalah perilaku penolakan yang sudah berlangsung lebih lama lagi, yaitu dua minggu hingga satu tahun. Untuk menyembuhkannya, mungkin dibutuhkan beberapa kali terapi dan mungkin sudah membutuhkan bantuan seorang psikolog atau psikiater.
4. Tingkat fobia yang paling berat adalah chronic school refusal behavior. Ini adalah perilaku menolak pergi ke sekolah yang sudah lebih dari setahun.
TANDA-TANDA FOBIA SEKOLAH
Berikut ini adalah tanda-tanda yang dialami anak-anak yang fobia sekolah :
1. Menolak berangkat ke sekolah.
2. Bersedia datang ke sekolah, tetapi tidak lama kemudian ingin pulang.
3. Pergi ke sekolah sambil menangis, menempel terus dengan orang tua atau pengasuhnya, atau menunjukkan sikap rewel seperti menjerit-jerit di kelas, agresif dan kasar terhadap anak lainnya atau pun menunjukkan sikap-sikap melawan gurunya.
4. Menunjukkan ekspresi wajah sedemikian rupa untuk meminta belas kasih agar diijinkan pulang – dan ini berlangsung selama periode tertentu.
5. Tidak masuk sekolah selama beberapa hari.
6. Keluhan fisik sering dijadikan alasan seperti sakit perut, sakit kepala, pusing, mual, muntah-muntah, gemetaran, keringatan, atau keluhan lainnya. Mereka berharap dengan alasan sakit, maka ia diperbolehkan tinggal di rumah.
7. Keluhan lainnya di luar keluhan fisik dengan tujuan tidak usah berangkat ke sekolah.
FAKTOR PENYEBAB
Dibawah ini ada beberapa penyebab Fobia sekolah yang biasa dilalami oleh anak-anak menurut para ahli :
1. Separation Anxiety Penyebabnya antara lain karena anak mengalami separation anxiety, yang pada umumnya dialami anak usia balita (18-24 bulan). Bagi mereka, sekolah berarti pergi dari rumah untuk jangka waktu cukup lama. Mereka tak hanya akan merasa rindu terhadap ayah ibu atau pun mainannya, tetapi juga cemas menghadapi tantangan. Pemicu lainnya anak mengalami pengalaman negatif di sekolah dan tekanan di dalam rumah, seperti ayah ibu sering bertengkar sehingga menganggu konsentrasi belajar.
2. Pengalaman Negatif di Sekolah atau Lingkungan
Kemungkinan anak-anak malas masuk ke sekolah karena dirinya kesal, takut dan malu setelah dicemooh dan diejek teman-temanya di sekolah. Juga bisa saja karena persepsinya akan guru yang galak, hal tersebutlah yang membuat anak-anak mogok sekolah.
Atau, ada hal lain, seperti mobil jemputan yang tidak nyaman karena ngebut, perjalanan yang panjang dan melelahkan, takut pergi sendiri ke sekolah, takut sekolah setelah mendengar cerita seram di sekolah, takut menyeberang jalan, takut bertemu seseorang yang “menyeramkan” di perjalanan, takut diperas oleh kawanan anak nakal, atau takut melewati jalan yang sepi. Para ahli mengatakan, bahwa masalah-masalah tersebut sudah dapat menimbulkan stress dan kecemasan yang membuat anak menjadi bad mood, tegang, resah, dan mulai merengek tidak mau sekolah.
Tidak semua anak bisa menceritakan ketakutannya itu karena mereka sendiri terkadang masih sulit memahami, mengekspresikan dan memformulasikan perasaannya. Belum lagi jika mereka takut dimarahi orang tua karena dianggap alasannya itu mengada-ada dan tidak masuk akal. Akhirnya yang tampak adalah mogok sekolah, agresif, pemurung, kehilangan nafsu makan, keluhan-keluhan fisik, dan tanda-tanda lain.
3. Problem Dalam Keluarga
Hal lain bisa disebabkan oleh problem yang sedang dialami oleh orangtua dan keluarga secara keseluruhan. Misalnya, anak sering mendengar dan bahkan melihat pertengkaran yang terjadi antara orang tuanya, hal ini menimbulkan tekanan emosional yang mengganggu konsentrasi belajar. Anak merasa ikut bertanggung jawab atas kesedihan yang dialami orang tuanya, dan ingin melindungi, entah mamanya – atau papanya. Sakitnya salah seorang anggota keluarga, entah orangtua atau kakak/adik, juga dapat membuat anak enggan pergi ke sekolah. Anak takut jika terjadi sesuatu dengan keluarganya yang sakit ketika ia tidak ada di rumah.
MENGATASI FOBIA SEKOLAH
Persoalan fobia sekolah atau mogok sekolah seharusnya tidak menjadi masalah yang serius, kecuali ada masalah kesehatan serius. Namun jika dibiarkan berlarut-larut dapat benar-benar menjadi masalah serius. Semua tergantung pada penanganan yang dilakukan oleh orangtua. Makin lama anak dibiarkan tidak masuk sekolah dan tidak mendapat penanganan apapun, makin lama problem itu akan selesai. Namun, makin cepat ditangani, problem biasanya akan berangsur-angsur pulih dalam waktu sekitar 1 atau 2 minggu.
• Tetap menekankan pentingnya sekolah dengan mengharuskannya tetap bersekolah setiap hari. Ketakutan yang dia alami akan bisa diatasi dengan menghadapinya secara langsung. Makin lama diijinkan tidak masuk sekolah, akan makin sulit mengembalikannya lagi ke sekolah, bahkan keluhannya akan makin isering dan meningkat. Selain itu, anak akan makin ketinggalan pelajaran, serta makin sulit menyesuaikan diri dengan teman-temannya.
• Berusaha tegas dan konsisten saat bereaksi terhadap keluhan, rengekan, atau pun rajukan anak yang tidak mau sekolah. Jika ketika bangun pagi anak segar bugar, aktif dan sarapan pagi dengan baik, namun saat mau berangkat sekolah, tiba-tiba mogok sebaiknya orangtua tidak melayani sikap negosiasi anak dan tetap mengantarnya ke sekolah. Hindari sikap menjanjikan hadiah jika anak mau berangkat ke sekolah, karena hal ini akan menjadi pola kebiasaan yang tidak baik. Anak tidak akan mempunyai kesadaran sendiri kenapa dirinya harus sekolah dan terbiasa memanipulasi orangtua dan lingkungannya. Anak jadi tahu bagaimana taktik atau strategi yang jitu dalam mengupayakan agar keinginannya terlaksana.
• Konsultasikan masalah kesehatan anak pada dokter. Jika orangtua tidak yakin akan kesehatan anak, bawalah segera ke dokter untuk mendapatkan kepastian tentang ada tidaknya problem kesehatan anak. Jadi, ketika anak mengeluhkan sesuatu pada tubuhnya, orangtua dapat membawanya ke dokter yang buka praktek di pagi hari agar setelah itu anak tetap dapat kembali ke sekolah.
• Bekerjasama dengan guru kelas atau asisten lain di sekolah.Orangtua bisa minta bantuan pihak guru atau asisten untuk menenangkan anak dengan cara-cara seperti membawanya ke perpustakaan, mengajak anak beristirahat sejenak di tempat yang tenang, atau pada anak yang lebih besar, guru dapat mendiskusikan masalah yang sedang memberati anak.
• Luangkan waktu untuk berdiskusi/berbicara dengan anak apa yang membuat anak takut, cemas atau enggan pergi ke sekolah.
• Lepaskan anak secara bertahap. Orangtua perlu memberikan kesempatan pada anak menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Pada beberapa sekolah, orangtua atau pengasuh diperbolehkan berada di dalam kelas hingga 1 - 2 minggu atau sampai batas waktu yang telah ditentukan pihak sekolah. Lepaskan anak secara bertahap, misalnya pada hari-hari pertama, orangtua berada di dalam kelas dan lama kelamaan bergeser sedikit-demi sedikit di luar kelas namun masih dalam jangkauan penglihatan anak.
• Konsultasikan pada psikolog/konselor jika masalah terjadi berlarut-larut. Jika fobia sekolahnya dalam jangka waktu yang panjang, hal ini menandakan adanya problem psikologis yang perlu ditangani secara proporsional oleh ahlinya.
