Sabtu, 29 Mei 2010

Gangguan Reseptif-Ekspresif

Perkembangan Kecerdasan dan Bicara pada Anak

Fungsi berbahasa merupakan proses paling kompleks di antara seluruh fase perkembangan. Fungsi berbahasa bersama-sama dengan fungsi perkembangan pemecahan masalah visuo-motor merupakan indikator yang paling baik dari ada tidaknya gangguan perkembangan intelektual.
Gabungan kedua perkembangan ini akan menjadi fungsi perkembangan sosial. Perkembangan bahasa menyangkut fungsi reseptif dan ekspresif (fungsi menerima dan mengekspresikan). Fungsi reseptif adalah kemampuan anak untuk menerima, mengenal dan bereaksi terhadap seseorang, terhadap kejadian lingkungan sekitarnya, mengerti maksud mimik atau air muka dan nada suara atau intonasi dan akhirnya mengerti kata-kata.

Fungsi ekspresif adalah kemampuan anak untuk mengutarakan pikirannya, dimulai dari komunikasi preverbal (sebelum anak dapat berbicara), komunikasi nonverbal dengan ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan akhirnya dengan menggunakan kata-kata atau komunikasi verbal. Fungsi reseptif dapat kita lihat pada bayi yaitu terlihat dengan adanya reaksi terhadap suara.
Hal ini pada mulanya bersifat refleks. Kemudian dia memperlihatkan respons motorik berupa terdiam kalau mendengar suara, atau seperti gerak terkejut. Fungsi ekspresif muncul ya- itu berupa suara tenggorok misalnya berdahak, batuk dan menangis.

Fungsi suara tenggorok berangsur-angsur menghilang pada bayi berusia dua bulan, digantikan dengan suara "ooo-ooo". Pada usia 2 bulan, bayi dapat mengeluarkan suara "ooo-ooo" dengan irama yang musikal. Bayi sudah memperlihatkan senyum sosial, kira-kira pada usia lima minggu dengan cara berbicara dengan mereka ataupun mengelus pipi mereka.

Anak normal pada umur 4 bulan, terdengar suara "aguuuu-aguuuuu". Umur 6 bulan terdengar anak dapat bergumam. Umur 8 bulan ia dapat mengucapkan "da-da-da" lalu menjadi kata "dada" yang belum berarti, disusul "dada" yang diucapkan saat ia melihat ayahnya atau ibunya.

Kata "mama" akan muncul belakangan. Bayi juga dapat mengerti kata "tidak boleh" yang disertai dengan nada suara yang tinggi, ini terjadi pada bayi berusia 9 bulan. Pada usia 11 bulan, ia dapat mengucapkan kata pertama yang benar, disusul kata kedua pada umur 1 tahun.

Selanjutnya perkembangan anak usia 12-15 bulan, kita akan mendengar kata-kata baru sebanyak 4-6 kata. Saat ini orangtua mulai mendengar immature jargoning. Anak berusia 16-17 bulan, ia sudah dapat menguasai 7-20 kata jargoning dan menjadi lebih matang. Pada pengucapan anak, akan muncul kata yang benar diantara kata yang tidak benar. Anak autis tidak akan mengalami hal ini sesuai dengan usia perkembangannya. Anak dengan autis mengalami keterlambatan bicara, sehingga kadangkala pada usia 3 atau pun 4 tahun sang anak masih mengucapkan kata jargoning dan tidak dapat dimengerti oleh orang lain bahkan oleh ibunya sendiri.

Pada usia 18 bulan, anak dengan perkembangan normal mulai dapat mengucapkan kalimat pendek dengan susunan yang belum betul, masih cadel, misalnya: "Rio minta", atau "Rio minum", dan lain-lain.

