Rabu, 16 Desember 2009

CARA PENGASUHAN ANAK

Bentuk Disiplin

Disiplin adalah metode untuk membentuk karakter anak dan mengajari mereka untuk melatih control diri dan melakukan perilaku yang dapat diterima masyarakat. Bentuk disiplin apa yang bekerja palin baik?? Para periset telah menelaah sejumlah teknik.

Teknik Behavioris : Penguatan dan Hukuman

Terkadang orang tua menghukum anak untuk menghentikan perilaku yang tidak diinginkan, akan tetapi anak-anak biasanya akan lebih banyak belajar melalui penguatan kepada perilaku yang baik. Penguatan eksternal dapat berupa sesuatu yang kasatmata (permen atau mainan), atau tidak terlihat (senyuman, pujian atau pelukan). Apapun pengauatannya, anak harus melihatnya sebagai hadiah internalnya sendiri : perasaan nyamn karena telah melaksanakannya.

Sampai sekarang hukuman seperti isolasi atau penghapusan hak merupakan hal yang diperlukan. Anak-anak memang harus dicegah untuk berlari ke jalan raya atau berkata kasar kepada orang lain. Terkadang seorang anak memang berniat untuk membangkang. Dalam situasi seperti itu, hkuman, apabila konsisten, segera dan jelas terikat dengan kesalahan, akan menjadi efektif. Hukuman tersebut harus dilakukan dengan tenang, sendiri dan ditujukan untuk mendapatkan kerelaan, bukan rasa bersalah. Hukuman tersebut akan menjadi sangat efektif ketika disertai dengan penjelasan pendek dan sederhana.

Akan tetapi, beberapa hukuman dapat menjadi kontraproduktif. Anak-anak yang dihukum dengan kasar dan sering mungkin mengalami masalah menginterpretasi tindakan dan perkataan orang lain. Anak kecil yang dihukum secara kasar akan bertindak secara agresif. Walaupun sebenarnya hkuman tersebut diberikan dengan tujuan menghentikan apa yang dipandang orang tua sebagai perilaku yang agresif.

Contoh Kasus

Seperti pada subjek yang saya amati, bernama Farel (nama samaran) berusia ± 2 tahun 9 bulan. Awalnya Farel ini adalah anak yang penurut, bisa diajak berkomunikasi dengan baik oleh siapa saja, dan cepat akrab dengan orang lain. Beberapa bulan terakhir dia menjadi anak yang pembangkang, mudah marah dan tidak mau didekati orang lain. Saya mengamati pola asuh dari keluarganya (baik orang tua ataupun kakak-kakaknya), Farel ini adalah anak bungsu dan usianya terpaut sangat jauh dengan kakak-kakaknya. Setiap kali Farel bersikap nakal atau berontak, kakaknya sering menyentil dan bahkan memukul tangan atau pantatnya Farel. Dan juga memarahinya dengan kata-kata yang bisa dibilang kasar . Ternyata Farel mengikuti hal tersebut, maka setiap kali dia bersikap nakal dan dimarahi atau dinasehati, dia akan membalasnya dengan kata-kata yang tergolong tidak pantas unutk anak seusianya. Biasanya dia akan berkata “Gue ancurin loh atau sana pergi”, tidak jarang juga dia berontak sambil menangis kencang agar apa yang dia mau dipenuhi oleh orang tuanya. Karena kebetulan Farel ini sudah sangat lancar berbicara dan termasuk anak yang pintar, maka tidak sulit untuknya meniru perkataan orang lain dan selalu menjawab apapun jika dinasehati oleh orang tua dan kakaknya.

Saya pernah terlibat langsung dalam hal ini, karena saya cukup dekat dengan Farel. Suatu ketika dia bersikap nakal di depan saya, saya tidak memarahinya dan saya mencoba untuk meanasehainya pelan-pelan sambil memeluknya. Saat saya menasehatinya, saya memberikan pujian berupa pilihan seperti “Kalau anak pinter tidak boleh ngomong kasar seperti itu, itu namanya anak nakal. Farel anak pinter apa anak nakal??”, dan diapun menjawab “aku anak pinter”. Jika dia mulia mengerti kalau dia salah, saya akan memberikannya reward seperti pujian atau pelukan dan juga mengajaknya jajan.

Teknik yang saya gunakan adalah Teknik Induktif. Teknik ini didesain untuk mendorong perilaku yang diharapkan dengan mencoba berbicara kepada anak; termasuk dalm teknik ini adalah menentukan batasan, mendemonstrasikan konsekuensi logis dari sebuah tindakan, dan menjelaskan kepada anak tentang keadilan.

1 komentar:

  1. kania, adakah teknik lain untuk mengasuh anak selain teknik behavioris?

    BalasHapus