Sumber : http://www.ayahbunda.co.id
JENIS - JENIS FOBIA SEKOLAH
Terdapat bermacam-macam jenis fobia sekolah. Umumnya para ahli menyimpulkan bahwa terdapat empat jenis fobia sekolah yang ditandai dengan penolakan masuk sekolah mulai dari yang ringan sampai dengan yang berat.
1. Fobia sekolah tahap awal atau initial school refusal behavior. Ini adalah perilaku menolak masuk sekolah yang tiba-tiba dan berlangsung kurang dari satu minggu. Penanganan yang cepat dari orang tua dapat segera menyembuhkan ketakutannya.
2. Fobia sekolah yang lebih besar atau substantial school refusal behavior. Ini adalah perilaku menolak sekolah yang telah berlangsung lebih dari satu minggu. Untuk menyembuhkan ketakutannya, orang tua perlu bekerja lebih keras lagi dengan melibatkan guru kelas, konselor anak atau guru BP di sekolah tersebut. Kalau pada tahap ini ketakutan anak tidak diselesaikan, dikhawatirkan akan meningkat ke tahap berikutnya, yaitu tahap akut.
3. Fobia sekolah tahap akut atau biasa disebut dengan istilah acute school refusal behavior. Ini adalah perilaku penolakan yang sudah berlangsung lebih lama lagi, yaitu dua minggu hingga satu tahun. Untuk menyembuhkannya, mungkin dibutuhkan beberapa kali terapi dan mungkin sudah membutuhkan bantuan seorang psikolog atau psikiater.
4. Tingkat fobia yang paling berat adalah chronic school refusal behavior. Ini adalah perilaku menolak pergi ke sekolah yang sudah lebih dari setahun.
TANDA-TANDA FOBIA SEKOLAH
Berikut ini adalah tanda-tanda yang dialami anak-anak yang fobia sekolah :
1. Menolak berangkat ke sekolah.
2. Bersedia datang ke sekolah, tetapi tidak lama kemudian ingin pulang.
3. Pergi ke sekolah sambil menangis, menempel terus dengan orang tua atau pengasuhnya, atau menunjukkan sikap rewel seperti menjerit-jerit di kelas, agresif dan kasar terhadap anak lainnya atau pun menunjukkan sikap-sikap melawan gurunya.
4. Menunjukkan ekspresi wajah sedemikian rupa untuk meminta belas kasih agar diijinkan pulang – dan ini berlangsung selama periode tertentu.
5. Tidak masuk sekolah selama beberapa hari.
6. Keluhan fisik sering dijadikan alasan seperti sakit perut, sakit kepala, pusing, mual, muntah-muntah, gemetaran, keringatan, atau keluhan lainnya. Mereka berharap dengan alasan sakit, maka ia diperbolehkan tinggal di rumah.
7. Keluhan lainnya di luar keluhan fisik dengan tujuan tidak usah berangkat ke sekolah.
FAKTOR PENYEBAB
Dibawah ini ada beberapa penyebab Fobia sekolah yang biasa dilalami oleh anak-anak menurut para ahli :
1. Separation Anxiety Penyebabnya antara lain karena anak mengalami separation anxiety, yang pada umumnya dialami anak usia balita (18-24 bulan). Bagi mereka, sekolah berarti pergi dari rumah untuk jangka waktu cukup lama. Mereka tak hanya akan merasa rindu terhadap ayah ibu atau pun mainannya, tetapi juga cemas menghadapi tantangan. Pemicu lainnya anak mengalami pengalaman negatif di sekolah dan tekanan di dalam rumah, seperti ayah ibu sering bertengkar sehingga menganggu konsentrasi belajar.
2. Pengalaman Negatif di Sekolah atau Lingkungan
Kemungkinan anak-anak malas masuk ke sekolah karena dirinya kesal, takut dan malu setelah dicemooh dan diejek teman-temanya di sekolah. Juga bisa saja karena persepsinya akan guru yang galak, hal tersebutlah yang membuat anak-anak mogok sekolah.
Atau, ada hal lain, seperti mobil jemputan yang tidak nyaman karena ngebut, perjalanan yang panjang dan melelahkan, takut pergi sendiri ke sekolah, takut sekolah setelah mendengar cerita seram di sekolah, takut menyeberang jalan, takut bertemu seseorang yang “menyeramkan” di perjalanan, takut diperas oleh kawanan anak nakal, atau takut melewati jalan yang sepi. Para ahli mengatakan, bahwa masalah-masalah tersebut sudah dapat menimbulkan stress dan kecemasan yang membuat anak menjadi bad mood, tegang, resah, dan mulai merengek tidak mau sekolah.
Tidak semua anak bisa menceritakan ketakutannya itu karena mereka sendiri terkadang masih sulit memahami, mengekspresikan dan memformulasikan perasaannya. Belum lagi jika mereka takut dimarahi orang tua karena dianggap alasannya itu mengada-ada dan tidak masuk akal. Akhirnya yang tampak adalah mogok sekolah, agresif, pemurung, kehilangan nafsu makan, keluhan-keluhan fisik, dan tanda-tanda lain.
3. Problem Dalam Keluarga
Hal lain bisa disebabkan oleh problem yang sedang dialami oleh orangtua dan keluarga secara keseluruhan. Misalnya, anak sering mendengar dan bahkan melihat pertengkaran yang terjadi antara orang tuanya, hal ini menimbulkan tekanan emosional yang mengganggu konsentrasi belajar. Anak merasa ikut bertanggung jawab atas kesedihan yang dialami orang tuanya, dan ingin melindungi, entah mamanya – atau papanya. Sakitnya salah seorang anggota keluarga, entah orangtua atau kakak/adik, juga dapat membuat anak enggan pergi ke sekolah. Anak takut jika terjadi sesuatu dengan keluarganya yang sakit ketika ia tidak ada di rumah.
MENGATASI FOBIA SEKOLAH
Persoalan fobia sekolah atau mogok sekolah seharusnya tidak menjadi masalah yang serius, kecuali ada masalah kesehatan serius. Namun jika dibiarkan berlarut-larut dapat benar-benar menjadi masalah serius. Semua tergantung pada penanganan yang dilakukan oleh orangtua. Makin lama anak dibiarkan tidak masuk sekolah dan tidak mendapat penanganan apapun, makin lama problem itu akan selesai. Namun, makin cepat ditangani, problem biasanya akan berangsur-angsur pulih dalam waktu sekitar 1 atau 2 minggu.
• Tetap menekankan pentingnya sekolah dengan mengharuskannya tetap bersekolah setiap hari. Ketakutan yang dia alami akan bisa diatasi dengan menghadapinya secara langsung. Makin lama diijinkan tidak masuk sekolah, akan makin sulit mengembalikannya lagi ke sekolah, bahkan keluhannya akan makin isering dan meningkat. Selain itu, anak akan makin ketinggalan pelajaran, serta makin sulit menyesuaikan diri dengan teman-temannya.
• Berusaha tegas dan konsisten saat bereaksi terhadap keluhan, rengekan, atau pun rajukan anak yang tidak mau sekolah. Jika ketika bangun pagi anak segar bugar, aktif dan sarapan pagi dengan baik, namun saat mau berangkat sekolah, tiba-tiba mogok sebaiknya orangtua tidak melayani sikap negosiasi anak dan tetap mengantarnya ke sekolah. Hindari sikap menjanjikan hadiah jika anak mau berangkat ke sekolah, karena hal ini akan menjadi pola kebiasaan yang tidak baik. Anak tidak akan mempunyai kesadaran sendiri kenapa dirinya harus sekolah dan terbiasa memanipulasi orangtua dan lingkungannya. Anak jadi tahu bagaimana taktik atau strategi yang jitu dalam mengupayakan agar keinginannya terlaksana.
• Konsultasikan masalah kesehatan anak pada dokter. Jika orangtua tidak yakin akan kesehatan anak, bawalah segera ke dokter untuk mendapatkan kepastian tentang ada tidaknya problem kesehatan anak. Jadi, ketika anak mengeluhkan sesuatu pada tubuhnya, orangtua dapat membawanya ke dokter yang buka praktek di pagi hari agar setelah itu anak tetap dapat kembali ke sekolah.
• Bekerjasama dengan guru kelas atau asisten lain di sekolah.Orangtua bisa minta bantuan pihak guru atau asisten untuk menenangkan anak dengan cara-cara seperti membawanya ke perpustakaan, mengajak anak beristirahat sejenak di tempat yang tenang, atau pada anak yang lebih besar, guru dapat mendiskusikan masalah yang sedang memberati anak.