Pada umur 21 bulan, perbendaharaan kata mencapai 50 kata, dan ia dapat mengucapkan kalimat terdiri dari 2 kata dengan lebih jelas. Ia sudah menggunakan kata "saya" atau "kamu", walaupun seringkali belum tepat. Pada umur 30 bulan, kata "saya", "kamu" sudah benar. Pada umur 3 tahun ia menguasai 250 kata dan dapat membentuk kalimat terdiri dari 3 kata. Pada umur 4 tahun ia mulai bertanya mengenai arti suatu kata, terutama yang abstrak.

Dia dapat bercerita dan menggunakan kalimat terdiri dari 4-5 kata. Selama masa awal kanak-kanak anak memiliki minat yang kuat untuk belajar berbicara. Ini karena ia mulai memahami bahwa bicara merupakan sarana pokok berkomunikasi. Bisa melakukan kontak sosial sekaligus mudah diterima teman sebaya. Tak heran anak seusia ini sangat cerewet dan tukang ngobrol.

Anak dengan autis mengalami kesulitan atau keterlambatan bicara, sehingga akan menghambat komunikasinya dengan orang lain. Kadang kala anak seperti ini mengeluarkan bahasa yang tidak dimengerti oleh orangtuanya sekalipun, sehingga pada saat "ngobrol tidak nyambung". Keadaan seperti ini dapat menyebabkan anak frustrasi karena keinginan tidak bisa ia komunikasikan, akibatnya, anaknya mengamuk dan berperilaku mengganggu atau merusak ataupun agresif terhadap lingkungan. Keadaan ini harus dipahami orangtua. Karena banyak kasus terjadi bahwa orangtua tidak mengerti apa yang dimaksud anaknya, sehingga anaknya yang sedang frustrasi akan mengamuk.
Kesulitan bicara dan berbahasa harus dipikirkan bila seorang anak terlambat mencapai tahapan unit bahasa yang sesuai dengan usianya. Unit bahasa tersebut dapat berupa suara, kata dan kalimat. Keterlambatan bicara terjadi pada anak kira-kira 3-15 persen dan merupakan kelainan perkembangan yang paling sering terjadi.


KETERLAMBATAN, KETIDAKSEIMBANGAN DAN PENYIMPANGAN BERBAHASA


Kemungkinan adanya keterlambatan berbahasa harus dipikirkan bila seorang anak terlambat mencapai tahapan berbahasa yang sesuai untuk umurnya. Selanjutnya fungsi berbahasa diatur pula oleh aturan tatabahasa, yaitu bagaimana suara membentuk kata, kata membentuk kalimat yang benar dan seterusnya. Keterlambatan bicara terjadi pada 3-15% anak, dan merupakan kelainan perkembangan yang paling sering terjadi. Sebanyak 1% anak yang mengalami keterlambatan bicara tetap tidak dapat bicara. Tiga puluh persen di antara anak yang mengalami keterlambatan ringan akan sembuh sendiri, tetapi 70% di antaranya akan mengalami kesulitan berbahasa, kurang pandai atau berbagai kesulitan belajar lainnya.


Kemampuan berbahasa sangat terlambat bila :

Bayi tidak mau tersenyum sosial sampai 10 minggu
Bayi tidak mengeluarkan suara sebagai jawaban pada usia 3 bulan
Tidak ada perhatian terhadap sekitar sampai usia 8 bulan
Tidak bicara sampai usia 15 bulan
Tidak mengucapkan 3-4 kata sampai usia 20 bulan.

Salah satu gangguan adalah bila ditemukan perbedaan kecepatan perkembangan antara 2 faset yang berbeda, yang disebut sebagai ketidak seimbangan kecepatan perkembangan. Hal ini penting untuk deteksi gangguan komunikasi, Dimana fungsi bahasa jelas tertinggal dari fungsi pemecahan masalah. Pada retardasi mental, keduanya terlambat sedangkan pada gangguan motorik yang disebut sebagai palsi serebral fungsi motorik terlambat dibandingkan fungsi bahasa dan pemecahan masalah.