• Luangkan waktu untuk berdiskusi/berbicara dengan anak apa yang membuat anak takut, cemas atau enggan pergi ke sekolah.
• Lepaskan anak secara bertahap. Orangtua perlu memberikan kesempatan pada anak menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Pada beberapa sekolah, orangtua atau pengasuh diperbolehkan berada di dalam kelas hingga 1 - 2 minggu atau sampai batas waktu yang telah ditentukan pihak sekolah. Lepaskan anak secara bertahap, misalnya pada hari-hari pertama, orangtua berada di dalam kelas dan lama kelamaan bergeser sedikit-demi sedikit di luar kelas namun masih dalam jangkauan penglihatan anak.
• Konsultasikan pada psikolog/konselor jika masalah terjadi berlarut-larut. Jika fobia sekolahnya dalam jangka waktu yang panjang, hal ini menandakan adanya problem psikologis yang perlu ditangani secara proporsional oleh ahlinya.
Sumber : http://www.ayahbunda.co.id
Senin, 10 Mei 2010
MENGENAL GANGGUAN BELAJAR
GANGGUAN BELAJAR
• Definisi
Proses belajar anak usia Sekolah Dasar merupakan kondisi yang sangat penting sebagai landasan pendidikan anak. Namun demikian, kondisi belajar tersebut terkadang mengalami gangguan yang tentu saja dapat mempengaruhi proses belajar anak. Gangguan belajar terutama pada anak Sekolah Dasar merupakan suatu gejala, yang bisa menjadi bagian dari suatu gangguan tertentu, namun dapat pula sebagai kondisi tersendiri.
Gangguan belajar meliputi kemampuan untuk memperoleh, menyimpan, atau menggunakan keahlian khusus atau informasi secara luas, dihasilkan dari kekurangan perhatian, ingatan, atau pertimbangan dan mempengaruhi performa akademi.
Gangguan belajar sangat berbeda dari keterlambatan mental dan terjadi dengan normal atau bahkan fungsi intelektual tinggi. Gangguan belajar hanya mempengaruhi fungsi tertentu, sedangkan pada anak dengan keterlambatan mental, kesulitan mempengaruhi fungsi kognitif secara luas. Terdapat tiga jenis gangguan belajar : gangguan membaca, gangguan menuliskan ekspresi, dan gangguan matematik. Dengan demikian, seorang anak dengan gangguan belajar bisa mengalami kesulitan memahami dan mempelajari matematika yang signifikan, tetapi tidak memiliki kesulitan untuk membaca, menulis, dan melakukan dengan baik pada subjek yang lain. Diseleksia adalah gangguan belajar yang paling dikenal. Gangguan belajar tidak termasuk masalah belajar yang disebabkan terutama masalah penglihatan, pendengaran, koordinasi, atau gangguan emosional.
• Deteksi Dini Gangguan Belajar Pada Anak
Gangguan belajar pada anak penting untuk dideteksi sejak dini. Hal ini karena gangguan belajar dapat mempengaruhi perasaan dan perilaku anak. Perilaku anak dengan gangguan belajar dapat diamati saat di kelas. Anak biasanya tidak dapat duduk tenang di tempatnya, lambat menyelesaikan tugas atau bahkan tidak mau mengerjakan tugas yang diberikan. Hal ini sebetulnya merupakan bentuk penghindaran dari mengerjakan tugas yang dirasanya sulit.
Perkembangan anak sejak kecil juga bisa merupakan pertanda kemungkinan terjadinya gangguan belajar pada usia sekolah dasar. Anak dengan keterlambatan bicara (belum bisa mengucapkan kalimat sederhana di usia 2 tahun), bisa merupakan faktor prediksi terjadinya gangguan belajar. Gangguan koordinasi motorik, terutama pada usia menjelang taman kanak-kanak, juga bisa menjadi faktor prediksi terjadinya gangguan belajar.
Jika orang tua atau guru melihat tanda-tanda adanya gangguan belajar pada anak, perlu segera dikonsultasikan kepada dokter. Pertama kali dilakukan pemeriksaan ada atau tidaknya gangguan pada penglihatan dan pendengaran. Karena seringkali gangguan pada penglihatan dan pendengaran juga dapat mengganggu kemampuan belajar anak. Pemeriksaan psikologis seperti tingkat kecerdasan (tes IQ), juga perlu dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya tingkat kecerdasan yang kurang, seperti pada retardasi mental. Selain itu, diperiksa juga kemungkinan adanya gangguan jiwa lain seperti autisme, gangguan pemusatan perhatian dan perilaku, atau gangguan kecemasan.
Sumber : http://www.kabarindonesia.com
DISGRAFIA (GANGGUAN MENULIS)
Kelainan neurologis ini menghambat kemampuan menulis yang meliputi hambatan secara fisik, seperti tidak dapat memegang pensil dengan mantap ataupun tulisan tangannya buruk. Anak dengan gangguan disgrafia sebetulnya mengalami kesulitan dalam mengharmonisasikan ingatan dengan penguasaan gerak ototnya secara otomatis saat menulis huruf dan angka.
Kesulitan dalam menulis biasanya menjadi problem utama dalam rangkaian gangguan belajar, terutama pada anak yang berada di tingkat SD. Kesulitan dalam menulis seringkali juga disalahpersepsikan sebagai kebodohan oleh orang tua dan guru. Akibatnya, anak yang bersangkutan frustrasi karena pada dasarnya ia ingin sekali mengekspresikan dan mentransfer pikiran dan pengetahuan yang sudah didapat ke dalam bentuk tulisan. Hanya saja ia memiliki hambatan.
Sebagai langkah awal dalam menghadapinya, orang tua harus paham bahwa disgrafia bukan disebabkan tingkat intelegensi yang rendah, kemalasan, asal-asalan menulis, dan tidak mau belajar. Gangguan ini juga bukan akibat kurangnya perhatian orang tua dan guru terhadap si anak, ataupun keterlambatan proses visual motoriknya.
• CIRI-CIRI
Ada beberapa ciri khusus anak dengan gangguan ini. Di antaranya adalah:
1. Terdapat ketidakkonsistenan bentuk huruf dalam tulisannya.
2. Saat menulis, penggunaan huruf besar dan huruf kecil masih tercampur.
3. Ukuran dan bentuk huruf dalam tulisannya tidak proporsional.
4. Anak tampak harus berusaha keras saat mengkomunikasikan suatu ide, pengetahuan, atau pemahamannya lewat tulisan.
5. Sulit memegang bolpoin maupun pensil dengan mantap. Caranya memegang alat tulis seringkali terlalu dekat bahkan hampir menempel dengan kertas.
6. Berbicara pada diri sendiri ketika sedang menulis, atau malah terlalu memperhatikan tangan yang dipakai untuk menulis.
7. Cara menulis tidak konsisten, tidak mengikuti alur garis yang tepat dan proporsional.
8. Tetap mengalami kesulitan meskipun hanya diminta menyalin contoh tulisan yang sudah ada.
• MEMBANTU ANAK DISGRAFIA
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua untuk membantu anak dengan gangguan ini. Di antaranya:
1. Pahami keadaan anak
Sebaiknya pihak orang tua, guru, atau pendamping memahami kesulitan dan keterbatasan yang dimiliki anak disgrafia. Berusahalah untuk tidak membandingkan anak seperti itu dengan anak-anak lainnya. Sikap itu hanya akan membuat kedua belah pihak, baik orang tua/guru maupun anak merasa frustrasi dan stres. Jika memungkinkan, berikan tugas-tugas menulis yang singkat saja. Atau bisa juga orang tua
meminta kebijakan dari pihak sekolah untuk memberikan tes kepada anak dengan gangguan ini secara lisan, bukan tulisan.
2. Menyajikan tulisan cetak
Berikan kesempatan dan kemungkinan kepada anak disgrafia untuk belajar menuangkan ide dan konsepnya dengan menggunakan komputer atau mesin tik. Ajari dia untuk menggunakan alat-alat agar dapat mengatasi hambatannya. Dengan menggunakan komputer, anak bisa memanfaatkan sarana korektor ejaan agar ia mengetahui kesalahannya.
3. Membangun rasa percaya diri anak
Berikan pujian wajar pada setiap usaha yang dilakukan anak. Jangan sekali-kali menyepelekan atau melecehkan karena hal itu akan membuatnya merasa rendah diri dan frustrasi. Kesabaran orang tua dan guru akan membuat anak tenang dan sabar terhadap dirinya dan terhadap usaha yang sedang dilakukannya.
4. Latih anak untuk terus menulis
Libatkan anak secara bertahap, pilih strategi yang sesuai dengan tingkat kesulitannya untuk mengerjakan tugas menulis. Berikan tugas yang menarik dan memang diminatinya, seperti menulis surat untuk teman, menulis pada selembar kartu pos, menulis pesan untuk orang tua, dan sebagainya. Hal ini akan meningkatkan kemampuan menulis anak disgrafia dan membantunya menuangkan konsep abstrak tentang huruf dan kata dalam bentuk tulisan konkret.
Sumber : http://www.tabloid-nakita.com
DISLEKSIA (GANGGUAN MEMBACA)
• DEFINISI
Disleksia adalah gangguan membaca tertentu meliputi kesulitan memisahkan kata-kata tunggal dari kelompok kata dan bagian dari kata (phonemes) dalam setiap kata.
Disleksia adalah jenis tertentu dari gangguan belajar yang mempengaruhi diperkirakan 3 sampai 5 % anak-anak. Teridentifikasi lebih pada anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan : bagaimanapun, bisa dengan mudah tidak dikenali lebih sering pada anak perempuan. Disleksia cenderung menurun dalam keluarga.
• PENYEBAB
Disleksia terjadi ketika otak kesulitan membuat hubungan antara suara dan symbol (hurup). Kesulitan ini disebabkan oleh masalah kurang mengerti dengan hubungan otak tertentu. Masalah itu ada sejak lahir dan bisa menyebabkan mengeja dan menulis salah dan mengurangi kecepatan dan ketepatan ketika membaca dengan suara keras. Orang dengan diseleksia tidak memiliki masalah memahami bahasa yang dibicarakan.
• GEJALA
Anak belum sekolah dengan disleksia bisa jadi terlambat bicara, memiliki masalah artikulasi berbicara, dan mempunyai kesulitan mengingat nama-nama huruf, angka, dan warna. Anak disleksia sering kesulitan memadukan suara, irama kata, mengenali letak suara pada kata, segmenting kata-kata ke dalam bunyi, dan mengenali bunyi huruf pada kata. Keterlambatan atau keragu-raguan dalam memilih kata-kata. Membuat kata pengganti, menamai angka dan gambar adalah indikasi awal disleksia. Masalah dengan daya ingat jangka pendek untuk suara dan untuk meletakkan suara pada perintah yang tepat sering terjadi.
Banyak anak dengan disleksia bingung dengan hurup dan kata yang serupa. membalikkan huruf ketika menulis-sebagai contoh, on diganti menjadi no, dan saw diganti menjadi was-atau huruf yang membingungkan-sebagai contoh, b diganti menjadi d, w diganti menjadi m, n diganti menjadi h-sering terjadi. Meskipun begitu, banyak anak tanpa disleksia akan membalikkan hurup pada waktu taman kanak-kanak atau tingkat pertama.
Anak yang tidak mengalami kemajuan dalam keahlian mempelajari kata-kata pada kelas pertengahan atau akhir sekolah dasar harus di uji untuk disleksia.
• DIAGNOSA
Diagnosa Dyslexia melibatkan evaluasi medis, kognitif, proses sensorik, faktor pendidikan dan psikologis. Dokter Anda mungkin bertanya tentang sejarah perkembangan dan medis anak Anda serta sejarah medis keluarga Anda.
Dokter Anda mungkin juga menyarakan anak Anda menjalani:
1. Evaluasi visi, pendengaran dan neurologis. Evaluasi ini dapat membantu menentukan apakah gangguan lain mungkin menyebabkan atau memberikan kontribusi untuk kekurangmampuan membaca anak Anda.
2. Tes psikologi. Hal ini dapat membantu menentukan apakah masalah sosial, kecemasan atau depresi dapat membatasi kemampuan anak Anda.
3. Evaluasi pendidikan keterampilan. Anak Anda mungkin mengambil satu set tes pendidikan dan memproses kualitas keterampilan membaca nya dianalisa oleh ahli.
• PENGOBATAN
Pengobatan terbaik untuk mengenali kata adalah pengajaran langsung yang memasukkan pendekatan multisensori. Pengobatan jenis ini terdiri dari mengajar dengan bunyi-bunyian dengan isyarat yang bervariasi, biasanya secara terpisah dan, bila memungkinkan, sebagai bagian dari program membaca.
Pengajaran tidak langsung untuk mengenali kata juga sangat membantu. Pengajaran ini biasanya terdiri dari latihan untuk meningkatkan pelafalan kata atau pengertian membaca. Anak-anak diajarkan bagaimana memproses suara-suara dengan menggabungkan suara-suara ke dalam bentuk kata-kata, dengan memisahkan kata-kata ke dalam bagian-bagian, dan dengan mengenali letak suara pada kata.
Pengajaran component-skill untuk mengenali kata juga sangat membantu. Hal ini terdiri dari latihan menggabung suara-suara ke dalam bentuk kata-kata, membagi kata ke dalam bagian kata , dan untuk mengenali letak suara pada kata.
Pengobatan tidak langsung, selain untuk mengenali kata, kemungkinan digunakan tetapi tidak dianjurkan. Pengobatan tidak langsung bisa termasuk penggunaan lensa diwarnai yang membuat kata-kata dan huruf-huruf bisa dibaca dengan lebih mudah, latihan gerakan mata,
atau latihan penglihatan perseptual. Obat-obatan seperti piracetam juga harus dicoba. Manfaat pengobatan tidak langsung tidak terbukti dan bisa menghasilkan harapan tidak realistis dan menhambat pengajaran yang dibutuhkan.
Sumber : http://medicastore.com
DISKALKULIA (GANGGUAN MATEMATIKA)
Menurut Jacinta F. Rini, M.Psi, dari Harmawan Consulting, Jakarta, diskalkulia dikenal juga dengan istilah "math difficulty" karena menyangkut gangguan pada kemampuan kalkulasi secara matematis. Kesulitan ini dapat ditinjau secara kuantitatif yang terbagi menjadi bentuk kesulitan berhitung (counting) dan mengkalkulasi (calculating). Anak yang bersangkutan akan menunjukkan kesulitan dalam memahami proses-proses matematis. Hal ini biasanya ditandai dengan munculnya kesulitan belajar dan mengerjakan tugas yang melibatkan angka ataupun simbol matematis.
• CIRI-CIRI
Inilah beberapa hal yang bisa dijadikan pegangan:
1. Tingkat perkembangan bahasa dan kemampuan lainnya normal, malah seringkali mempunyai memori visual yang baik dalam merekam kata-kata tertulis.
2. Sulit melakukan hitungan matematis. Contoh sehari-harinya, ia sulit menghitung transaksi (belanja), termasuk menghitung kembalian uang. Seringkali anak tersebut jadi takut memegang uang, menghindari transaksi, atau apa pun kegiatan yang harus melibatkan uang.
3. Sulit melakukan proses-proses matematis, seperti menjumlah, mengurangi, membagi, mengali, dan sulit memahami konsep hitungan angka atau urutan.
4. Terkadang mengalami disorientasi, seperti disorientasi waktu dan arah. Si anak biasanya bingung saat ditanya jam berapa sekarang. Ia juga tidak mampu membaca dan memahami peta atau petunjuk arah.
5. Mengalami hambatan dalam menggunakan konsep abstrak tentang waktu. Misalnya, ia bingung dalam mengurut kejadian masa lalu atau masa mendatang.
6. Sering melakukan kesalahan ketika melakukan perhitungan angka-angka, seperti proses substitusi, mengulang terbalik, dan mengisi deret hitung serta deret ukur.
7. Mengalami hambatan dalam mempelajari musik, terutama karena sulit memahami notasi, urutan nada, dan sebagainya.
8. Bisa juga mengalami kesulitan dalam aktivitas olahraga karena bingung mengikuti aturan main yang berhubungan sistem skor.
• FAKTOR PENYEBAB
Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi gangguan ini, di antaranya:
1. Kelemahan pada proses penglihatan atau visual
Anak yang memiliki kelemahan ini kemungkinan besar akan mengalami diskalkulia. Ia juga berpotensi mengalami gangguan dalam mengeja dan menulis dengan tangan.