Penyimpangan berbahasa menunjukan kemampuan berbahasa yang tidak teratur atau tidak menurut aturan yang seharusnya. Keadaan ini sering lolos dari pemeriksaan karena sulit dikenali. Misalnya anak berumur 15 bulan sudah mempunyai perbendaharaan kata 10-15 kata (kemampuan anak 18-20 bulan) tetapi bahasanya tidak sempurna (kemampuan anak 14-15 bulan). Terlihat juga adanya kata yang diucapkan tetapi tidak dimengerti artinya. Pada anak prasekolah, misalnya dapat membuat kalimat 5-6 kata tetapi perbendaharaan baru terbatas pada 200-300 kata (kemampuan anak berumur 2,5 tahun). Penyimpangan yang hebat sering ditemukan pada autisme.


Language / Learning Disordes atau Gangguan Berbahasa Dan Belajar


Istilah learning disorders, learning disability belum baku. Beberapa penulis menyebutkannya sebagai Specific Learning Impairment (SLI) atau Specific Learning Disability. Demikian pula dengan istilah Specific Impairment. Hal ini disebabkan banyaknya ahli yang berkecimpung di bidang ini, ahli edukasi, psikologi, pediatri perkembangan, neurologi, psikiatri. speech pathologist, dan lain-lain. Para ahli ini sering menggunakan istilah yang disukai di bidangnya masing-masing.

Istilah Specific Language Impairment digunakan bila anak mengalami kesulitan berbahasa sedangkan kemampuan non verbal atau kepandaian adalah normal.

Untuk mampu berkomunikasi, anak harus menguasai finologi (bunyi kata-kata), modifikasi dari kata-kata (morfologi), tata bahasa (sintaks), isi bahasa berdasarkan kata-kata yang diketahui (leksikon), arti kata atau kalimat (semantik) dan pengunaannya dalam konteks yang sesuai (pragmatik). Semua fungsi tersebut harus berjalan sinkron untuk kemampuan komunikasi yang baik.

Gangguan berbahasa spesifik misalnya:
1. Gangguan bicara ekspretif
2. Gangguan bicara campuran reseptif-ekspretif
3. Gangguan pengucapan
4. Gagap
5. Gangguan berbahasa tidak spesifik.

Klasifikasi ini menjadi kontroversi. Beberapa ahli menganggap bahwa gangguan bicara reseptif-ekspretif.

Gangguan Bicara Ekspresif / Expressive Language Disordes

Anak-anak ini mempunyai kepandaian, pendengaran, kemampuan komprehensi, dan emosi yang normal. Keadaan ini disebabkan gangguan fungsi otak, yang tidak mampu menerjemahkan gagasan kepada bicara. Anak dapat menggunakan mimik untuk menyatakan kehendak.

Keadaan in sulit dibedakan dengan developmental lenguage delay.Anak mengalami kesulitan mengkomunikasikan kebutuhan, pikiran dan maksudnya dengan ucapan yang benar. Perbendaharaan kata terbatas, kalimat pendek, tidak lengkap dan tata bahasa kacau, cerita dan kejadian disampaikan secara tidak terorganisasi. Untuk menegakan diagnosis, perlu uji kemampuan bicara atau intelegensi non-verbal.

Sebanyak 50-80% di antara anak-anak ini akan mencapai kemampuan berbicara yang normal sebelum umur sekolah. Prognosis kurang baik bila gangguan berbicara ekspretif menetap sampai umur sekolah. Anak-anak ini dapat menunjukan gangguan lainnya misalnya gangguan membaca dan gangguan pemusatan perhatian. Kadang-kadang anak nampak normal, tetapi tetap mengalami kesulitan bila harus menceritakan suatu hal yang kompleks. Hambatan ini akan menurunkan prestasi akademik, menyebabkan gangguan personal-sosial dan menyebabkan timbulnya rasa rendah diri.

Berbeda dengan developmental language delay yang dapat sembuh sendiri, anak-anak ini tetap mengalami gangguan bila tidak dilakukan intervensi.