2. Bermasalah dalam hal mengurut informasi
Seorang anak yang mengalami kesulitan dalam mengurutkan dan mengorganisasikan informasi secara detail, umumnya juga akan sulit mengingat sebuah fakta, konsep ataupun formula untuk menyelesaikan kalkulasi matematis. Jika problem ini yang menjadi penyebabnya, maka anak cenderung mengalami hambatan pada aspek kemampuan lainnya, seperti membaca kode-kode dan mengeja, serta apa pun yang membutuhkan kemampuan mengingat kembali hal-hal detail.
3. Fobia matematika
Anak yang pernah mengalami trauma dengan pelajaran matematika bisa kehilangan rasa percaya dirinya. Jika hal ini tidak diatasi segera, ia akan mengalami kesulitan dengan semua hal yang mengandung unsur hitungan.
• CARA PENANGGULANGAN
Diagnosa diskalkulia harus dilakukan oleh spesialis yang berkompeten di bidangnya berdasarkan serangkaian tes dan observasi yang valid dan terpercaya. Bentuk terapi atau treatment yang akan diberikan pun harus berdasarkan evaluasi terhadap kemampuan dan tingkat hambatan anak secara detail dan menyeluruh.
Bagaimanapun, kesulitan ini besar kemungkinan terkait dengan kesulitan dalam aspek-aspek lainnya, seperti disleksia. Perbedaan derajat hambatan akan membedakan tingkat treatment dan strategi yang diterapkan. Selain penanganan yang dilakukan ahli, orang tua pun disarankan melakukan beberapa latihan yang dapat mengurangi gangguan belajar, yaitu:
1. Cobalah memvisualisasikan konsep matematis yang sulit dimengerti, dengan menggunakan gambar ataupun cara lain untuk menjembatani langkah-langkah
atau urutan dari proses keseluruhannya.
2. Bisa juga dengan menyuarakan konsep matematis yang sulit dimengerti dan minta si anak mendengarkan secara cermat. Biasanya anak diskalkulia tidak mengalami kesulitan dalam memahami konsep secara verbal.
3. Tuangkan konsep matematis ataupun angka-angka secara tertulis di atas kertas agar anak mudah melihatnya dan tidak sekadar abstrak. Atau kalau perlu, tuliskan urutan angka-angka itu untuk membantu anak memahami konsep setiap angka sesuai dengan urutannya.
4. Tuangkan konsep-konsep matematis dalam praktek serta aktivitas sederhana sehari-hari. Misalnya, berapa sepatu yang harus dipakainya jika bepergian, berapa potong pakaian seragam sekolahnya dalam seminggu, berapa jumlah kursi makan yang diperlukan jika disesuaikan dengan anggota keluarga yang ada, dan sebagainya.
5. Sering-seringlah mendorong anak melatih ingatan secara kreatif, entah dengan cara menyanyikan angka-angka, atau cara lain yang mempermudah menampilkan ingatannya tentang angka.
6. Pujilah setiap keberhasilan, kemajuan atau bahkan usaha yang dilakukan oleh anak.
7. Lakukan proses asosiasi antara konsep yang sedang diajarkan dengan kehidupan nyata sehari-hari, sehingga anak mudah memahaminya.
8. Harus ada kerja sama terpadu antara guru dan orang tua untuk menentukan strategi belajar di kelas, memonitor perkembangan dan kesulitan anak, serta melakukan tindakan-tindakan yang perlu untuk memfasilitasi kemajuan anak. Misalnya, guru memberi saran tertentu pada orang tua dalam menentukan tugas di rumah, buku-buku bacaan, serta latihan yang disarankan.
Disgrafia, Lebih Banyak Terjadi pada Anak Laki-Laki
GANGGUAN baca-tulis atau yang juga dikenal dengan disgrafia mencakup masalah menulis, mengeja dan menyusun kerangka berpikir saat pelajaran mengarang. Hal ini terjadi manakala keterampilan menulis anak jauh di bawah standar umur dan skor IQ-nya.
Sebuah penelitian di Amerika melaporkan, kasus kesulitan belajar yang terkait ketidakmampuan menulis (disgrafia) lebih banyak ditemui pada anak laki-laki. Berkebalikan dengan kesulitan membaca seperti disleksia yang telah banyak diteliti, penelitian tentang kesulitan menulis masih sangat minim, sehingga angka kasusnya juga tidak jelas.
Pada penelitian terbaru yang melibatkan lebih dari 5700 anak, diketahui bahwa sekitar 7-15 persen dari jumlah tersebut mengalami gangguan baca-tulis semasa duduk di bangku sekolah. Persentase ini bervariasi, tergantung kriteria yang dipakai untuk mendiagnosis masalah ini.
Anak laki-laki kecenderungannya 2-3 kali lebih berisiko terdiagnosis ketidakmampuan membaca dibanding anak wanita, apa pun jenis kriteria diagnosis yang dipakai.
Demikian dituliskan Dr Slavica K Katusic dan koleganya dari Mayo Clinic di Rochester, Minnesota, Amerika, pada laporan yang dimuat dalam jurnal Pediatrics. Hasilnya mengindikasikan bahwa kasus gangguan menulis sama lazimnya dengan kesulitan membaca.
Jika umumnya anak-anak dengan gangguan menulis juga mengalami kesulitan membaca, maka sekitar seperempatnya hanya mengalami gangguan menulis.
Fakta bahwa kasus pada anak pria lebih sering terkena berdasarkan penelitian yang lampau dikarenakan anak wanita secara umum tampil lebih baik dalam tulisan tangan dan ekspresi tertulis.Penelitian lanjutan diperlukan untuk menggali lebih jauh perbedaan kasus terkait gender tersebut, termasuk kemungkinan pengaruh genetik dan lingkungan.
Anak-anak dapat mengalami kesulitan baca-tulis atau beragam gangguan belajar lainnya di sekolah, dan jika memang terdiagnosis dengan gangguan tersebut.
Sumber : http://lifestyle.okezone.com
Cara Membantu Anak Mengatasi Gangguan Belajar, Tips Bagi Orang Tua
Anak yang mengalami gangguan belajar sering kali akan menunjukkan gangguan perilaku. Hal ini bisa berdampak pada hubungan pasien dengan orang-orang di sekitarnya (keluarga, guru dan teman-teman sebaya). Untuk itu anak perlu didampingi untuk menghadapi situasi ini.
Orang tua merupakan guru yang pertama dan terdekat dengan anak. Dengan demikian, peran orang tua sangat penting untuk mengenali permasalahan apa yang dialami anak. Selain itu, penting juga untuk menemukan kekuatan atau kemampuan yang dimiliki anak. Hal ini akan membantu orang tua mendukung anak mengembangkan kemampuan yang dimilikinya sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri anak.
Tugas anak adalah bermain, maka proses belajar pun sebaiknya menjadi proses yang menyenangkan untuk anak. Apalagi pada anak dengan gangguan belajar, penting untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan tidak membebani anak. Kenali hal apa yang membuat anak merasa senang. Misalnya, jika anak tersebut menyukai lagu tertentu, ajak anak itu belajar sambil memutarkan lagu tersebut. Ijinkan anak membawa mainan kesayangannya saat belajar. Jika anak senang dengan suatu obyek tertentu, misalnya kereta api, sertakan bentuk kereta api dalam pelajaran. Sebagai contoh, anak dengan gangguan berhitung, saat belajar berhitung dapat digunakan gambar kereta api yang dia senangi.
Anak dengan gangguan belajar juga bisa mengalami perasaan rendah diri karena ketidakmampuannya atau karena sering diejek oleh teman-temannya. Untuk itu, penting bagi orang tua memberikan pujian jika ia berhasil melakukan suatu pencapaian. Misalnya, bila suatu kali anak berhasil mendapat nilai yang cukup baik atau mengerjakan tugas dengan benar, maka orang tua hendaknya memberi pujian pada anak. Hal ini akan memotivasi anak untuk berbuat lebih baik, meningkatkan rasa percaya diri dan membantu anak merasa nyaman dengan dirinya.
Keterlibatan pihak sekolah juga perlu diperhatikan karena sebagian besar waktu belajar anak ada di sekolah. Diskusikan dengan guru kelas mengenai kesulitan dan kemampuan anak dalam belajar. Posisi tempat duduk anak di kelas juga bisa membantu anak untuk lebih berkonsentrasi dalam belajar. Akan lebih baik jika anak duduk di depan kelas sehingga perhatiannya tidak teralih ke anak-anak lain atau ke jendela kelas.
Masalah gangguan belajar penting sekali dipahami oleh orang tua dan guru sehingga dapat mendukung dan membantu anak dalam belajar. Jika ditangani dengan tidak benar maka hanya akan menambah permasalahan pada anak. Deteksi dan konsultasi dini pada anak yang diduga mengalami gangguan belajar menjadi faktor penting sehingga anak dapat segera ditangani dengan tepat. Kerja sama antara orang tua, guru dan profesional kesehatan jiwa (psikiater dan psikolog) diperlukan untuk membantu anak menghadapi permasalahan gangguan belajar tersebut.
• Definisi
Proses belajar anak usia Sekolah Dasar merupakan kondisi yang sangat penting sebagai landasan pendidikan anak. Namun demikian, kondisi belajar tersebut terkadang mengalami gangguan yang tentu saja dapat mempengaruhi proses belajar anak. Gangguan belajar terutama pada anak Sekolah Dasar merupakan suatu gejala, yang bisa menjadi bagian dari suatu gangguan tertentu, namun dapat pula sebagai kondisi tersendiri.
Gangguan belajar meliputi kemampuan untuk memperoleh, menyimpan, atau menggunakan keahlian khusus atau informasi secara luas, dihasilkan dari kekurangan perhatian, ingatan, atau pertimbangan dan mempengaruhi performa akademi.
Gangguan belajar sangat berbeda dari keterlambatan mental dan terjadi dengan normal atau bahkan fungsi intelektual tinggi. Gangguan belajar hanya mempengaruhi fungsi tertentu, sedangkan pada anak dengan keterlambatan mental, kesulitan mempengaruhi fungsi kognitif secara luas. Terdapat tiga jenis gangguan belajar : gangguan membaca, gangguan menuliskan ekspresi, dan gangguan matematik. Dengan demikian, seorang anak dengan gangguan belajar bisa mengalami kesulitan memahami dan mempelajari matematika yang signifikan, tetapi tidak memiliki kesulitan untuk membaca, menulis, dan melakukan dengan baik pada subjek yang lain. Diseleksia adalah gangguan belajar yang paling dikenal. Gangguan belajar tidak termasuk masalah belajar yang disebabkan terutama masalah penglihatan, pendengaran, koordinasi, atau gangguan emosional.
• Deteksi Dini Gangguan Belajar Pada Anak
Gangguan belajar pada anak penting untuk dideteksi sejak dini. Hal ini karena gangguan belajar dapat mempengaruhi perasaan dan perilaku anak. Perilaku anak dengan gangguan belajar dapat diamati saat di kelas. Anak biasanya tidak dapat duduk tenang di tempatnya, lambat menyelesaikan tugas atau bahkan tidak mau mengerjakan tugas yang diberikan. Hal ini sebetulnya merupakan bentuk penghindaran dari mengerjakan tugas yang dirasanya sulit.
Perkembangan anak sejak kecil juga bisa merupakan pertanda kemungkinan terjadinya gangguan belajar pada usia sekolah dasar. Anak dengan keterlambatan bicara (belum bisa mengucapkan kalimat sederhana di usia 2 tahun), bisa merupakan faktor prediksi terjadinya gangguan belajar. Gangguan koordinasi motorik, terutama pada usia menjelang taman kanak-kanak, juga bisa menjadi faktor prediksi terjadinya gangguan belajar.
Jika orang tua atau guru melihat tanda-tanda adanya gangguan belajar pada anak, perlu segera dikonsultasikan kepada dokter. Pertama kali dilakukan pemeriksaan ada atau tidaknya gangguan pada penglihatan dan pendengaran. Karena seringkali gangguan pada penglihatan dan pendengaran juga dapat mengganggu kemampuan belajar anak. Pemeriksaan psikologis seperti tingkat kecerdasan (tes IQ), juga perlu dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya tingkat kecerdasan yang kurang, seperti pada retardasi mental. Selain itu, diperiksa juga kemungkinan adanya gangguan jiwa lain seperti autisme, gangguan pemusatan perhatian dan perilaku, atau gangguan kecemasan.
Sumber : http://www.kabarindonesia.com
DISGRAFIA (GANGGUAN MENULIS)
Kelainan neurologis ini menghambat kemampuan menulis yang meliputi hambatan secara fisik, seperti tidak dapat memegang pensil dengan mantap ataupun tulisan tangannya buruk. Anak dengan gangguan disgrafia sebetulnya mengalami kesulitan dalam mengharmonisasikan ingatan dengan penguasaan gerak ototnya secara otomatis saat menulis huruf dan angka.
Kesulitan dalam menulis biasanya menjadi problem utama dalam rangkaian gangguan belajar, terutama pada anak yang berada di tingkat SD. Kesulitan dalam menulis seringkali juga disalahpersepsikan sebagai kebodohan oleh orang tua dan guru. Akibatnya, anak yang bersangkutan frustrasi karena pada dasarnya ia ingin sekali mengekspresikan dan mentransfer pikiran dan pengetahuan yang sudah didapat ke dalam bentuk tulisan. Hanya saja ia memiliki hambatan.
Sebagai langkah awal dalam menghadapinya, orang tua harus paham bahwa disgrafia bukan disebabkan tingkat intelegensi yang rendah, kemalasan, asal-asalan menulis, dan tidak mau belajar. Gangguan ini juga bukan akibat kurangnya perhatian orang tua dan guru terhadap si anak, ataupun keterlambatan proses visual motoriknya.
• CIRI-CIRI
Ada beberapa ciri khusus anak dengan gangguan ini. Di antaranya adalah:
1. Terdapat ketidakkonsistenan bentuk huruf dalam tulisannya.
2. Saat menulis, penggunaan huruf besar dan huruf kecil masih tercampur.
3. Ukuran dan bentuk huruf dalam tulisannya tidak proporsional.
4. Anak tampak harus berusaha keras saat mengkomunikasikan suatu ide, pengetahuan, atau pemahamannya lewat tulisan.
5. Sulit memegang bolpoin maupun pensil dengan mantap. Caranya memegang alat tulis seringkali terlalu dekat bahkan hampir menempel dengan kertas.
6. Berbicara pada diri sendiri ketika sedang menulis, atau malah terlalu memperhatikan tangan yang dipakai untuk menulis.
7. Cara menulis tidak konsisten, tidak mengikuti alur garis yang tepat dan proporsional.
8. Tetap mengalami kesulitan meskipun hanya diminta menyalin contoh tulisan yang sudah ada.
• MEMBANTU ANAK DISGRAFIA
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua untuk membantu anak dengan gangguan ini. Di antaranya:
1. Pahami keadaan anak
Sebaiknya pihak orang tua, guru, atau pendamping memahami kesulitan dan keterbatasan yang dimiliki anak disgrafia. Berusahalah untuk tidak membandingkan anak seperti itu dengan anak-anak lainnya. Sikap itu hanya akan membuat kedua belah pihak, baik orang tua/guru maupun anak merasa frustrasi dan stres. Jika memungkinkan, berikan tugas-tugas menulis yang singkat saja. Atau bisa juga orang tua
meminta kebijakan dari pihak sekolah untuk memberikan tes kepada anak dengan gangguan ini secara lisan, bukan tulisan.
2. Menyajikan tulisan cetak
Berikan kesempatan dan kemungkinan kepada anak disgrafia untuk belajar menuangkan ide dan konsepnya dengan menggunakan komputer atau mesin tik. Ajari dia untuk menggunakan alat-alat agar dapat mengatasi hambatannya. Dengan menggunakan komputer, anak bisa memanfaatkan sarana korektor ejaan agar ia mengetahui kesalahannya.
3. Membangun rasa percaya diri anak
Berikan pujian wajar pada setiap usaha yang dilakukan anak. Jangan sekali-kali menyepelekan atau melecehkan karena hal itu akan membuatnya merasa rendah diri dan frustrasi. Kesabaran orang tua dan guru akan membuat anak tenang dan sabar terhadap dirinya dan terhadap usaha yang sedang dilakukannya.
4. Latih anak untuk terus menulis
Libatkan anak secara bertahap, pilih strategi yang sesuai dengan tingkat kesulitannya untuk mengerjakan tugas menulis. Berikan tugas yang menarik dan memang diminatinya, seperti menulis surat untuk teman, menulis pada selembar kartu pos, menulis pesan untuk orang tua, dan sebagainya. Hal ini akan meningkatkan kemampuan menulis anak disgrafia dan membantunya menuangkan konsep abstrak tentang huruf dan kata dalam bentuk tulisan konkret.
Sumber : http://www.tabloid-nakita.com
DISLEKSIA (GANGGUAN MEMBACA)
• DEFINISI
Disleksia adalah gangguan membaca tertentu meliputi kesulitan memisahkan kata-kata tunggal dari kelompok kata dan bagian dari kata (phonemes) dalam setiap kata.
Disleksia adalah jenis tertentu dari gangguan belajar yang mempengaruhi diperkirakan 3 sampai 5 % anak-anak. Teridentifikasi lebih pada anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan : bagaimanapun, bisa dengan mudah tidak dikenali lebih sering pada anak perempuan. Disleksia cenderung menurun dalam keluarga.
• PENYEBAB
Disleksia terjadi ketika otak kesulitan membuat hubungan antara suara dan symbol (hurup). Kesulitan ini disebabkan oleh masalah kurang mengerti dengan hubungan otak tertentu. Masalah itu ada sejak lahir dan bisa menyebabkan mengeja dan menulis salah dan mengurangi kecepatan dan ketepatan ketika membaca dengan suara keras. Orang dengan diseleksia tidak memiliki masalah memahami bahasa yang dibicarakan.
• GEJALA
Anak belum sekolah dengan disleksia bisa jadi terlambat bicara, memiliki masalah artikulasi berbicara, dan mempunyai kesulitan mengingat nama-nama huruf, angka, dan warna. Anak disleksia sering kesulitan memadukan suara, irama kata, mengenali letak suara pada kata, segmenting kata-kata ke dalam bunyi, dan mengenali bunyi huruf pada kata. Keterlambatan atau keragu-raguan dalam memilih kata-kata. Membuat kata pengganti, menamai angka dan gambar adalah indikasi awal disleksia. Masalah dengan daya ingat jangka pendek untuk suara dan untuk meletakkan suara pada perintah yang tepat sering terjadi.
Banyak anak dengan disleksia bingung dengan hurup dan kata yang serupa. membalikkan huruf ketika menulis-sebagai contoh, on diganti menjadi no, dan saw diganti menjadi was-atau huruf yang membingungkan-sebagai contoh, b diganti menjadi d, w diganti menjadi m, n diganti menjadi h-sering terjadi. Meskipun begitu, banyak anak tanpa disleksia akan membalikkan hurup pada waktu taman kanak-kanak atau tingkat pertama.
Anak yang tidak mengalami kemajuan dalam keahlian mempelajari kata-kata pada kelas pertengahan atau akhir sekolah dasar harus di uji untuk disleksia.
• DIAGNOSA
Diagnosa Dyslexia melibatkan evaluasi medis, kognitif, proses sensorik, faktor pendidikan dan psikologis. Dokter Anda mungkin bertanya tentang sejarah perkembangan dan medis anak Anda serta sejarah medis keluarga Anda.
Dokter Anda mungkin juga menyarakan anak Anda menjalani:
1. Evaluasi visi, pendengaran dan neurologis. Evaluasi ini dapat membantu menentukan apakah gangguan lain mungkin menyebabkan atau memberikan kontribusi untuk kekurangmampuan membaca anak Anda.
2. Tes psikologi. Hal ini dapat membantu menentukan apakah masalah sosial, kecemasan atau depresi dapat membatasi kemampuan anak Anda.
3. Evaluasi pendidikan keterampilan. Anak Anda mungkin mengambil satu set tes pendidikan dan memproses kualitas keterampilan membaca nya dianalisa oleh ahli.
• PENGOBATAN
Pengobatan terbaik untuk mengenali kata adalah pengajaran langsung yang memasukkan pendekatan multisensori. Pengobatan jenis ini terdiri dari mengajar dengan bunyi-bunyian dengan isyarat yang bervariasi, biasanya secara terpisah dan, bila memungkinkan, sebagai bagian dari program membaca.
Pengajaran tidak langsung untuk mengenali kata juga sangat membantu. Pengajaran ini biasanya terdiri dari latihan untuk meningkatkan pelafalan kata atau pengertian membaca. Anak-anak diajarkan bagaimana memproses suara-suara dengan menggabungkan suara-suara ke dalam bentuk kata-kata, dengan memisahkan kata-kata ke dalam bagian-bagian, dan dengan mengenali letak suara pada kata.
Pengajaran component-skill untuk mengenali kata juga sangat membantu. Hal ini terdiri dari latihan menggabung suara-suara ke dalam bentuk kata-kata, membagi kata ke dalam bagian kata , dan untuk mengenali letak suara pada kata.
Pengobatan tidak langsung, selain untuk mengenali kata, kemungkinan digunakan tetapi tidak dianjurkan. Pengobatan tidak langsung bisa termasuk penggunaan lensa diwarnai yang membuat kata-kata dan huruf-huruf bisa dibaca dengan lebih mudah, latihan gerakan mata,
atau latihan penglihatan perseptual. Obat-obatan seperti piracetam juga harus dicoba. Manfaat pengobatan tidak langsung tidak terbukti dan bisa menghasilkan harapan tidak realistis dan menhambat pengajaran yang dibutuhkan.
Sumber : http://medicastore.com
DISKALKULIA (GANGGUAN MATEMATIKA)
Menurut Jacinta F. Rini, M.Psi, dari Harmawan Consulting, Jakarta, diskalkulia dikenal juga dengan istilah "math difficulty" karena menyangkut gangguan pada kemampuan kalkulasi secara matematis. Kesulitan ini dapat ditinjau secara kuantitatif yang terbagi menjadi bentuk kesulitan berhitung (counting) dan mengkalkulasi (calculating). Anak yang bersangkutan akan menunjukkan kesulitan dalam memahami proses-proses matematis. Hal ini biasanya ditandai dengan munculnya kesulitan belajar dan mengerjakan tugas yang melibatkan angka ataupun simbol matematis.
• CIRI-CIRI
Inilah beberapa hal yang bisa dijadikan pegangan:
1. Tingkat perkembangan bahasa dan kemampuan lainnya normal, malah seringkali mempunyai memori visual yang baik dalam merekam kata-kata tertulis.
2. Sulit melakukan hitungan matematis. Contoh sehari-harinya, ia sulit menghitung transaksi (belanja), termasuk menghitung kembalian uang. Seringkali anak tersebut jadi takut memegang uang, menghindari transaksi, atau apa pun kegiatan yang harus melibatkan uang.
3. Sulit melakukan proses-proses matematis, seperti menjumlah, mengurangi, membagi, mengali, dan sulit memahami konsep hitungan angka atau urutan.
4. Terkadang mengalami disorientasi, seperti disorientasi waktu dan arah. Si anak biasanya bingung saat ditanya jam berapa sekarang. Ia juga tidak mampu membaca dan memahami peta atau petunjuk arah.
5. Mengalami hambatan dalam menggunakan konsep abstrak tentang waktu. Misalnya, ia bingung dalam mengurut kejadian masa lalu atau masa mendatang.
6. Sering melakukan kesalahan ketika melakukan perhitungan angka-angka, seperti proses substitusi, mengulang terbalik, dan mengisi deret hitung serta deret ukur.
7. Mengalami hambatan dalam mempelajari musik, terutama karena sulit memahami notasi, urutan nada, dan sebagainya.
8. Bisa juga mengalami kesulitan dalam aktivitas olahraga karena bingung mengikuti aturan main yang berhubungan sistem skor.
• FAKTOR PENYEBAB
Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi gangguan ini, di antaranya:
1. Kelemahan pada proses penglihatan atau visual
Anak yang memiliki kelemahan ini kemungkinan besar akan mengalami diskalkulia. Ia juga berpotensi mengalami gangguan dalam mengeja dan menulis dengan tangan.
2. Bermasalah dalam hal mengurut informasi
Seorang anak yang mengalami kesulitan dalam mengurutkan dan mengorganisasikan informasi secara detail, umumnya juga akan sulit mengingat sebuah fakta, konsep ataupun formula untuk menyelesaikan kalkulasi matematis. Jika problem ini yang menjadi penyebabnya, maka anak cenderung mengalami hambatan pada aspek kemampuan lainnya, seperti membaca kode-kode dan mengeja, serta apa pun yang membutuhkan kemampuan mengingat kembali hal-hal detail.
3. Fobia matematika
Anak yang pernah mengalami trauma dengan pelajaran matematika bisa kehilangan rasa percaya dirinya. Jika hal ini tidak diatasi segera, ia akan mengalami kesulitan dengan semua hal yang mengandung unsur hitungan.
• CARA PENANGGULANGAN
Diagnosa diskalkulia harus dilakukan oleh spesialis yang berkompeten di bidangnya berdasarkan serangkaian tes dan observasi yang valid dan terpercaya. Bentuk terapi atau treatment yang akan diberikan pun harus berdasarkan evaluasi terhadap kemampuan dan tingkat hambatan anak secara detail dan menyeluruh.
Bagaimanapun, kesulitan ini besar kemungkinan terkait dengan kesulitan dalam aspek-aspek lainnya, seperti disleksia. Perbedaan derajat hambatan akan membedakan tingkat treatment dan strategi yang diterapkan. Selain penanganan yang dilakukan ahli, orang tua pun disarankan melakukan beberapa latihan yang dapat mengurangi gangguan belajar, yaitu:
1. Cobalah memvisualisasikan konsep matematis yang sulit dimengerti, dengan menggunakan gambar ataupun cara lain untuk menjembatani langkah-langkah
atau urutan dari proses keseluruhannya.
2. Bisa juga dengan menyuarakan konsep matematis yang sulit dimengerti dan minta si anak mendengarkan secara cermat. Biasanya anak diskalkulia tidak mengalami kesulitan dalam memahami konsep secara verbal.
3. Tuangkan konsep matematis ataupun angka-angka secara tertulis di atas kertas agar anak mudah melihatnya dan tidak sekadar abstrak. Atau kalau perlu, tuliskan urutan angka-angka itu untuk membantu anak memahami konsep setiap angka sesuai dengan urutannya.
4. Tuangkan konsep-konsep matematis dalam praktek serta aktivitas sederhana sehari-hari. Misalnya, berapa sepatu yang harus dipakainya jika bepergian, berapa potong pakaian seragam sekolahnya dalam seminggu, berapa jumlah kursi makan yang diperlukan jika disesuaikan dengan anggota keluarga yang ada, dan sebagainya.
5. Sering-seringlah mendorong anak melatih ingatan secara kreatif, entah dengan cara menyanyikan angka-angka, atau cara lain yang mempermudah menampilkan ingatannya tentang angka.
6. Pujilah setiap keberhasilan, kemajuan atau bahkan usaha yang dilakukan oleh anak.
7. Lakukan proses asosiasi antara konsep yang sedang diajarkan dengan kehidupan nyata sehari-hari, sehingga anak mudah memahaminya.
8. Harus ada kerja sama terpadu antara guru dan orang tua untuk menentukan strategi belajar di kelas, memonitor perkembangan dan kesulitan anak, serta melakukan tindakan-tindakan yang perlu untuk memfasilitasi kemajuan anak. Misalnya, guru memberi saran tertentu pada orang tua dalam menentukan tugas di rumah, buku-buku bacaan, serta latihan yang disarankan.
Disgrafia, Lebih Banyak Terjadi pada Anak Laki-Laki
GANGGUAN baca-tulis atau yang juga dikenal dengan disgrafia mencakup masalah menulis, mengeja dan menyusun kerangka berpikir saat pelajaran mengarang. Hal ini terjadi manakala keterampilan menulis anak jauh di bawah standar umur dan skor IQ-nya.
Sebuah penelitian di Amerika melaporkan, kasus kesulitan belajar yang terkait ketidakmampuan menulis (disgrafia) lebih banyak ditemui pada anak laki-laki. Berkebalikan dengan kesulitan membaca seperti disleksia yang telah banyak diteliti, penelitian tentang kesulitan menulis masih sangat minim, sehingga angka kasusnya juga tidak jelas.
Pada penelitian terbaru yang melibatkan lebih dari 5700 anak, diketahui bahwa sekitar 7-15 persen dari jumlah tersebut mengalami gangguan baca-tulis semasa duduk di bangku sekolah. Persentase ini bervariasi, tergantung kriteria yang dipakai untuk mendiagnosis masalah ini.
Anak laki-laki kecenderungannya 2-3 kali lebih berisiko terdiagnosis ketidakmampuan membaca dibanding anak wanita, apa pun jenis kriteria diagnosis yang dipakai.
Demikian dituliskan Dr Slavica K Katusic dan koleganya dari Mayo Clinic di Rochester, Minnesota, Amerika, pada laporan yang dimuat dalam jurnal Pediatrics. Hasilnya mengindikasikan bahwa kasus gangguan menulis sama lazimnya dengan kesulitan membaca.
Jika umumnya anak-anak dengan gangguan menulis juga mengalami kesulitan membaca, maka sekitar seperempatnya hanya mengalami gangguan menulis.
Fakta bahwa kasus pada anak pria lebih sering terkena berdasarkan penelitian yang lampau dikarenakan anak wanita secara umum tampil lebih baik dalam tulisan tangan dan ekspresi tertulis.Penelitian lanjutan diperlukan untuk menggali lebih jauh perbedaan kasus terkait gender tersebut, termasuk kemungkinan pengaruh genetik dan lingkungan.
Anak-anak dapat mengalami kesulitan baca-tulis atau beragam gangguan belajar lainnya di sekolah, dan jika memang terdiagnosis dengan gangguan tersebut.
Sumber : http://lifestyle.okezone.com
Cara Membantu Anak Mengatasi Gangguan Belajar, Tips Bagi Orang Tua
Anak yang mengalami gangguan belajar sering kali akan menunjukkan gangguan perilaku. Hal ini bisa berdampak pada hubungan pasien dengan orang-orang di sekitarnya (keluarga, guru dan teman-teman sebaya). Untuk itu anak perlu didampingi untuk menghadapi situasi ini.
Orang tua merupakan guru yang pertama dan terdekat dengan anak. Dengan demikian, peran orang tua sangat penting untuk mengenali permasalahan apa yang dialami anak. Selain itu, penting juga untuk menemukan kekuatan atau kemampuan yang dimiliki anak. Hal ini akan membantu orang tua mendukung anak mengembangkan kemampuan yang dimilikinya sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri anak.
Tugas anak adalah bermain, maka proses belajar pun sebaiknya menjadi proses yang menyenangkan untuk anak. Apalagi pada anak dengan gangguan belajar, penting untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan tidak membebani anak. Kenali hal apa yang membuat anak merasa senang. Misalnya, jika anak tersebut menyukai lagu tertentu, ajak anak itu belajar sambil memutarkan lagu tersebut. Ijinkan anak membawa mainan kesayangannya saat belajar. Jika anak senang dengan suatu obyek tertentu, misalnya kereta api, sertakan bentuk kereta api dalam pelajaran. Sebagai contoh, anak dengan gangguan berhitung, saat belajar berhitung dapat digunakan gambar kereta api yang dia senangi.
Anak dengan gangguan belajar juga bisa mengalami perasaan rendah diri karena ketidakmampuannya atau karena sering diejek oleh teman-temannya. Untuk itu, penting bagi orang tua memberikan pujian jika ia berhasil melakukan suatu pencapaian. Misalnya, bila suatu kali anak berhasil mendapat nilai yang cukup baik atau mengerjakan tugas dengan benar, maka orang tua hendaknya memberi pujian pada anak. Hal ini akan memotivasi anak untuk berbuat lebih baik, meningkatkan rasa percaya diri dan membantu anak merasa nyaman dengan dirinya.
Keterlibatan pihak sekolah juga perlu diperhatikan karena sebagian besar waktu belajar anak ada di sekolah. Diskusikan dengan guru kelas mengenai kesulitan dan kemampuan anak dalam belajar. Posisi tempat duduk anak di kelas juga bisa membantu anak untuk lebih berkonsentrasi dalam belajar. Akan lebih baik jika anak duduk di depan kelas sehingga perhatiannya tidak teralih ke anak-anak lain atau ke jendela kelas.
Masalah gangguan belajar penting sekali dipahami oleh orang tua dan guru sehingga dapat mendukung dan membantu anak dalam belajar. Jika ditangani dengan tidak benar maka hanya akan menambah permasalahan pada anak. Deteksi dan konsultasi dini pada anak yang diduga mengalami gangguan belajar menjadi faktor penting sehingga anak dapat segera ditangani dengan tepat. Kerja sama antara orang tua, guru dan profesional kesehatan jiwa (psikiater dan psikolog) diperlukan untuk membantu anak menghadapi permasalahan gangguan belajar tersebut.
Langganan:
Postingan (Atom)