Gangguan Berbahasa Campuran Reseptif-Ekspretif

Selain ciri gangguan bicara ekspretif, anak-anak ini juga mempunyai kesulitan mengartikan ucapan orang lain, terutama yang bersifat abstrak. Mereka sering salah mengartikan pertanyaan, komentar, atau cerita yang panjang. Kriteria diagnosis memerlukan intelegensi non-verbal yang normal.

prognosis kurang baik dibandingkan gangguan berbahasa ekspretif. Pada masa sekolah mereka akan tertinggal oleh teman sebayanya. Karena komprehensi kurang baik, dapat muncul gangguan atensi. Kira-kira 40-60% akan mengalami gangguan fonologi, sedangkan 50% mengalami gangguan membaca. Masalah bahasa, dikombinasi dengan kesulitan membaca atau atensi akan menyebabkan lingkaran setan kemampuan akademik yang kurang, rasa percaya diri yang rendah, motivasi yang rendah dan isolasi sosial pada 70% kasus.

Mereka akan dapat berbicara, tetapi terlambat dibandingkan anak sebayanya. Pada masa dewasa, kemampuan bicara cukup untuk komunikasi sehari-hari, tetapi mereka tetap menunjukan kesulitan bila harus mengartikan atau menceritakan suatu masalah yang kompleks.


Penyebab


Terdapat berbagai macam penyebab anak terlambat bicara atau gangguan bicara dan berbahasa, yaitu autis, mental retardasi (IQ di bawah rata-rata), gangguan berbahasa ekspresif, gangguan pendengaran, gangguan bicara karena kelainan organ bicara, gangguan berbahasa sentral, mutisme selektif, deprivasi maternal, bicara dalam dua bahasa, keterlambatan fungsional, dan lain-lain.
Perkembangan sel otak anak mencapai masa emas pada usia 0-5 tahun. Tahap usia ini yang menentukan kecerdasan seorang anak. Masa balita merupakan masa kritis dalam perkembangan seorang anak. Sering kali orangtua pada anak usia ini senantiasa hanya menikmati perilaku dan tingkah pola anak tanpa menanamkan suatu tonggak untuk kecerdasan anak. Dan orangtua hampir terlambat menyadari keterlambatan perkembangan anak.

Orangtua bingung, apa yang harus dilakukan dengan anak yang mempunyai masalah perkembangan. Bagaimana sebetulnya penanganan yang tepat untuk pola pengasuhan dan stimulasi kecerdasan yang efektif.

Melalui baca buku orangtua mendapat pengetahuan, melalui konsultasi orangtua mendapatkan informasi mengenai tingkat kecerdasan anak dan arahan apa yang harus dilakukan. Melalui kursus ataupun training mengenai parenting skill dan stimulasi kecerdasan anak, akan mendapat pengetahuan dan dilatih cara-cara untuk melakukannya.


Orangtua senantiasa memperoleh informasi, memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai perkembangan anak normal, masalah perkembangan anak dan lebih memahami tindakan yang akan dilakukan sebagai orangtua. Setiap orangtua menginginkan perkembangan anak yang optimal.
Jika cepat terdeteksi masalah perkembangan anak, sedapat mungkin segera ditindaklanjuti untuk memperkecil akibat buruk yang ditimbulkannya. Dalam kehidupan berkeluarga, anak adalah aset keluarga, apa yang orangtua berikan untuk anak dalam proses perkembangannya merupakan suatu investasi.

Bantuan dan Terapi yang dapat diberikan:

Aktifitas-aktifitas yang menyangkut tahapan bahasa dibawah:
1. Phonology (bahasa bunyi);
2. Semantics (kata), termasuk pengembangan kosa kata;
3. Morphology (perubahan pada kata),
4. Syatax (kalimat), termasuk tatabahasa;
5. Discourse (Pemakaian bahasa dalam konteks yang lebih luas),
6. Metalinguistics (Bagaimana cara bekerjanya suatu Bahasa) dan;
7. Pragmatics (Bahasa dalam konteks sosial).

3 komentar: